Sebuah masa lalu terkadang tidak ingin berhenti mengejar, membuat kehidupan seseorang berhenti sejenak dan tenggelam dalam sebuah luka.
Lituhayu terjebak dalam masa lalu itu. Masa lalu yang dibawa oleh Dewangga Aryasatya, hingga membuat gadis itu tenggelam dalam sebuah luka yang cukup dalam.
Waktu terus bergulir, tapi masa lalu itu tidak pernah hilang, bayangnya terus saja mengiringi setiap langkah hidupnya.
Tapi, hanya waktu juga bisa menyadarkan seseorang jika semua sudah berakhir dan harus ada bagian baru yang harus di tulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dewa dan Alana
Setiap melihat Kalandra, Alana selalu merasa jijik. Bagaimana bisa pria yang selalu gonta ganti pasangan itu menjadi suaminya.
Gonta ganti pasangan. Seperti itulah, Alana menganggap kelakuan Kalandra. Entah apa yang membuat wanita-wanita di luar sana memuja seorang Kalandra Arshaka Bagaskara.
Ganteng si, tapi wajar dia berduit dan gennya pun setengah bule. Kaya, iya sih dia memang kaya, tapi dia seperti bisa membeli semuanya dengan uang termasuk membeli harga diri wanita.
Alana terus termenung selama di dalam taxi. Kali ini dia akan bertemu dengan Dewa setelah mamanya beristirahat.
Mobil berhenti tepat di sebuah kafe. Dia keluar dari mobil dan menatap sejenak bangunan yang tidak pernah berubah sejak beberapa tahun yang lalu.
Dia kembali teringat akan tentang kenangan saat dirinya kuliah dan kebersamaannya bersama Dewa.
Alana melangkah masuk. Di sudut ruangan, diaman meja yang dirinya dan Dewa sukai saat makan, seorang pria tampan tersenyum padanya.
"Hae, Al!" sapa Dewa dengan berdiri menyambut Alana yang kini sudah berada di depannya.
Nampak sekali senyum keduanya tak pernah surut, bahkan sorot mata mereka seolah menyimpan rindu yang menggunung.
" Kamu kurus, Al." ucap Dewa dengan mata berkaca-kaca, Alana hanya tersenyum dengan mata yang mengembun. Rasanya semua cepat berlalu.
" Apa kabarmu? Kenapa pergi tanpa meninggalkan jejak sama sekali, Al." kalimat Dewa membuat Alana langsung menetaskan air mata.
Dewa yang melihatnya pun merasa yakin jika selama ini Alana baik-baik saja. Gadis itu masih menangis, Alana tak mampu bicara, bahunya semakin bergetar seolah mengatakan jika selama ini yang terjadi bukan keadaan yang baik.
Dewa meraih tangan Alana, menggenggam jari-jari tangan yang dulu selalu dia genggaman.
" Aku mencarimu di tempat Bude, tapi rumah Bude kosong. Ponselmu sama sekali tidak bisa aku hubungi dan aku sempat mencari alamatmu dari kampus, tapi aku tidak menemukan apapun." jelas Dewa menceritakan betapa kacaunya dirinya setelah kepergian Alana.
" Bukankah, Mas Dewa bersama Bella. Terakhir kali aku melihat Mas Dewa di rumah sakit bersama Bella." lirih Alana sambil menahan nafas karena gejolak hati dan tangisnya.
Dewa mencoba mengingat saat-saat terakhir bersama Bella. Iya, dia sempat mengantar Bella saat operasi usus buntu.
" Saat itu aku juga sakit typus! Hera mengantarku ke rumah sakit. Karena Bude sudah pindah ke tempat sepupuku." jelas Alana dengan terus mengusap air matanya yang tidak mau berhenti.
"Ya Allah, kenapa kamu tidak menghubungiku, Al? Kau pasti tidak akan membiarkan kamu sendirian." Dewa menyesali semua itu. Dari situ dia kehilangan Alana, dari situ dia merasa kehilangan dunianya.
" Aku pikir kita sudah putus dan Mas Dea balikan dengan Bella." ucap Alana. Dulu dia memang selalu gegabah. Dia juga terlalu impulsif karena rasa cemburu.
Dewa hanya menghela nafas panjang, dia merasa dunia ini tidak adil bagi dia dan Alana. Membiarkan Alana pergi dengan rasa kecewa tanpa penjelasan sama sekali.
