Kejadian satu malam dengan pria yang sangat membencinya membuat Vara memutuskan untuk meninggalkan kota dan mengubur harapannya dalam-dalam untuk melanjutkan pendidikan.
Kehidupan baru yang Vara kira akan tenang dan melupakan peristiwa buruk yang dialaminya ternyata hanya sementara saja. Hadirnya dua malaikat kecil di hidupnya membuat Vara mendapatkan cacian dari warga sekitar dari masa kehamilan sampai kedua anaknya lahir.
Setelah empat tahun berlalu Ibu yang mendapatkan tawaran untuk mengelola cafe milik kakaknya mengajak Vara untuk kembali ke kota. Ternyata nasib baik tidak berpihak kepada Vara. Setelah enam bulan ia pun dipertemukan kembali dengan Rangga ayah dari kedua anaknya. Perjalanan hidup baru Vara pun di mulai dengan terbongkarnya rahasia yang diketahui Rangga bahwa ia memiliki anak kembar dari Vara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak boleh?
Sepanjang malam Vara tidak tidur merindukan kedua buah hatinya. Tidak biasanya ia tidur sebelum menidurkan Yura dan Aidan terlebih dahulu. Rasa canggung menyelimuti hatinya tatkala melihat kamar Yura dan Aidan tanpa berpenghuni. Pikiran buruk tak luput dari benaknya. Bagaimana jika Yura susah tidur di rumah Rangga? Karena gadis kecil itu sudah biasa dikepuk dulu sebelum tidur olehnya.
Vara sedang terlibat percakapan bersama ketiga sahabatnya sore itu sembari menunggu Rangga mengantarkan kedua anak mereka. Sesekali Vara melihat ke arah pintu masuk berharap kedua anaknya berada di sana dan berjalan ke arahnya.
"Duh Ra, kamu jangan gelisah gitu juga kali... Anak-anak kamu kan lagi sama bapaknya... Paling juga bentar lagi sampe..." ucap Riri yang sedari tadi melihat Vara tidak fokus dengan pembicaraan mereka.
"Emh... Maaf... Maaf... Jadi kalian bahas apa tadi?" ucap Vara tidak enak.
"Ini loh Ra... Malam minggu besok ada acara Reuni SMA kita... Seru kali ya kalau kita ikut..." ucap Melani sumringah.
"Kamu tenang saja Ra... Acaranya diadakan di hotel kok bukan di club lagi... Lagian kamu tenang aja nanti kamu tidak akan lepas dari pengawasan kami kalau kamu takut ada apa-apa lagi waktu acara itu." ucap Nadia yang tau jika sahabatnya itu masih menyimpan trauma akan kejadian lima tahun lalu.
Vara mengangguk, ia memang masih dilanda rasa takut atas peristiwa yang tidak mengenakan yang dialaminya dulu. "Baiklah aku akan ikut... Tapi bagaimana dengan anak-anakku?? Ibu dan paman akan pergi ke kampung untuk melihat keadaan rumah nenek dan juga ada acara di sana sampai hari minggu... Tidak mungkin aku meninggalkan anak-anakku di rumah." ucap Vara bimbang.
"Kenapa tidak kamu bawa saja Yura dan Aidan, Ra?? Teman-teman yang lain juga udah banyak yang menikah... Jadi kamu tenang aja... Mereka juga pasti bawa anak-anaknya ke acara itu..." ucap Melani menenangkan.
"Nah bener tuh Ra! Bawa saja anak-anak kamu... Tenang aja jangan khawatir... Kalau ada yang macam-macam atau menghina kamu akan berurusan sama aku..." ucap Riri menirukan gaya menyayat leher.
"Baiklah, aku akan bawa anak-anak di acara besok... Lagian aku juga tidak tega bepergian meninggalkan anak-anakku..." ucap Vara.
Mereka melanjutkan obrolan mengenang masa SMA dulu sampai Vara tersentak kedatangan Yura yang berteriak dan langsung merentangkan kedua tangannya minta digendong.
"Agh anak-anak bunda sudah sampai... Bunda udah nungguin dari tadi... Kenapa lama sekali sampainya??" ucap Vara yang sudah menggendong Yura.
"Iya bunda... Tadi Yula belpamitan dulu sama Didi... Yula mau punya Didi juga bunda..." Rengek Yura.
"Iya boleh... Besok kita beli Didi di pasar ya..."
"Asyikkk...."
"Ehm... Terimakasih ya Rangga sudah mengantarkan anak-anak..." ucap Vara melihat ke arah Rangga yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan dingin.
Kenapa dia selalu menatapku seperti itu?
"Ini ada titipan mama." Rangga menyerahkan sebuah bungkusan kepada Vara. "Kalau begitu gue balik dulu." pamit Rangga.
"Agh iya... Sampaikan ucapan terimakasih aku sama mama Mita."
