MARINAKU

Keesokan harinya, Aljav dan Marina pergi ke rumah Mama dan Papa. Mereka harus menginap disana selama beberapa hari. Karena harus mengurus pernikahan Akemi dan Shella (Kisah Akemi dan Shella silahkan baca di Wanita Lucu itu istriku. Sesion 3).

Pernikahan yang berlangsung secara khidmat itu berjalan dengan baik tanpa hambatan atau drama seperti saat pernikahan Aljav dan Marina dulu. Tak ada orang ketiga di antara Akemi dan Shella.

Malam hari setelah pernikahan Akemi dan Shella. Seluruh keluarga kumpul bersama di ruang keluarga. Menjelang pukul sembilan malam, seluruh anggota keluarga masuk ke dalam kamar masing-masing. Namun, di tengah malam Aljav dan seluruh anggota keluarga lainnya mendengar suara teriakan dari kamar Akemi.

Aljav dan yang lainnya pun pergi ke kamar Akemi untuk memeriksa apa yang sedang terjadi. Ternyata suara itu merupakan teriakan Shella. Entah apa yang membuat wanita sederhana itu berteriak dan membangunkan semua orang.

Papa Javier yang merupakan pria paruh baya tukang usil, menjahili menantunya itu. Bahkan Aljav pun ikut menimpali ucapan Papa Javier. Namun, Marina justru mengejek suaminya itu dengan berkata, "Seperti sudah berhasil mencetak gol saja. Padahal biar satu gol belum pernah!"

Skak mati!

Kalimat Marina membungkam mulut Aljav yang seolah sudah pernah melakukan hubungan suami istri.

"Tidak bisakah kamu berpura-pura tak tahu saja tadi? mengapa harus membuat penegasan, bahwa aku belum pernah mencetak gol di gawangmu?" cetus Aljav setengah kesal kala mengingat ucapan Marina sewaktu di kamar Akemi.

"Aku hanya membuatmu mengerti, bahwa jangan ikut berbicara ketika kamu belum pernah melakukannya," tandas Marina.

Mata Aljav menyipit seakan sedang merencanakan sesuatu. Dia tersenyum menyeringai. Lalu kemudian berjalan mendekati Marina yang yang sudah berkerut kening.

"Kamu mau apa?" tanya Marina canggung.

Aljav tak menjawab pertanyaan Marina. Dia terus berjalan mendekati Marina yang sudah mulai gelagapan. Wanita itu memundurkan langkahnya, merasa takut jika Aljav akan melakukan hal yang tidak-tidak.

"Matilah aku, apakah dia akan meminta haknya? lagi pula untuk apa aku berkata seperti tadi? itu sama saja aku menantang dirinya. Dasar payah! matilah kamu Marina," batin Marina.

Marina terus melangkah ke belakang, hingga punggung wanita itu terbentur tembok. Itu artinya dia tak bisa kemana-mana lagi. Dia sudah di ambang batas.

Sementara Aljav menarik sudut bibirnya membentuk senyum penuh maksud disana. Aljav menarik pinggang ramping Marina, hingga tubuh keduanya hampir menyatu.

"Apa yang kamu lakukan Aljav? lepaskan aku!" tutur Marina gelagapan. Sedangkan Aljav masih terus melingkarkan tangannya ke pinggang Marina. Dia tak berkata apapun. Sorot mata pria itu menatap penuh maksud. Inikah saatnya bermain bola? pikir Marina.

"Aljav, lepaskan aku! kamu membuatku takut," lanjut Marina.

"Benarkah? bukankah kamu ingin kita melakukannya sekarang?" balas Aljav santai, namun penuh penekan.

"Melakukan apa? jangan mengancamku Aljav!" ucap Marina yang sudah berkeringat dingin. Dia benar-benar takut jika Aljav akan meminta haknya sebagai suami saat itu juga. Bukannya tak menghargai suami, tetapi Marina belum siap untuk membuka segel gawangnya yang masih sempit itu sekarang.

"Aku tidak mengancammu sayang, aku hanya ingin menunaikan keinginanmu tadi," jawab Aljav dengan suara yang di buat-buat, menambah poin ketakutan Marina. Sekujur tubuh wanita itu berlumuran keringat. Bahkan telapak tangan Marina sudah terasa licin akibat dari keringat tersebut.