"Bagaimana hubungan Mas Dewa dengan Bella?" tanya Alana dengan menatap pria di depannya. Dia sangat menunggu jawaban Dewa.
" Aku sudah pernah mengatakannya bukan? Jika aku tidak ada hubungan spesial lagi dengan Bella. Kamu murni berteman, Al." ucap Dewa kali ini dia menatap lekat Alana seolah dia ingin Alana melihat kejujuran dari ucapannya.
" Aku mencintaimu, Al. Sampai saat ini cintaku masih sama." lanjut Dewa. Dia berharap gadis di depannya percaya.
Alana kembali terisak, dua tahun lebih dia merasa kecewa dan terluka. Tapi semua itu ternyata karena cintanya sendiri. Jika saja, dia bisa sedikit dewasa mungkin ceritanya tidak seperti ini.
" Apa cinta di dalam hatimu masih sama, Al?" Suara lirih Dewa membuat Alana mengangguk dalam tangis. Cinta itu masih sama tapi keadaan yang berbeda, karena dia akan menikah.
Dewa sudah yakin itu, sorot mata Alana kepadanya masih sama. Tatapan penuh cinta itu masih miliknya.
"Kau masih mencintai Mas Dewa sama seperti dulu! Tapi ternyata takdir tak berpihak pada kita. Aku akan menika,.Mas." lirih Alana diantara isak tangis.
Mendengar pengakuan Alana Dewa pun merasa kecewa. Dia masih berharap bisa bersama gadis yang selama ini dia cari, " Apa kamu mencintai pria itu?" tanya Dewa dengan rasa penasaran.
" Kau tidak mencintainya sama sekali, Mas. Itu semua aku lakukan demi, Mama. Mama sakit, aku tidak bisa menolak keinginannya. Tidak ada yang aku miliki lagi kecuali Mama karena Papa sudah meninggal." jelas Alana.
Dewa dibuat terkejut dengan apa yang dikatakan Alana. Setahu dirinya, Alana dan mamanya begitu tergantung dengan papanya. Pasti itu akan sangat sulit buat Alana menjalani kehidupan itu setelah papanya meninggal. Itu yang sedang dipikirkan Dewa.
Dewa menghapus air mata yang menetes di pipi Alana. Ingin sekali dia memeluk gadis itu untuk memberi ketenangan.
" Aku pernah berusaha menolak pernikahan itu. Tapi itu sama seperti aku mengecewakan dan menyakiti Mama. Apalagi pernikahan nitu tinggal hitungan hari, Mas." Alana kembali menjelaskan jika hubungan mereka tidak akan sama lagi. Status mereka akan berbeda dan tidak semestinya mereka memelihara perasaan cinta itu.
"Apapun yang terjadi aku akan mencintaimu, Al. Aku tidak lagi bisa jauh dari kamu." sambut Dewa. Apapun yang terjadi pada gadis itu, dia akan tetap mencintainya, apalagi Alana terpaksa menerima pernikahan itu. Bagi Dewa itu bukan alasan untuk bisa meninggalkan perasaannya pada Alana.
Alana melihat jam dipergelangan tangan. Dia melihat sudah satu jam lebih dia meninggalkan mamanya.
Gadis segera berpamitan. Sebelum meninggalkan Dewa Alana juga menceritakan semuanya yang sudah terjadi dan mereka juga bertukar nomer ponsel.
" Aku pasti akan merindukan mu, Al." ucap Dewa.
Alana hanya mengangguk dan tersenyum. Hal yang baru disadari adalah Dewa sekarang lebih bisa mengatakan apa yang dia rasakan tidak seperti saat mereka masih menjadi sepasang kekasih.
Alana keluar dari kafe sendirian. Pria yang sejak tadi menungguinya dari kejauhan pun mempertajam pandangannya saat Alana masih menunggu taxi di pinggir jalan..
Sejak tadi Kalandra langsung memantau calon istrinya, setelah mendapatkan informasi jika Alana bertemu dengan mantan kekasihnya.
Bukan karena cemburu, tapi lebih cenderung untuk mengetahui sejauh mana pertemuan mereka. Jika sampai mereka menghabiskan waktu di hotel, makan tidak akan ada lagi pernikahan.
Dia memang brengsek, tapi seperti kata Kendra jika seorang pria harus mencari sosok istri yang baik. Karena itu akan berpengaruh pada kehidupan setelah pernikahan.