Hidup sendirian setelah sang ayah meninggal, membuat Safira Johana tidak memiliki pilihan lain selain menuruti wasiat terakhir dari ayahnya untuk menikah dengan anak sahabatnya tersebut.
Namun, pernikahan itu hanya bersifat kontrak dan rahasia. Benny Zhen, sahabat dari ayah Safira dan merupakan ayah dari Virza Zhen, beliau mengidap penyakit jantung kronis.
Pria paruh baya itu mengancam Virza, kalau putranya tersebut tidak mau menikah dengan Safira, maka dirinya tidak akan mau menjalani operasi. Hingga pada akhirnya Virza melakukannya dengan terpaksa.
Bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka yang berawal tanpa adanya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cincin Untuk Safira
Bab 34
Di sebuah toko perhiasan yang berada di salah satu pusat perbelanjaan. Terlihat dua pria tengah memilah dan memilih cincin. Berbagai motif. Berbagai ukuran juga di coba. Tapi salah satu dari mereka terlihat bingung saat temannya berulang kali membanding cincin satu dan yang lain.
"Coba yang itu." tunjuk Raka ketika melihat sebuah cincin dengan motif tipis di bagian depan.
"Lo beli ini buat siapa?" tanya Rafa.
"Buat Safira," jawab singkat Raka karena dia masih bingung dengan cincin di depannya.
"SAFIRA!" pekik Rafa terkejut. Hingga membuat pegawai toko dan pengunjung yang lain juga ikut kaget dengan suaranya. "Maaf-maaf..." Rafa meminta maaf karena sadar telah menjadi pusat perhatian.
"Lo kenapa kaget?" tanya Raka datar.
"Gimana gue nggak kaget, Raka..... Kita belum resmi lulus kuliah tapi lo udah nyiapin cincin buat Safira?"
"Gue mau melamarnya pas wisuda nanti," ucap Raka seraya kembali memilih cincin di depannya.
"Mbak... Bentar ya, saya mau ngomong sama teman saya dulu." Rafa menarik tangan Raka untuk menjauh dari toko tersebut tidak lupa dia juga meletakan cincin yang di pegang Raka.
"Kenapa sih?" tanya Raka dengan nada protes.
"Raka, orang normal pada umumnya setelah lulus mikir kerja. Elo malah mikir nikah, Lo waras nggak sih?" hardik Rafa. "Lagian nih ya... Si Safira juga belum resmi cerai sama tuh dosen, Lo main ngelamar aja. Orang tu pacaran dulu baru nikah." Rafa ngomel tidak karuan karena mendengar niat Raka itu.
"Lo udah ngomelnya?" tanya Raka datar seakan tidak terjadi apapun. "Lo dengar baik-baik ya. Gue ngelamar pas wisuda juga nggak langsung ngajak nikah," imbuh Raka.
"Terus?"
"Kalau kata orang tua di ikat dulu, sembari nunggu Safira resmi cerai." kata Raka percaya diri.
"Lo kata si Safira kambing pake harus diikat?" ucap Rafa serupa mengikuti langkah kaki Raka yang kembali ke dalam toko.
Tak sengaja pembicaraan itu di dengar oleh Virza yang di paksa Agnes untuk mengantarnya belanja. Karena jenuh dia mencari suasana di luar toko. Namun malah mendengar percakapan dua mahasiswa itu.
Virza gusar mendengar rencana itu. Dia meninggalkan Agnes yang masih memilih baju. Pria itu lekas pergi ke tempat tinggal Safira sebelumnya dia mengira jika Safria ada di kosan tersebut. Padahal saat ini Safira masih tinggal di tempat Sasha.
Kebingungan. Itu yang di rasakan Virza saat ini. Dia merasa tidak tahu arah ketika mendapati kamar itu kosong. Jalan satu-satunya Virza harus mencari tahu dari Raka. Karena hanya Raka yang tahu keberadaan istrinya.
Mendatangi rumah Raka dengan harapan dia bisa bertemu dengan anak itu. Tapi nyatanya rumah itu kosong. Sepertinya Raka belum pulang. Bahkan tidak ada orang tua atau asisten rumah tangga di rumah itu.
Ting tong...
Ting tong...
Berkali-kali Virza mencoba tapi tetap tidak ada jawaban. Virza hanya bisa menunggu hingga Raka pulang. Tak memikirkan Agnes yang kebingungan mencari keberadaan. Bahkan hp milik Virza juga kehabisan baterai.
"Pasti ini nemuin Safira lagi," gumam kesal Agnes.
Menggunakan taksi, Agnes ingin pulang. Tak sengaja dia bertemu dengan Safira dan Sasha yang sedang makan di pinggir jalan. Dengan cepat Agnes meminta sopir taksi itu berhenti.
Brak....
Agnes memukul meja dengan keras. "Mana Virza?" tanyanya. Sasha dan Safira kebingungan saling adu pandangan.
"Lo mimpi ya nanya Virza disini?" tanya Sasha dengan kesal.
"Temen lo ini yang nyembunyiin calon suami gue!" bentak Agnes.
"Mata lo buta ya? Lo nggak lihat kita cuma berdua?" Sasha mulai hilang kesabaran.
"Tanya dulu nih teman Lo!" Agnes mulai dengan nada yang meninggi.
"Yang terhormat Dokter Agnes, tolong jangan buat keributan," sahut Safira yang mulai membuka suara. "Calon suami anda masih suami saya. Kalaupun dia datang ke saya masih wajar bukan? Kalian belum sah, Tapi sayangnya untuk kali ini anda salah. Dia tidak ada Disini." jelas Safira.
"Harusnya anda itu ngaca. Kenapa dia bisa pergi. Bukan malah nyalahin orang," tukas Safira lalu pergi begitu saja. Sasha meninggalkan satu lembar uang di meja itu dan makanan yang terbilang utuh.