Rangga mengangguk dan berjongkok menyamakan tingginya dengan kedua anaknya. "Aidan, Yura, ayah pulang dulu... Besok kalau tidak sibuk ayah ke sini lagi." Rangga mencium kedua anaknya.
"Kenapa ayah cepat sekali puyang?? Kenapa nda bobo di sini aja sama bunda yah??" tanya Yura.
"Ayah ada janji mau ke rumah teman dulu habis ini sayang..."
Yura mengangguk mengerti. Ia pun teringat ucapannya kemarin yang ingin ayahnya mencium sang bunda. "Ayo kakak Aidan, tante, kita tutup mata." ucap Yura yang sudah menutup kedua matanya dengan tangan.
Vara dan ketiga sahabatnya menyerngit tidak mengerti akan permintaan Yura. "Kenapa kita harus tutup mata??" tanya Nadia heran.
"Iya kalo belsembunyi nda muat di bawah meja tante... Ayah mau cium bunda... Kalau kita liat nanti ayah malu mau cium bundanya..."
"Apa???" ucap mereka kaget.
"Ayo ayah cium bunda..." rengek Yura.
Wajah Vara dan Rangga nampak memerah mendengarkan permintaan putrinya. "Yura... Kenapa berbicara seperti itu sayang?? Ayah tidak boleh mencium bunda..." ucap Vara lembut.
"Nda boyeh?"
Vara mengangguk. "Iya... Tidak boleh sayang..."
"Kenapa nda boyeh bunda?"
"Karena bunda belum mandi sayang... Nanti ayah gatal-gatal kalau cium bunda... Ayah kan mau ke rumah temannya... Nanti ayah gatal-gatal lagi di rumah teman ayah..." tidak mungkin Vara menjelaskan karena mereka belum menikah kepada Yura, bisa makin banyak lagi pertanyaan yang akan ditanya Yura kepadanya nanti, pikir Vara.
"Baiklah bunda... Besok kalau ayah mau ke sini bunda mandi dulu ya bial ayah bisa cium bunda..."
"Iya sayang..."
Hufh... Ada-ada saja permintaan kamu nak... Apa kamu tidak tau ayah kamu itu sangat membenci bunda... Mana mungkin dia mau mencium bunda... Batin Vara.
***
"Hahahaha lucu banget sih ekspresi kalian berdua waktu Yura minta Rangga cium kamu Ra..." ucap Nadia terkekeh setelah Rangga meninggalkan cafe.
"Apaan sih kamu Nad!" jengkel Vara.
"Sudah-sudah jangan goda Vara lagi Nad!" Perintah Melani.
"Iya deh iya...
"Ngomong-ngomong Rangga tetap ganteng aja walau baru pulang kerja..." ucap Nadia lagi.
"Memang ganteng dari sananya kali Nad... Liat aja Aidan, masih kecil aja udah keliatan banget pesonanya... Kalau aku masih kecil aku mau tuh sama anak kamu Ra..." timpal Riri terkekeh.
"Kalian berdua ini yaa... Dari dulu kalau liat cowok ganteng sedikit langsung tancap gas deh!! Kamu lagi Nad, ingat tuh Adit di rumah!!" Ucap Melani mencebik.
"Males banget aku ingat-inat dia! Setiap ketemu pasti selalu ribut... Huft... Dia selalu saja cari gara-gara sama aku..." ucap Nadia kesal.
"Kamu belum akur aja sama Adit Nad? Ingat loh dari benci jadi cinta... Emang kalian sampai kapan mau berantem terus?? Apa gak mau punya anak seperti Vara?? Aku aja mau punya anak seperti Aidan dan Yura... Tapi belum ada aja yang mau sama aku..." timpal Riri.
"Yee... Bukan gak mau... Kamu aja yang terlalu pemilih Ri!" Ucap Nadia. "Lagian cowok kayak gimana lagi sih yang sesuai kriteria kamu Ri?? Nanti terlalu milih, kamu yang malah gak terpilih lagi... Hahaha..." ledek Nadia.
Riri terkekeh. "Bukan pemilih Nad... Aku kan takut nanti calon suami aku tu gak setia seperti film yang sering kita tonton itu... Hahaha..." jawab Riri.
"Kamu itu jangan terlalu suka bawa perasaan kali Ri..." cebik Nadia.
"Yaa aku takut aja Nad!"
"Iya deh iya... Kalau gitu besok kita ke mall ya beli gaun buat acara reuni... Nah kamu Ra... Kamu mau ikut atau gimana??" Tanya Nadia karena tau Vara sangat sibuk mengurus cafe dan kedua anaknya.
"Aku titip aja deh sama kalian... Gak apa-apa kan??" ucap Vara tidak enak.
Nadia tersenyum melihat Vara yang selalu saja tidak enak merepotkan sahabatnya walaupun mereka tidak merasa direpotkan sekalipun. "Gak masalah Ra! Kamu serahin aja semuanya sama aku!" ucap Nadia dan mengelus tangan Vara.
RANGGA KAMU SALAH MENILAI VARA YG MSH LUGU SUCI