Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
enam
"Momok? Dimana ada momok?" tanya Gita dengan rasa khawatir. Bulu kuduknya meremang saat puteranya menyebutkan kata tersebut.
"Ntu." tunjuknya ke arah sudut kamar dan hal itu membuat wanita itu semakin merasakan takut yang sangat luar biasa.
"Sudah, jangan dipandang, kita tidur, ya." wanita itu membelai puteranya, lalu membaringkannya diatas ranjang dan memunggungi arah dimana Raihan merasa takut akan sesuatu yang dilihatnya.
Perlahan ia mulai tertidur, dan begitu juga dengan Raihan yang saat ini sangat lelah karena banyak menangis.
****
"Hah!" Gita tersentak kaget dari tidurnya. Ia mengusap kedua matanya saat merasakan ada sesuatu yang menarik rambutnya.
Ia mengusap kedua matanya. Lalu memperjelas pandangannya dengan memindai sekitarnya.
Sesaat ia dikejutkan oleh penampakan dimana terpantul sebuah penampakan didalam cermin lemari pakaiannya beberapa ekor babi hutan yang berada sisi kanannya dan salah seekornya sedang menggigit rambutnya dengan sangat kuat, sehingga membuat ia tersentak dan meringis kesakitan.
"Hah! " oa melirik ke sisi kanannya dengan debaran yang terdengar sangat memburu. Bibirnya bergetar, dan ia mencoba meninju babi hutan itu, dan berhasil melepaskan rambutnya.
Dengan cepat Gita meraih tubuh Raihan yang masih tertidur, lalu menggendongnya dan membawanya keluar dari kamar.
Para babi hutan tersebut ikut keluar dari kamar dan mengejar Gita yang tampak ketakutan.
Sontak saja hal itu membuat Gita semakin panik. "Pergi! Pergi! Jangan ganggu aku!" pekik Gita dengan wajahnya yang pucat.
Akan tetapi, babi hutan yang berjumlah sekitar puluhan ekor itu terus mengikutinya kemanapun ia pergi.
Gita mencoba mengetuk pintu kamar Arka, namun sepertinya pria itu tidak mengindahkannya.
"Mas, Mas Arka! Buka pintunya!" ketuknya dengan sangat keras sembari terus berusaha dengan pengharapan jika suaminya berbaik hati membuka pintu kamar untuknya.
Para Babi Hutan semakin mendekat ke arahnya, dan bersiap untuk memberikan serudukan yang sudah diancang-ancang.
Melihat hal itu Gita memilih untuk keluar dari rumah. Ia membuka pintu depan, lalu berlari dengan Raihan yang berada digendongannya.
Malam yang gelap, dan seilah hanya ada kesunyian. Para tetangga terlihat menutup pintu rumah dan sudah terlelap dalam tidurnya.
"Aaaaa....," pekiknya dengan sangat keras, dan terus berlari saat para Babi Hutan itu mengejarnya.
Ia terlihat kepayahan, karena harus membawa tubuh Raihan yang pastinya menghambat laju larinya.
Nafasnya tersengal, dan sesekali ia menoleh ke arah belakang, dan melihat sosok Babi Hutan terus mengejarnya.
Braaaak
Ia terjatuh, dan gerombolan para Babi Hutan itu semakin berlari kencang dan ingin menyeruduknya.
"Aaaaaaaaaa...." ia seolah pasrah jika harus mati diseruduk oleh sosok gerombolan Babi Hutan bermata merah itu.
Plaaaaak
Sebuah tamparan mendarat dipipinya. Gita tersentak kaget saat membuka matanya dan mendapati satu sosok pria yang berdiri menatapnya dengan wajah penuh kebencian.
"Bisa diam, gak?! Ini masih malam dan kau hanya mengganggu tidurku! Dasar kau tidak berguna!" umpat Arka dengan sangat kesal.
Gita mengusap pipinya yang terasa sangat sakit, dan juga panas. Rasa kantuknya hilang seketika, dan Arka yang baru saja menganiayanya keluar dari kamar dengan suara omelan yang terdengar sangat menyakitkan hati.
Entah apa salahnya, sehingga membuat pria yang dulu begitu menyanyanginya kini berubah sangat drastis.
Bulir bening kembali mengalir dipelupuk matanya. Ia mengusapnya dengan cepat. Apakah ia dapat kembali tegar? Sunggu sebuah dilema.
Ia menghela nafasnya dengan berat. Ternyata kejadian tadi hanya sebuah mimpi buruk memberikan bayang-bayang kengerian dalam hidupnya.
