NovelToon NovelToon
The Stoicisme

The Stoicisme

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Berbaikan
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyudi0596

Shiratsuka mendecak, lalu membaca salah satu bagian esai yang ditulis Naruto dengan suara pelan tetapi jelas:

"Manusia yang mengejar kebahagiaan adalah manusia yang mengejar fatamorgana. Mereka berlari tanpa arah, berharap menemukan oase yang mereka ciptakan sendiri. Namun, ketika sampai di sana, mereka menyadari bahwa mereka hanya haus, bukan karena kurangnya air, tetapi karena terlalu banyak berharap."

Dia menurunkan kertas itu, menatap Naruto dengan mata tajam. "Jujur saja, kau benar-benar percaya ini?"

Naruto akhirnya berbicara, suaranya datar namun tidak terkesan defensif. "Ya. Kebahagiaan hanyalah efek samping dari bagaimana kita menjalani hidup, bukan sesuatu yang harus kita kejar secara membabi buta."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyudi0596, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 34

Saat melihat punggung Shindo Renji menjauh, Hiratsuka-sensei berdiri di samping Naruto, melipat tangannya dengan ekspresi sulit ditebak. Dia menghembuskan asap rokok tipis ke udara sebelum akhirnya berkomentar,

"Naruto… aku tidak menyangka."

Naruto menoleh dengan alis sedikit terangkat. "Tidak menyangka apa, Sensei?"

Hiratsuka menyipitkan mata ke arahnya, tatapannya tajam, tapi ada secercah kebanggaan di sana. "Seorang bocah yang selama ini berprinsip stoic, yang harusnya tidak begitu menggebu dalam kompetisi... malah memberi kejutan luar biasa."

Naruto hanya menyeringai tipis, ekspresinya tetap tenang seperti biasa. "Aku tidak pernah mengatakan aku tidak peduli dengan kemenangan, Sensei."

Hiratsuka menghela napas panjang, lalu menendang pelan kaki Naruto seolah ingin membalas ketenangannya yang selalu membuatnya jengkel. "Dasar bocah…" katanya setengah frustrasi. "Kalau kau peduli sejak awal, kenapa tidak pernah mengatakan ambisi besar itu lebih dulu?"

Naruto mengangkat bahu. "Karena aku tahu, jika aku mengatakannya terlalu awal… mereka akan merasa itu beban, bukan tujuan."

Hiratsuka terdiam sejenak, mengamati para muridnya yang masih larut dalam kegembiraan. Dia melihat mata mereka bersinar, melihat ekspresi yang jarang sekali muncul sebelumnya. Itu bukan sekadar kemenangan dalam turnamen… ini adalah titik balik.

Dia mendengus kecil. "Aku harus mengakuinya, Naruto. Kau bukan sekadar pemain, kau juga pemimpin."

Naruto tidak langsung menjawab. Dia menatap ke langit, menikmati angin yang bertiup pelan.

"Pemimpin, ya?" gumamnya pelan.

Dia tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang pemimpin. Tapi jika apa yang dia lakukan bisa membuat orang lain berkembang, percaya pada diri mereka sendiri, dan berani bermimpi lebih besar…

Mungkin itu bukan hal yang buruk.

Dengan senyum samar, dia menoleh kembali pada Hiratsuka dan berkata, "Aku hanya ingin mereka tahu bahwa mereka bisa lebih dari yang mereka kira, Sensei."

Hiratsuka menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis—senyum yang langka muncul di wajahnya. "Dan kau berhasil, Naruto. Kau benar-benar berhasil."

Saat keempat anggota Klub Shogi akhirnya bisa mengendalikan emosi mereka, mereka bergegas menghampiri Naruto dan Hiratsuka-sensei yang masih berdiri di tepi arena.

Dengan mata berbinar dan napas masih sedikit tersengal akibat luapan emosi, Sayaka maju sebagai perwakilan. "Sensei, Naruto-senpai… Kami menang."

Ucapan itu terdengar sederhana, tetapi beban emosional di baliknya begitu besar.

Yuuto, yang sebelumnya menangis, kini mengangkat trofi kemenangan dengan kedua tangannya, seolah masih tidak percaya bahwa benda itu nyata di genggamannya. "Kita… benar-benar juara, ya?" katanya, suaranya masih bergetar.

