Celine, seorang mahasiswi cantik yang kabur dari rumah karena ingin menghindari perjodohan yang telah direncanakan oleh Ayahnya. Selama pelariannya, ia bertemu dengan seorang laki-laki dengan tingkah laku yang nakal, bernama Raymond. Dan ternyata Ray adalah Dosennya dikampus.
"Kak Ray lo jangan berani macam-macam ya sama gue." Celine.
"Bibir lo itu selalu menggoda gue, tau nggak?" Raymond
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emosi
Celine masih terdiam didalam kamarnya, ingin mencari ketenangan untuk mengerjakan tugas kuliahnya disini, nyatanya gadis itu tetap saja tidak bisa fokus. Ruangan yang gelap hanya ada cahaya dari layar laptop yang menerangi, matanya tertuju pada layar laptop, dan tanpa ia sadari matanya mulai berair. Ada rasa sesak didadanya, entah apa itu ia pun tidak mengerti.
"Ah mata gue pasti kebanyakan ngeliat layar laptop nih," sambil menyentuh sudut matanya yang mulai menitikan air.
Pandangan matanya beralih pada ponsel yang berada diatas bantal, ia raih dan membuka kembali chat nya dengan Ray. Tak banyak percakapan diantara mereka.
Celine please jangan goyah, ini udah keputusan yang tepat, lo ninggalin dia. Gumamnya dihati.
Tak lama kemudian pintu kamarnya terbuka, "Kamu belum tidur? Nenek kira kamu udah tidur," kemudian berjalan masuk menghampiri cucunya.
"Belum Nek, masih ngerjain tugas," jawabnya.
"Kenapa juga harus gelap-gelapan begini?" Menyalakan saklar lampu.
"Loh kamu, nangis? ada apa sih Nak sebenanrnya? ayo cerita sama Nenek."
Celine yang awalnya bisa menahan, kini tangisnya pecah. "Celine mau dijodohin Nek sama Ayah, katanya ini semua demi masa depan Celine, padahal Celine tau itu cuma untuk nyelamatin bisnisnya aja," Celine mengusap kasar wajahnya.
"Bahkan katanya usia cowok itu jauh banget diatas Celine, Celine takut Nek," melihat cucunya yang menangis terisak, Nenek langsung memeluknya, mengusap punggungnya.
"Kamu yang sabar, siapa tau calon suami kamu itu orangnya baik---"
"Yang namanya perjodohan itu pasti nggak saling cinta Nek, lihat Ayah dan Ibu dulu mereka selalu bertengkar, mereka kan nikah karena dijodohkan."
"Tapi nggak selalu seperti itu, Celine. Percayalah!"
"Jadi menurut Nenek, Celine terima aja keputusan Ayah?"
"Kamu harus nurut, karena kamu masih tanggungan Ayahmu, atau jangan-jangan kamu punya pacar? orang yang kamu cinta?"
Celine menelan ludahnya kasar mendengar pertanyaan itu, tak tahu harus menjawab apa. Dan akhirnya ia menggeleng.
"Percayalah sama Nenek, cinta itu akan datang sendirinya setelah kalian bersama, Nenek juga dulu gitu kok."
"Ya ampun Nenek, itu kan jaman dulu, tapi ya mau gimana lagi, ini udah garis hidup Celine Nek..."
"Iya, kamu harus terima, jangan nangis lagi. Jadi itu salah satu alasan kamu kabur kesini?"
Celine mengangguk mengiyakan, namun sebenarnya bukan itu alasan Celine. Ia ingin menghindari Ray terlebih dahulu.
------------------------------
Di salah satu Bar ternama di kota Jakarta, Ray terlihat sedang duduk sendiri hanya ditemani dengan sebotol minuman beserta gelas, sedang menunggu seseoarang yang sudah sejak satu jam lalu mengatakan sedang on the way.
"Sialaan kayaknya tuh anak mau mainin gue ya?" gerutu Ray sambil menatap layar ponselnya.
"Om, sorry lama," Pandu datang kemudian menepuk pelan bahu Ray, dan duduk tepat dihadapan Pandu.
"Gue bukan om lo, dan gue juga belum setua itu buat lo panggil om," jawabnya sewot.
"Gitu aja marah, baperan amat, kayak cewek lagi galau."
"Ya kali, gue emang galau. Jadi lo tau kan dimana Celine?"
"Tau, tapi sorry gue nggak bisa ngasih info apa-apa," Pandu tersenyum miring dengan seringai mengejek.
Ray yang setengah mabuk saat itu tak bisa menahan emosinya, tangan kanannya beralih untuk mencengkram kerah baju Pandu. "Lo mau mainin gue? sejam gue nungguin lo sia-sia, lo nggak ngasih gue info apapun."
"Santai, santai... emang ya kalo orang tua tuh gampang emosian? Yah, nunggu sejam doang ngeluh, demi Celine kan? gue udah bertaun-taun nungguin dia buat buka hati, masih santai sampe sekarang.
Ray melepas cengkramannya seketika.
"Gue nggak butuh pengakuan dan bukan curhatan lo yang mau gue dengar!"
Pandu tertawa sekilas, "Gue cuma mau bilang, Celine nggak ada di Jakarta, dia keluar kota."
"Kemana?" Ray mengerutkan dahinya rasa penasaran menyelimuti pikirannya. Kemana gadis itu sampai harus keluar kota hanya untuk sengaja menghindarinya?
"Sampe situ aja infonya bro, sorry nggak bisa lebih dan... gue lagi buru-buru," Pandu segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan Ray begitu saja.
"Sebentar," suara Ray menghentikan langkah Pandu.."Alamat rumah orang tuanya, please kasih tau gue?" Ucap Ray setengah memelas.
"Kan udah gue bilang, dia nggak pulang kerumah. Jadi percuma aja." Kemudian Pandu melanjutkan langkahnya.
Sementara Ray hanya bisa terdiam, kemudian menenggak habis minumannya. Tak pernah ia merasa sehancur ini. Bahkan, saat mengetahui Mytha kekasihnya, yang sudah menjalin hubungan bertahun-tahun dengannya akan menikah dengan orang lain saja ia tak sesakit ini.
Tapi kehilangan Celine seolah dunianya hancur. Baru saja ia merasakan bahagia saat gadis itu mengungkapkan perasaannya, ia merasa seperti terbang ke langit dan sekarang jatuh kebawah, sakitnya luar biasa.
Celine, lo dimana sekarang? Lo kasih tau aja, gue nggak bakal datengin lo, gue cuma mau mastiin keadaan lo baik-baik aja, gue khawatir, Cel.
Meski tahu bahwa nomornya di blokir, tapi Ray tetap saja mengirimkan pesan untuk Celine, sudah berulang kali.