Ia mengusap wajahnya. Lalu mencoba beristighfar dan berharap jika semua ujian ini segera berakhir.
Gita beranjak dari ranjangnya. Ia ingin buang air kecil, dan berjalan menuju ke kamar mandi. Akan tetapi, ia melihat kulit lengannya tampak lebam-lebam dan hampir memenuhi sekujur tubuhnya.
"Hah! Mengapa tubuhku jadi biru lebam begini?" gumamnya dengan keheranan. Bahkan ia menyingkap pakaiannya dan melihat bagian perutnya juga penuh luka lebam sebesar uang koin seribuan.
Gita merasakan kepalanya sangat berat. Namun memaksa untuk kekamar mandi.
Setibanya dikamar mandi. Ia membenahi kucirnya, dan saat ia menyisir rambutnya dengan jemari tangannya, terlihat rambutnya rontok dan tertinggal dijemari tangannya dalam jumlah yang cukup banyak.
Semakin ia menyisirnya. Maka rambutnya semakin banyak yang rontok dan berjatuhan dilantai kamar mandi.
"Hah!" Gita semakin panik dan menatap dengan ketakutan.
Ia tak ingin lagi menyisir rambutnya, dan bergegas mengkucir rambutnya, karena takut mengalami kebotakan.
Ia memungut rambutnya yang rontok, lalu memintalnya dan berniat akan menanamnya esok pagi.
Kemudian ia bergegas buang air kecil dan berniat kembali untuk tidur, karena waktu masih memperlihatkan pukul tiga pagi.
Setelah menyelesaikan hajatnya. Ia kembali ranjangnya, dan melirik Raihan yang masih tertidur pulas.
Gita membaringkan tubuhnya disisi puteranya, ia memejamkan kedua matanya.
Akan tetapi, semuanya tampak sia-sia. Matanya tidak ingin terpejam ia merasa sangat gerah, dan merasakan serba salah dan akhirnya ia sangat gelisah.
Gita terus terjaga dan tidak lagi dapat tidur, karena rasa kantuknya telah hilang.
Ia mencoba menekan tombol untuk angka enam belas derajat celcius dan mendapatkan ruangan yang cukup dingin.
Akan tetapi, sepertinya itu tidak berpengaruh, dan membuat Gita kembali merasa gerah. Ia bahkan berkeringat dan serasa seperti sedang berada digurun pasir yang tandus.
"Mengapa.gerah banget sih?" gumamnya, sembari mengipas-ngipaskan tangannya.
Ia beranjak dari ranjangnya, dan berniat ingin shalat malam namun entah mengapa, hatinya seolah diganjal sesuatu dan melarangnya untuk meninggalkan kewajibannya terhadap Sang Pencipta.
Bahkan hendak bergerak dari ranjang saja seolah sangat sulit, dan kakinya bagaikan dirantai dan diberi bandul bola besi, sehingga sangat berat sekali.
Wuuuuusssh
Kembali desiran berhawa panas seolah menerpa tengkuknya dan semakin membuatnya semakin sangat malas untuk melakukan apapun.
Sesaat ia merasakan jika sesuatu sedang mengawasinya dari sudut kamarnya yang tadi ditunjuk oleh puteranya jika ada sesuatu yang terua menatapnya, dan hal itu semakin membuatnya merasa sangat tak nyaman.
Ia mengusap pipinya yang terasa panas, dan itu disebabkan oleh tamparan Arka yang cukup keras karena mimpi buruknya tadi telah ia berteriak cukup keras dan mengganggu tidur pria tersebut.
Ia sangat sakit hati dengan Arka yang telah berlaku semena-mena.
Apakah jabatan tinggi yang telah disandangnya itu telah membuatnya lupa diri dan menjadi seorang pecundang yang merasa sangat angkuh?
"Apakah mas Arka memiliki selingkuhan? Sehingga ia berlaku seperti itu?" kecurigaan dihati sang wanita mulai tumbuh.
Rasa perih dipipinya tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya, namun entah mengapa ia masih berusaha untuk terus bertahan dalam membina rumah tangga dengan pria yang kini telah berubah menjadi orang asing.
"Aku selama ini tidak pernah melakukan kesalahan apapun, tapi mengapa kau kasar sekali?" gumamnya dengan rasa sakit yang cukup besar.
kaauupok mu kapan dehhh
dan di lubang lily nnti ada bisa kelabang siapa yg mencicipi akan metong /Facepalm/
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