Ketika membuka mata, Dani menemukan dirinya berada di sebuah kamar. Ia tak mengingat apapun tentang dirinya. Di sana dia bertemu dengan pria yang mengaku sebagai bosnya. Pria itu mengatakan kalau Dani merupakan personal trainer di gymnya yang diketahui juga melakukan pekerjaan p|us-p|us.
Namun semua itu tak berlangsung lama, karena ingatan Dani perlahan pulih setelah bertemu wanita yang mengetahui masa lalunya. Saat itulah Dani menggunakan keahlian hipnotisnya dan mengambil alih bisnis gym. Siapa yang menduga? Bisnis itu menjadi sukses besar saat dikelola oleh Dani.
"Layanan trainer-trainer di gym 24 luar biasa. Pokoknya bikin lemas dan banjir lendir. Eh, maksudnya lendir keringat. Hehe..." ucap salah satu tante langganan gym 24.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33 - Hidup Baru
Mobil hitam yang membawa Deva melaju kencang menembus jalanan sepi di pinggiran kota. Lampu-lampu jalan berkelebat cepat di jendela, seperti bayangan masa lalu yang ingin ia tinggalkan. Dr. Rahmat duduk di depan, sesekali melirik ke kaca spion.
“Kau sudah aman sekarang. Tidak ada yang tahu jalur terowongan itu kecuali aku, Lexy, dan beberapa orang tepercaya,” ucap sang dokter.
Deva hanya mengangguk. Matanya menatap kosong ke luar jendela, pikirannya melayang jauh. Kata-kata “aman” terasa hampa di telinganya.
Karena kenyataannya, justru di saat itulah ia sadar: kebebasan yang ia inginkan tak akan pernah benar-benar datang bila ia masih terikat dengan siapa pun. Termasuk Lexy.
Lexy, gadis yang ia dekati dengan senyum hangat dan belaian penuh janji, padahal jauh di dalam hatinya ia tahu—itu semua hanyalah permainan. Ia memanfaatkannya untuk keluar dari geng Kalajengking Hitam.
Namun bayangan wajah Lexy saat menangis histeris di depan “mayatnya” terus menghantui. Sorot matanya bukanlah sorot seorang anak mafia, melainkan sorot seorang gadis muda yang tulus kehilangan.
Deva mengepalkan tangannya, lalu membukanya lagi. Jemarinya bergetar.
“Berhenti di sini,” ucapnya tiba-tiba.
Dokter Rahmat menoleh kaget. “Apa? Kita belum sampai ke tempat persembunyian.”
“Berhenti. Aku tak bisa menunggu lebih lama.” Suaranya tegas, meski ada kegelisahan yang ia sembunyikan.
Mobil berhenti di sebuah jalanan kecil yang gelap, diapit pepohonan. Deva membuka pintu, angin malam menusuk wajahnya. Ia menoleh sebentar pada Rahmat.
“Terima kasih, Dokter. Tapi mulai sekarang… aku harus sendiri.”
“Deva, kau tahu ini gila. Tanpa dukungan Lexy, tanpa perlindungan siapa pun, kau—”
“Justru itu. Aku sudah mati, bukan? Maka biarlah aku benar-benar hilang.”
Tanpa memberi kesempatan sang dokter membantah, Deva melangkah masuk ke dalam kegelapan hutan kecil di sisi jalan. Suara pintu mobil yang tertutup menjadi penanda akhir dari satu bab hidupnya.
Hari-hari berikutnya, Deva hidup bagai hantu. Ia berpindah dari satu kota kecil ke kota lainnya, selalu menyamarkan wajah dengan topi dan janggut palsu.
Setiap malam, rasa bersalah itu datang seperti mimpi buruk. Wajah Lexy menjerit, mengguncang tubuhnya, lalu memeluk “jasad” dirinya yang penuh darah. Ia tahu itu hanyalah sandiwara, tapi air mata Lexy saat itu nyata.
“Maafkan aku…” bisiknya pada udara kosong.
Tapi setiap kali rasa bersalah itu hampir menelan dirinya, ia mengingat kembali siapa Lexy: putri seorang ratu mafia, pewaris dunia gelap yang telah menghancurkan begitu banyak orang.
Ia tidak bisa jatuh cinta pada bayangan kebaikan di balik kegelapan itu. Tidak boleh.
Malam demi malam, ia semakin yakin satu hal: Deva yang dulu, pengawal Lexy, sudah mati. Yang tersisa hanyalah seorang pria tanpa nama yang harus menebus hidupnya dengan kebebasan, meski kebebasan itu penuh kesendirian.
Sementara itu, jauh di markas Kalajengking Hitam, Lexy termenung di kamarnya. Matanya bengkak karena terlalu sering menangis. Di tangannya, cincin hitam kecil milik Deva yang dulu ia temukan di saku jaketnya.
“Ibu bilang dia mati… tapi hatiku bilang dia masih hidup,” gumamnya.
Air mata jatuh lagi. Lexy tidak tahu bahwa orang yang ia tangisi sebenarnya masih menghirup udara yang sama, berjalan di jalanan yang sama, hanya saja tak lagi menoleh padanya.
Deva, dari kejauhan, pernah berdiri di bawah bayang-bayang gedung tinggi tempat Lexy tinggal. Ia melihat siluet gadis itu di jendela kamar. Hatinya bergetar, ingin sekali menghampiri, mengatakan kebenaran.
Namun langkahnya tak bergerak.
“Kalau aku kembali, aku hanya akan menyeretmu ke dalam bahaya yang lebih besar. Lebih baik kau membenciku, menganggapku mati… daripada aku menghancurkanmu dengan kenyataan.”
Ia berbalik, berjalan menjauh, membiarkan malam menelan sosoknya.
Dalam keheningan itu, Deva sadar satu hal: ia memang telah memanfaatkan Lexy. Tapi bersamaan dengan itu, ia juga meninggalkan sepotong hatinya di sana.
Hidupnya kini hanyalah pelarian abadi—bukan lagi dari mafia, tapi dari dirinya sendiri.
...***...
Deva tinggal di tempat gym milik Dani. Kini keduanya sedang mengobrol bersama di balkon. Deva menceritakan segala yang sudah dialaminya setelah berhasil lepas dari Kalajengking Hitam.
"Kau sekarang sepenuhnya bebas. Kau bisa melakukan apapun," ucap Dani sambil menepuk pundak Deva.
"Aku tahu. Tapi jujur saja, kau merasa bersalah pada Lexy," ungkap Deva. "Aku yakin kau juga merasakan hal sama pada anaknya Eddy yang telah kau hamili itu," sambungnya.
"Aku tak bisa membantah. Tapi di sisi lain, mereka punya ikatan darah dengan musuh kita. Mungkin itulah karma. Bisa berdampak buruk pada keturunannya juga," sahut Dani. "Kau bisa melakukannya, Dev. Dan aku punya saran untukmu agar bisa lebih menikmati kebebasanmu," tambahnya.
"Apa?" Deva menuntut jawaban.
"Operasi plastik dan buatlah identitas baru. Kita lakukan itu saat sudah mendapatkan harta keluarga Alamsyah," saran Dani.
Deva terdiam seribu bahasa. Namun dia tahu, bersembunyi dari kejaran kelompok mafia tak akan mudah. Cepat atau lambat kedok Deva pasti akan ketahuan jika dirinya tidak menutupi semuanya dengan rapi. Termasuk salah satunya adalah merubah wajahnya sendiri.
semoga nanti bisa bersatu dengan Dani .
bahagia bersama anak mereka
jangan-jangan nanti Lexy juga hamil...