Reina, si Ace yang telah memastikan kemenangan terakhir, menekan dadanya dengan kedua tangan sebelum berbicara. "Ini bukan sekadar kemenangan biasa… Ini sejarah. Klub kita, yang dulu bahkan tidak diperhitungkan… sekarang berdiri di puncak."

Takumi, yang biasanya lebih santai, kini memamerkan seringai lebar. "Aku ingin melihat wajah mereka yang dulu meremehkan kita! Aku ingin bilang, ‘Hei, lihat sekarang! Kami di sini, di posisi pertama!’"

Mereka berempat saling berpandangan, lalu menatap ke arah Naruto, mentor sekaligus alasan mereka bisa berdiri di sini sebagai juara.

Sayaka menggigit bibirnya, menahan perasaan yang ingin meledak, lalu dengan suara bergetar berkata, "Semua ini… karena kau, Naruto-senpai."

Hening sesaat.

Naruto hanya memandang mereka, ekspresinya tetap tenang, tetapi di dalam hatinya, sesuatu menghangat dengan cara yang sulit dijelaskan. Dia telah melihat perjalanan mereka—dari sekadar pemain biasa yang penuh keraguan, hingga menjadi juara yang kini berdiri dengan kepala tegak.

Dia tersenyum tipis, lalu meraih kepala Sayaka dan mengacak-acak rambutnya dengan lembut.

"Bukan karena aku." katanya, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya. "Kalianlah yang bertarung. Kalianlah yang memegang kendali di atas papan. Aku hanya… mendorong kalian untuk melihat seberapa jauh kalian bisa melangkah."

Hiratsuka-sensei, yang sejak tadi diam, menyilangkan tangan dengan senyum puas. "Dan sekarang mereka melangkah lebih jauh dari yang pernah dibayangkan siapa pun… termasuk aku sendiri."

Keempat anggota tim saling bertatapan lagi sebelum akhirnya tertawa—tawa yang dipenuhi rasa bangga, lega, dan kebahagiaan yang tulus.

Mereka tidak hanya menang.

Mereka telah membuktikan diri.

Reina yang masih dipenuhi adrenalin kemenangan tiba-tiba teringat sesuatu. Dengan ekspresi penasaran, dia mendekati Naruto dan bertanya,

"Naruto-senpai… Aku pernah mendengar kalau ada seseorang yang kau anggap sebagai rival yang lebih hebat darimu."

Naruto mengangkat alisnya sedikit, tetapi tidak langsung menjawab.

Reina melanjutkan, "Orang itu… apakah Shindo Renji?"

Keempat anggota tim lainnya langsung memusatkan perhatian pada Naruto, penasaran dengan jawabannya.

Namun, Naruto hanya tersenyum tipis dan menggeleng. "Bukan."

Jawaban itu mengejutkan mereka.

Sayaka yang masih diliputi euforia kemenangan menyipitkan mata, "Jadi maksudmu… ada seseorang yang lebih kuat dari Shindo Renji?"

Naruto menatap mereka sejenak sebelum akhirnya berkata dengan nada datar, tetapi penuh arti, "Jika saja orang itu ada di sini… mungkin SMA Sobu tidak akan menjadi juara."

Hening.

Anggota klub saling bertatapan, mencoba mencerna makna di balik kata-kata itu.

Yuuto akhirnya menelan ludah dan berkata pelan, "Sampai segitunya…?"

Naruto hanya mengangkat bahu, enggan membahas lebih jauh. Tapi dalam benaknya, dia tahu—ada seseorang yang pernah membuatnya merasa kecil, seseorang yang membuatnya mendorong diri sendiri lebih jauh dari batasnya.

Namun, sosok itu tidak ada di sini hari ini.

Dan karena itulah, SMA Sobu-lah yang berdiri sebagai juara.

Fujimiya Sayaka yang masih diliputi rasa penasaran akhirnya mengambil napas dalam dan memberanikan diri bertanya,

"Kalau begitu… siapa orang itu, Naruto-senpai?"

Naruto terdiam sejenak, seakan mengenang sesuatu yang jauh di masa lalu.

Lalu, dengan suara yang lebih pelan tetapi penuh rasa hormat dan nostalgia, dia menjawab,

"Namanya Nara Shikamaru."

Sayaka mengerutkan kening, merasa nama itu tidak asing. Sementara itu, Reina dan Yuuto tampak saling bertatapan dengan ekspresi bertanya-tanya.

