Tes Tes Tes
Air mata Airin tertahankan lagi ketika mendapatkan tudingan yang begitu menyakitkan dari sang ayah.
Bahkan pipinya memerah, di tampar pria yang begitu dia harapkan menjadi tempat berlindung, hanya karena dia mengatakan ibunya telah dicekik oleh wanita yang sedang menangis sambil merangkulnya itu.
Dugh
"Maafkan aku nona, aku tidak sengaja"
Airin mengangguk paham dan memberikan sedikit senyum pada pria yang meminta maaf padanya barusan. Airin menghela nafas dan kembali menoleh ke arah jendela. Dia akan pulang, kembali ke ayah yang telah mengusirnya tiga tahun yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Bertemu Orang Tua Samuel
Dini hari, pesawat yang di tumpangi oleh Samuel dan Airin baru mendarat. Keduanya keluar dari bandara di jemput oleh Billy.
Samuel terlihat begitu santai, menggenggam tangan Airin yang juga tidak tampak khawatir sama sekali.
Billy yang melihat pemandangan itu mulai merasa kalau keduanya memang pasangan yang sangat cocok. Bagaimana bisa seperti itu. Padahal kedua orang tua yang menunggu di mansion tampak begitu tegang.
"Tuan, nyonya"
"Dimana ayah dan ibu?" tanya Samuel.
"Di kediaman Soler. Tuan besar dan Nyonya tampak..."
"Diam Billy! jangan menakuti nyonya" sela Samuel yang menggenggam semakin erat tangan Airin.
Airin yang sebenarnya sama sekali tidak takut, segera memeluk lengan Samuel.
"Suamiku" ucapnya pelan seolah meminta perlindungan Samuel.
Billy mengernyitkan keningnya.
'Nyonya! astaga! sejak kapan nyonya jadi begini? dua orang ini benar-benar!' batin Billy yang memasukkan kedua koper keduanya ke dalam bagasi mobil.
Sepanjang perjalanan, terlihat sekali kebucinan Samuel pada Airin. Bahkan Samuel sama sekali tidak mau bergeser barang satu centimeter saja dari istrinya.
Billy yang melihat itu sampai geleng-geleng kepala. Tapi, dia juga maklum sih. Karena memang selama 29 tahun kan Samuel memang tidak bisa dekat dengan wanita. Sekarang dia bisa dekat dengan Airin, bahkan menikah. Wajar saja kalau Samuel tak mau jauh-jauh dari Airin.
"Pokoknya kamu tenang saja istriku. Semua aku yang akan mengaturnya. Jangan khawatir pada orang tuaku. Mereka itu cuma punya 20 persen saham di perusahaan Soler company!"
Billy benar-benar dibuat menaikkan alisnya. Bagaimana bisa Samuel berkata seperti itu. Biasanya tuannya itu irit sekali bicara. Dan mana pernah membicarakan orang tuanya seperti itu. Sekarang, malah terlihat cerewet sekali.
Yang Billy lihat, sejak tadi Airin itu malah lebih banyak diam. Hanya mengangguk dan tersenyum saja pada Samuel. Samuel yang cerewet dan bicara terus.
Begitu sampai di mansion. Samuel menggandeng tangan Airin masuk ke ruang tengah dimana Antonio dan Kinan menunggu mereka sampai tidak tidur.
Suara langkah membuat Antonio dan Kinan menoleh, tentu saja ke arah sumber suara itu.
Pandangan kedua orang tua Samuel itu tertuju pada tangan anaknya yang benar-benar bisa menggenggam tangan Airin.
Kinan sampai berdiri, takjub melihat anaknya sungguh bisa menyentuh lawan jenis. Sudah bertahun-tahun dia berusaha menyembuhkan keistimewaan Samuel itu. Sudah banyak negara yang dia datangi, sudah banyak dokter yang dia mintai konsultasi. Bahkan di ulang tahun Samuel yang ke-29. Dia tidak juga bisa menyembuhkan masalah anaknya itu. Melihat Samuel bisa menggenggam tangan Airin, Kinan benar-benar tak bisa berkata-kata.
