Sinopsis:
Dulu, ia adalah seorang jenderal setia yang hidup dan mati di medan perang. Tak pernah terpikir olehnya, jiwanya akan terbangun dalam tubuh penguasa paling ditakuti — Kaisar Tiran, Ethan Lazarus Gilardio.
Kejam, tanpa belas kasihan, dan dibenci rakyatnya, sang Kaisar ditakdirkan untuk hancur. Namun kini, dengan hati seorang prajurit dan kebijaksanaan seorang panglima, ia harus menapaki jalan kekuasaan dan intrik sebagai pemimpin sebuah kekaisaran.
Namun tantangan terbesarnya bukanlah takhta itu sendiri, melainkan wanita yang duduk diam di sisinya — sang Permaisuri, istri yang lama diabaikan dan tak pernah dicintai.
Dihantui oleh dosa-dosa sang Kaisar dan digerakkan oleh kehormatannya sendiri, sang jenderal yang terlahir kembali bersumpah untuk melindunginya, merebut hatinya, dan menulis ulang takdir sang tiran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Paman Viin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.33
Brakkkk
Pintu kamar Ethan terbuka dengan sangat keras. Jesselyn segera berjalan cepat menuju ranjang Ethan. Ia terpaku saat melihat Ethan yang duduk dan sedang berbincang dengan Count Erland dan Frederick.
Ethan menoleh dan tersenyum lalu merentangkan tangannya. Jesselyn lalu menangis dan berlari ke dalam pelukan Ethan.
Grepppp
Count Erland dan Frederick yang mengerti dan tak mau mengganggu keduanya segera beranjak keluar.
"Hikss..... Kau tega meninggalkan aku....." Ucap Jesselyn dalam tangisnya di pelukan Ethan. Ia memeluk Ethan begitu erat seakan khawatir Ethan akan tak sadarkan diri lagi.
"Maafkan aku.." Ucap Ethan sambil mengelus punggung Jesselyn. Baju tidur Ethan sudah dibasahi air mata Jesselyn.
"Aku sendirian menghadapi para pembesar Kekaisaran yang mendesakku memilihkan Selir untukmu, Yang Mulia. Aku takut......" Ujar Jesselyn masih terisak.
"Aku disini. Tak ada yang bisa menyentuhmu selama aku disini."
Jesselyn larut dalam tangisnya di pelukan Ethan. Hingga lama kelamaan suaranya tak terdengar. Ethan mencoba memanggilnya namun tak ada jawaban.
Hanya lenguhan dan bertambah eratnya pelukan Jesselyn. Ethan terkekeh dan membetulkan posisi tidur Jesselyn.
Tak lama masuklah, William, Allaric, Josephine dan Shiraishi.
"Kakak----"
Clepppp
Sebelum William memanggilnya dengan keras. Pisau buah menancap tepat di tembok yang ada di belakangnya.
"Kecilkan suaramu atau kuhilangkan suaramu selamanya." Suara Ethan yang dingin membuat keempatnya meneguk ludah kasar.
Mereka kemudian disusul Count Erland dan Arianna. Allaric mengkode mereka diam. Keenam orang itu mendekat ke ranjang Ethan dan menemukan alasan mengapa Ethan mengancam mereka agar tak berisik.
Jesselyn yang tertidur di pelukan Ethan seperti koala yang menjadi alasannya. Walaupun Allaric dan William bersama Ethan sejak kecil, mereka masih memiliki ketakutan tersendiri pada Kakak tertua mereka.
"Apa kau sudah baikan, Kakak??" Tanya Allaric tenang.
"Ya dan kau bisa senang karena akhirnya pekerjaanku akan kulakukan lagi." Sindir Ethan. Allaric tersenyum penuh kemenangan.
Ethan kemudian melirik ke arah William, Shiraishi, Count Erland dan Arianna.
"Shiraishi, apa Kaisar Hitoyoshi ada disini??" Tanya Ethan.
Shiraishi yang terpanggil merasa gugup. Tatapan tajam, suara dingin, dan aura mencekam yang ada di pada diri Ethan membuatnya takut.
"B-besok di perkirakan Ayah akan sampai, Yang Mulia. Ia kesini sekalian menjenguk anda." Jawab
Shiraishi.
"Apa bersama rombongannya??"
"Benar, Yang Mulia." Jawab Shiraishi lagi tanpa melihat mata Ethan dan tetap menunduk. Selain itu juga, ia melihat wanita yang ia kenal sebagai Permaisuri ada disana membuatnya tidak enak melihatnya.
"Kau calon Istri William! Tegakkan kepalamu! Tak ada Keluarga Gilardio yang menundukkan kepalanya!!" Tegas Ethan.
William memandang tunangannya dan mengangguk. Shiraishi akhirnya berani menatap Ethan.
"Itu baru! Kau bisa memanggilku Kakak ipar! Baik, kalian akan menikah dua minggu dari sekarang. Aku akan siapkan pernikahan kalian." Ucap Ethan.
"HAH----"
"Eunghhh, ada apa, Yang Mulia??" Jesselyn terbangun dan mulai membuka matanya.
Ethan melancarkan tatapan kesal pada William yang dengan teriakannya membangunkan Jesselyn.
"Kau bangun?? Lihatlah, ada para Adikku!" Ucap Ethan santai.
Jesselyn terkejut dan segera bangkit dari pelukan Ethan. Wajahnya memerah. Semua orang terkekeh karena tingkah Jesselyn.
"Apa aku mengganggu kalian??" Tanya Jesselyn canggung.
"Tidak, Kakak Ipar. William memang tak pernah bisa mengontrol bicaranya." Jawan Josephine, Istri Allaric.
Ethan hanya diam memandang Jesselyn lagi. Wajah dan suaranya membuat Ethan selalu bisa melupakan semua masalahnya.
"Em, Kakak!! Ada yang ingin Shiraishi tanyakan." Ucap William.
Ethan menoleh dan melihat Shiraishi lalu berkata,
"Tanyakan saja apa yang ingin kau tahu." Ucap Ethan.
"Em, Kakak Ipar! Apa anda tidak memiliki Selir?? Ayahku bilang anda dan Pangeran Allaric tak memiliki Selir." Tanya Shiraishi polos.
"Hahahahahhahahaha....." Allaric tertawa terbahak-bahak karena mendengar pertanyaan polos Shiraishi. Ethan pun terkekeh sambil memegang dahinya.
"Shiraishi, aku ingin bertanya. Apa dengan memiliki Selir hidup akan semakin indah??" Tanya Allaric.
"Aku tidak tahu, Kakak Ipar." Jawab Shiraishi.
"Jawabannya tidak, Shiraishi. Memiliki Selir hanya menambah masalah. Selain itu aku seorang pria yang pantang ingkar janji. Aku, Allaric dan William berjanji hanya memiliki satu orang Istri." Sahut Ethan.
Allaric dan William menjadi nostalgia karena itu janji mereka saat melihat Ibunda mereka menangis karena Ayah mereka mengambil Selir.
