CEO Tampan Bukan Sang Pewaris

Saat di dalam kamarnya, Aqila terus memikirkan peristiwa yang telah terjadi saat di apartemen, kemudian ia menyentuh bibirnya.

"Kenapa tadi kak Darren mencium ku? Aih... kenapa juga jantungku bisa berdebar seperti ini? Ini gila...aku tidak mau sampai masalah ini di ketahui oleh siapapun, aku harus menjaga jarak dengan kak Darren, meskipun aku dan kak Darren tidak memiliki ikatan darah, tapi aku harus tetap menganggap dirinya sebagai kakaku, aku tidak mau Bunda dan Papah kecewa apalagi Oma, pasti Oma akan sangat membenciku!" monolognya sembari menatap langit-langit di kamarnya.

Keesokan harinya.

Darren sudah disibukan oleh pekerjaannya yang menumpuk di tambah masalah dirinya bersama dengan Siska dan juga Aqila yang bekum bisa ia atasi sehingga membuat kepalanya serasa mau pecah. Ryo yang menyaksikan hal itu, iya tampak keheranan.

"Tuan, sepertinya hari ini anda tidak sedang baik-baik saja!" ujarnya dengan mata menyipit.

"Terlalu banyak masalah dalam hidupku Rio, ditambah masalah perusahaan yang tidak berkesudahan." jawabnya sembari memijit pelipisnya.

Tak lama ia mendapatkan panggilan telepon dari Tony, dan buru-buru menemuinya secara diam-diam.

Di salah satu kafe dekat dengan perusahaan, akhirnya Darren bertemu dengan Tony disana.

"Ada informasi penting yang ingin saya sampaikan kepada anda, Tuan!" lalu Tony memberikan beberapa kertas di dalam sebuah amplop berwarna coklat.

"Apa ini Ton?"

"Bukti kejahatan Tuan Miko dan putranya selama ini, Tuan. Saat anda menghabisi Tuan Bima dan menjebloskan nya kedalam jeruji besi malam itu, saya dan pihak dari kepolisian melakukan investigasi dan penyidikan terhadap pelaku, sampai akhirnya pelaku mau membuka mulut, dan memberikan semua bukti ini, dengan syarat mendapatkan keringanan dari hukum, ck...ku pikir Adipati Bima Anggara adalah pria yang pintar, namun pada kenyataannya dia begitu bodoh!" ejeknya sampai tertawa kecil.

"Are you sure Ton? Kau tidak sedang membohongiku kan?" Darren masih tidak percaya atas apa yang telah Tony jelaskan padanya.

"Tidak Tuan, Saya mengatakan yang sebenarnya, dan saat ini Tuan Miko serta putranya sedang dalam pengintaian polisi, dan untuk kasus ibunya Tuan, saya juga sudah mendapatkan beberapa bukti rekam medis yang telah saya dapatkan dari rumah sakit yang telah melakukan tindakan transplantasi Sumsum tulang belakang, dan bukti kuat berupa rekaman CCTV yang terjadi delapan belas tahun yang lalu, dimana saat di kamar pasien atas nama Lila Amalia telah mendapatkan tindakan kekerasan oleh suaminya sendiri, sehingga memaksanya untuk bersedia mendonorkan Sum-sum tulang belakangnya untuk ibunya Tuan, dan ini akan semakin memberatkan hukuman terhadap Tuan Miko, dan anda boleh mempelajari beberapa bukti atas keterkaitan Tuan Miko dengan perusahaan milik Tuan Bima, masalah anggaran perusahaan Syailendra yang telah digelapkan oleh Tuan Miko dan putranya, saya sudah mendapatkan bukti yang kuat dan bisa dengan mudah menjeratnya."

Perkataan dari Tony membuat Darren merasa sangat lega, itu artinya ia tidak harus bersandiwara lagi terhadap Siska, dan bisa segera mengakhiri hubungannya, kemudian masalah bukti yang telah ia dapatkan dari pengakuan Siska tempo hari akan ia jadikan satu dengan barang bukti yang lainnya, dan Darren pun setelah ini akan memberikan kabar baik terhadap Papahnya.

Setelah ia bertemu dengan Tony, Darren menyempatkan untuk pergi ke rumah sakit dan ia ingin bertemu dengan Siska dan juga Aqila, Darren berencana untuk mengakhiri hubungan nya dengan Siska di depan Aqila. Tapi sepertinya tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Saat tiba di rumah sakit, Aqila enggan untuk menemuinya, dan lebih memilih pergi makan siang bersama dengan Dokter Arthur, Darren sendiri mengetahui hal itu dari Siska, ia sampai mengepal tangan, dadanya seolah bergemuruh, Darren benar-benar telah di buat cemburu oleh Aqila, ia tidak bisa melihat Aqila dekat dengan pria lain selain dengan dirinya. Siska yang melihat ekspresi Darren seperti itu, ia terlihat kesal.

Dan di dalam lobby rumah sakit, Darren berusaha mencari keberadaan Aqila.

Siska berusaha mengejarnya sampai terseok-seok."Kak, ngapain sih kakak mencari Aqila, lagian biarkan saja ia bersama dengan Dokter Arthur, mereka berdua pasangan yang sangat cocok!" mendengar Siska berkata seperti itu, Darren semakin murka di buatnya.