"Ayah, ibu" sapa Samuel.
Airin pun ikut menganggukkan kepalanya tanda hormat pada kedua orang tua Samuel sambil tersenyum.
Sesaat, Antonio juga terkesima. Dia sama takjubnya dengan Kinan. Namun, dia menghela nafas panjang.
"Sejak kapan kamu menyadari, kalau penyakitmu sudah sembuh?" tanya Antonio.
"Sejak aku menyentuh Airin. beberapa bulan lalu di salah satu bandara yang ada di Dubai!"
Airin cukup terkejut. Tapi dia berusaha untuk tidak memberikan reaksi yang berlebihan.
"Apa sudah konsultasi ke dokter?" tanya Antonio lagi.
Kinan sebenarnya sudah gemas dengan apa yang di kaki anaknya diam-diam itu. Bagaimana bisa anaknya menikah diam-diam dan tidak memberitahunya. Tapi, karena suaminya masih mencoba bertanya pada Samuel tentang masalahnya, Kinan berusaha untuk tidak menyela.
"Sudah, saat kembali aku sudah konsultasi. Dokter bilang, mungkin Airin bisa membantuku menstimulasi reaksi dari penyakit..."
"Itu bukan penyakit Samuel!" sela Kinan.
"Kinan.." tegur Antonio.
Tapi yang namanya seorang ibu. Kinan tidak mau, sampai Samuel merasa kelainan yang dia derita sejak kecil itu adalah sebuah penyakit.
"Apa setelah ini, kamu bisa normal?" tanya Antonio lagi.
Samuel meraih tangan Airin dan semakin menggenggamnya dengan erat.
"Tidak tahu, tapi aku hanya bisa menyentuh Airin. Selain dia, aku masih merasa sangat tidak nyaman!" ungkap Samuel.
Antonio menoleh ke arah Airin.
"Kamu putri tuan Felix kan? apa kamu sadar? kalau pria di samping kamu itu adalah calon Paman tirimu?" tanya Antonio.
"Ayah, aku yang mengajak Airin menikah. Bukan salahnya!" sela Samuel yang jelas sekali membela dan melindungi Airin.
Kinan melihat anaknya itu. Sekilas teringat pada masa mudanya dulu. Dia juga bukan siapa-siapa dulu. Hanya seorang mahasiswa ilmu budaya yang kebetulan di mentori oleh Antonio yang merupakan seorang sastrawan terkenal. Dan ternyata, pria itu juga seorang bangsawan. Pernikahan mereka juga sempat di tentang oleh keluarga Antonio. Namun, Antonio berdiri di depan Kinan, membela dan memperjuangkan cinta mereka.
Sekilas, Kinan bernostalgia pada masa lalunya. Dan sampai sekarang, suaminya memang sangat mencintai Kinan.
"Apa ayah bicara padamu?" tanya Antonio dengan nada tidak senang.
"Ayah bicara seperti itu menakuti Airin!" sela Samuel lagi.
Biasanya Samuel bahkan tidak banyak bicara. Kali ini, demi Airin. Dia sungguh membantah ayahnya.
Antonio masih melihat ke arah Airin.
"Kamu lihat ini! apa kamu senang? untukmu Samuel membantah ayahnya?" tanya Antonio pada Airin.
"Jadi anda mau Samuel bagaimana?" tanya Airin.
Kinan dan Antonio cukup tertegun dengan jawaban Airin itu. Bukannya cari muka, menarik perhatian. Malah bicara seperti itu.
"Kamu berani..."
"Samuel berani membantah anda untuk membelaku. Kenapa aku tidak berani membela Samuel. Dia suamiku, saat seorang wanita belum menikah, dia menganggap ayahnya adalah dewa. Tapi begitu wanita sudah menikah, suaminya adalah segalanya. Anda ingin Samuel bagaimana? mengorbankan kebahagiaan seluruh hidupnya demi janji kalian pada keluarga yang bahkan sudah menipu kalian sejak lama?" tanya Airin yang membuat Kinan sampai tak bisa berkata-kata.
***
Bersambung...