"Aku tidak menginginkan apapun darimu! aku hanya mengatakan, bahwa jangan ikut campur urusan orang jika kamu belum pernah berada dalam posisi mereka. Itu maksud aku," terang Marina.

"Aha, kamu tidak berkata seperti itu tadi. Aku bisa mengetahui keinginanmu yang sebenarnya. Kamu menginginkan aku bukan?" goda Aljav. Ya, pria itu hanya berpura-pura menggoda Marina. Seperti biasa, Aljav sangat suka menggoda wanita yang telah berstatus sebagai istrinya itu. Bagi Aljav, wajah Marina akan terlihat sangat manis ketika malu-malu. Oh ayolah Aljav, bukankah kamu tidak menyukai istrimu? lalu mengapa berlagak seperti pujangga? dasar pria aneh.

Marina tak mau berada di ambang ketakutan. Terlebih lagi harus lepas kendali. Karena jujur saja, nalurinya sebagai manusia yang di bekali nafsu sudah mulai tergerak. Setan seakan membujuk dirinya untuk memulai permainan bola. Beruntung wanita itu cukup pandai mengendalikan emosi dan situasi. Marina pun menendang dua bola kecil Aljav dari balik celananya yang mulai mengeras dengan menggunakan lututnya, hingga sang empunya bola beraduh ria sembari memegang batang pisangnya yang di hipit dua bola kecil tersebut. Aljav kesakitan.

"Awww, mengapa kamu menendang batang pisangku? kalau patah bagaimana?" tutur Aljav sembari merintih kesakitan memegang batang pisangnya yang mulai layu.

Marina tersenyum penuh kemenangan sembari berkata, "Itu akibat dari membangunkan singa betina yang sedang tidur. Sekarang nikmati rasa sakitmu itu. Hahaha." Sungguh menyebalkan. Marina tertawa jahat ala tokoh antagonis di sinetron drama Korea. Wanita itu benar-benar menikmati kemenangannya.

"Awas kamu Marina. Akan aku balas nanti. Lihat saja kalau aku sembuh, akan aku obrak-abrik harga dirimu!" gumam Aljav sembari menahan sakit pada bagian bawah tubuhnya. Rasanya sangat tidak enak.

Sementara Marina tak memperdulikan kondisi Aljav yang menahan sakit. Bahkan cara jalan pria itu seperti seseorang yang mengidap penyakit ambeien. Sungguh malang.

Aljav duduk di tepi ranjang. Dia masih meringis kesakitan. Sedangkan Marina sudah berbaring di atas tempat tidur dengan posisi membelakangi Aljav.

"Wanita ini benar-benar sungguh berbahaya. Dia hampir saja menghancurkan masa depanku. Jika aku tak punya batang pisang, bagaimana aku bisa bertahan hidup? ini adalah kebanggaanku yang ku jaga selama 27 tahun, dan dia mau mematahkannya. Apa dia tidak tahu bagaimana susahnya menahan godaan wanita di luar sana? bahkan aku harus menahan diri untuk tidak bermain bola dengannya selama empat bulan ini. Dasar keterlaluan!" gumam Aljav panjang lebar. Pria itu benar-benar merasa masa depannya akan hancur akibat dari tendangan maut Marina yang hampir saja membuat batang pisangnya tercabut hingga ke akar.

Pertengkaran kecil dalam sebuah rumah tangga sejatinya bukanlah hal yang berbahaya. Itu hanyalah bumbu-bumbu cinta. Hanya saja mungkin sebagian dari pasangan suami istri tak menyadari keberadaan cinta itu. Terlebih lagi pernikahan yang terjalin sejak awal tanpa adanya rasa cinta sama sekali. Bukankah itu hal yang wajar?

Ada pepatah mengatakan, bahwa cinta akan datang seiring dengan berjalannya waktu, dan cinta itu muncul karena adanya kebersamaan. Entah itu karena sebuah kebijakan, kedewasaan, atau hanya perhatian kecil dari salah satu pasangan, atau bisa jadi karena merasa terpancing akan sesuatu yang memacu adrenalin.

To be continued.

Hargai aku lewat like dan vote kalian ya. Salam hangat dari si penulis amatir.