"Nara Shikamaru…?" gumam Reina, mencoba mengingat.

Naruto mengangguk. "Seorang jenius. Saat SMP, dia mendapat julukan 'Si Dewa Shogi'."

Ruangan itu hening sejenak.

Julukan itu bukan sekadar gelar sembarangan—itu adalah pengakuan tertinggi dalam dunia shogi pelajar.

Yuuto yang biasanya tidak banyak bicara kini tampak benar-benar terkejut. "Si Dewa Shogi…? Kau bercanda, kan?"

Naruto tersenyum tipis. "Aku berharap begitu. Tapi kenyataannya, aku pernah melawannya berkali-kali, dan aku hampir tidak pernah menang."

Sayaka yang jarang kehilangan kata-kata kini menatap Naruto dengan mata berbinar penuh ketertarikan.

"Kalau dia sehebat itu… lalu di mana dia sekarang?" tanyanya, suaranya dipenuhi rasa ingin tahu.

Naruto menghela napas panjang. "Aku tidak tahu. Dia menghilang dari dunia shogi setelah SMP. Beberapa bilang dia bosan, yang lain bilang dia menemukan sesuatu yang lebih menarik dari permainan ini."

Untuk sesaat, semua orang larut dalam pikirannya masing-masing, membayangkan seperti apa sosok yang mampu membuat Naruto, sang mentor dan juara baru, begitu menghormatinya.

Reina akhirnya memecah keheningan, "Kalau dia ada di sini… apakah kau ingin bertanding dengannya lagi?"

Naruto menatapnya dengan mata penuh semangat, sesuatu yang jarang mereka lihat.

"Tentu saja. Karena sampai sekarang, aku masih belum pernah benar-benar mengalahkannya."

1
Bayuon So7
Gas bang, semoga aman dan sehat selalu biar bisa update terus
Rainbow Scorpion Venom
waaaah, gurunya jomlo,
makanya jangan ngintip, jadi iri kan tuh
Tessar Wahyudi: haha, sehatt kabarnya bang
total 1 replies
Rainbow Scorpion Venom
thor udah ku kasih bintang 5 yaa!
Tessar Wahyudi: Terima kasih, semoga semakin terpikat seiring bab yang terupdate.
total 1 replies
Rainbow Scorpion Venom
ceritanya anti mainstream alurnya lain daripada yang lain mantaplah pokoknya!
Tessar Wahyudi: makasih banyak, ke depannya semoga terhibur dan bersabar ya. karena update cuma bisa 1 bab per hari
total 1 replies
Eka Junaidi
Bisa update 2 chapter sehari penasaran saya kelanjutannya, serius.
Rainbow Scorpion Venom
itu sika udah mati kah ?
Rainbow Scorpion Venom: ok thor
Tessar Wahyudi: sabar ya, saya buat plotnya dulu biar gak melenceng dari Series ini. kemungkinannya bulan 6 atau Tujuh lah saya Upload. bikin banyak langsung biar gak putus di tengah jalan.
total 4 replies
Eka Junaidi
lanjut teruss
Tessar Wahyudi
Semoga bisa teruss update rutin, gak apa-apa satu hari satu chapter yang penting Istiqomah. semangat terus.
Eka Junaidi
saya baca ada yang janggal, seperti ada yang kurang. coba di koreksi lagi di chapter terakhir
Nekofied「ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ」
untung bukan sayaka 🗿
Tessar Wahyudi: Nanti juga sedikit-sedikit dikasih tahu kok, sabar aja. Aku cuman bisa Update satu hari satu chapter soalnya, ngisi buat 3 karya.
Tessar Wahyudi: ah nanti terjawab seiring cerita berjalan
total 4 replies
Eka Junaidi
Masih dipantau, semoga gak macet seperti karya lainnya. atau semoga semuanya bakal di lanjutkan lagi.
Eka Junaidi
Itu sinar matahari pagi atau sore, kok dia akhir Naruto menemukan dokumen Yamato hanya dalam waktu satu jam setengah. jika Naruto Dateng pagi jam setengah enam, setidaknya waktu baru menunjukkan pukul tujuh pagi. jadi itu adalah typo.
Eka Junaidi
mantap, semangat nulisnya bro
anggita
like👍pertama... 👆iklan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!