"Diam kau, jangan ikut campur urusanku!"

Siska serasa di sambar petir saat Darren bersikap kasar padanya.

"Kak, kau telah menyakitiku hanya demi perempuan menyebalkan itu!"

Sontak Darren membalikan tubuhnya, lalu menatap dingin ke arahnya.

"jangan pernah kau menyebut aqila dengan sebutan seperti itu, aku tidak suka!" jawabnya tegas.

Siska sampai menutup mulutnya karena kaget atas perkataan dari Darren.

"Apakah kakak sudah tidak mencintaiku lagi? apakah kakak mencintai Aqila?" tanpa tersadar Siska berkata seperti itu, bibirnya sampai bergetar.

Kemudian Darren membungkukkan tubuhnya agar bisa lebih dekat dengan Siska.

"Ya, aku telah mencintai Aqila, dan aku sangat menyayangi nya melebihi diriku sendiri!"

Deg!

Kilatan petir serasa telah menyambar tubuh nya, seketika Siska langsung diam mematung, air matanya pecah dan sudah tidak bisa ia bendung lagi, ia tidak menyangka akan mendapatkan kenyataan pahit seperti ini.

"Kak Darren jahat, setelah apa yang telah kita lakukan bersama malam itu, kakak dengan seenaknya membuang ku seperti sampah!" perkataan dari Siska malah membuat Darren tersenyum tipis.

"Aku samasekali tidak pernah menyentuh mu, selama ini aku telah menjebak mu, kau masuk dalam perangkap ku, apakah kau tahu mengapa aku melakukan hal ini padamu? Itu karena aku dendam terhadap Papahmu yang sudah menyiksa Mamah Mona selama ini."

Deg!

Siska sampai mengerutkan dahi."Mamah Mona? Apa hubunganmu dengan wanita itu hah?"

"apakah kau ingin tahu Siska? Mamah Mona adalah ibu kandung ku yang selama ini selalu aku cari!"

Duar!

Untuk kedua kalinya Siska serasa tersambar petir, sekujur tubuhnya bergetar hebat.

"Tidak...ini tidaklah mungkin, kak Darren pasti sedang bercanda kan?" Siska berusaha untuk menyangkal semua kenyataan pahit yang di lontarkan oleh Darren.

"Tanya sana kepada Papahmu yang biadab itu, kau akan menemukan jawabannya!" lalu Darren pergi begitu saja meninggalkan Siska seorang diri dan ia segera mencari keberadaan Aqila.

Sedangkan Siska, ia bergegas pergi untuk menemui Papahnya dan meninggalkan pekerjaan yang belum selesai.

Kemudian Darren pergi menuju arah kantin setelah ia menyayangkan kepada suster Rumah Sakit.

setibanya di kantin, ia melihat Aqila sedang tertawa terbahak-bahak bersama dengan Dokter Arthur, melihat keakraban Aqila dengan Dokter Arthur, Darren malah terbakar oleh api cemburu, dengan langkah yang cepat sambil tangan dikepal, ia buru-buru menghampiri mereka.

"Mengapa kau menolak ajakanku La, dan lebih memilih makan siang bersama pria ini!" tunjuk Darren ke arah Dokter Arthur.

Aqila kaget tidak percaya karena Kakaknya nekat datang menemuinya dengan cara seperti ini apalagi raut wajahnya menandakan tidak sukanya atas apa yang telah dilihatnya.

"Ayo ikut denganku!" dengan kasarnya Darren menarik tangan Aqila yang saat ini sedang duduk berhadapan dengan Dokter Arthur.

Sedangkan Dokter Arthur yang merasa dirinya telah terusik atas kehadiran Darren dan sikapnya yang sangat menyebalkan akhirnya ia berusaha melepaskan genggaman tangan Darren terhadap Aqila.

"Lepaskan tangan Aqila, dia itu adikmu bukan kekasih mu, dasar pria posesif!" cetus nya tidak suka atas sikap Darren yang seenaknya.

Darren yang tidak terima atas sikap dari Dokter Arthur ia mulai menatap dingin ke arahnya.

"Siapa bilang dia adalah adikku, La kau sudah tahu kan apa yang telah terjadi kemarin?" perkataan dari Darren telah membuat Aqila semakin kesal padanya.

"Sudah cukup, hentikan kak, apa yang dikatakan oleh Dokter Arthur adalah benar, kau adalah kakakku buka kekasihku, jadi bersikaplah sewajarnya, jangan menjadi pria yang posesif!"

Deg!

Perkataan dari Aqila telah membuatnya merasakan nyeri di dadanya, ia tidak habis pikir Aqila akan berkata seperti itu padanya.

"lepaskan tanganku kak, aku masih ada tugas di rumah sakit, sebaiknya Kakak tidak usah kesini lagi untuk mencariku!"

Jeger!

Kali ini Darren serasa disambar oleh petir, perkataan dari Aqila telah mematahkan perasaannya, ia pun langsung diam mematung dengan sorot matanya yang kosong.

Sedangkan Aqila, ia lebih memilih pergi bersama Dokter Arthur.

Bersambung...

☘️☘️☘️☘️☘️