"Kenapa aku bisa di sini? Kenapa aku tak memakai baju?"
Alicia Putri Pramudya begitu kaget ketika mengetahui dirinya dalam keadaan polos, di sampingnya ada pria yang sangat dia kenal, Hafis. Pria yang pernah menyatakan cinta kepada dirinya tetapi dia tolak.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Alicia Putri Pramudya?
Yuk pantengin kisahnya, jangan lupa kasih ulasan bagus dan kasih bintang 5 untuk yang suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembukaan
Anjar merasa kalau waktu berjalan dengan begitu lambat sekali, karena setelah acara akad nikah dilaksanakan, dia masih harus menjalani resepsi pernikahan yang begitu lama sekali.
Dia merasa berdiri seharian di pelaminan itu sudah seperti satu tahun saja, karena acara sesi foto, sesi salaman, berkumpul bersama dengan teman, keluarga dan juga kerabat itu dirasa sangatlah lama.
Jika saja dia bisa mengatur waktu, rasanya ingin dia skip waktu itu dan langsung saja ke acara malam pengantin mereka.
Sayangnya hal itu tidak bisa Anjar lakukan, dia hanya bisa berusaha untuk bersabar walaupun dalam hatinya dia tidak bisa sabar karena ingin segera berduaan dengan istrinya saja.
"Jangan manyun aja, acara resepsi belum selesai."
Nina memberikan segelas air hangat kepada kakaknya, Anjar terlihat tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh adiknya, tetapi dia tetap menerima segelas air hangat itu dan meminumnya sampai tandas.
"Lama!" keluhnya.
"Sabar, satu jam lagi." Nina menepuk lengan Anjar, lalu dia pergi menemui kekasihnya yang sedang asik mengobrol dengan orang-orang yang hadir di sana.
"Bener kata Nina, jangan ditekuk terus wajahnya. Senyum dong," bujuk Cia.
"Iya, Sayang."
Anjar berusaha untuk tersenyum demi istri tercintanya, walaupun sungguh rasanya dia ingin membawa istrinya itu untuk pergi saja walaupun pesta masih berlanjut.
"Akhirnya," ujar Anjar senang karena kini mereka sudah berada di kamar pengantin.
Anjar langsung membuka tuxedo yang dia pakai, kini dia hanya memakai kaos dan juga boxer saja. Cia sampai menggelengkan kepalanya melihat tingkah dari suaminya.
"Mau aku bantu buka?" tanya Anjar ketika melihat Cia sedang membuka aksesoris yang ada di atas kepalanya.
"Nggak usah, aku bisa sendiri," jawab Cia sambil menatap suaminya dari pantulan cermin.
Dia bisa melihat Anjar yang menatapnya dengan tatapan penuh minat, Cia paham kalau pria itu pasti menginginkan dirinya. Karena Cia sudah pernah menikah.
Walaupun dulu Hafis berkata tidak mencintai dirinya, menikahi dirinya hanya untuk hartanya saja, tetapi tetap saja ada kalanya Hafis begitu menginginkan Cia. Pria itu menatap Cia dengan tatapan penuh keinginan.
"Masa sih gak mau dibantu?"
Anjar menunduk, lalu dia memeluk istrinya dari belakang dan menyadarkan dagunya di pundak wanita itu. Kedua tangan Anjar dengan nakalnya mengusap dada Cia.
Cia yang merasa gemas langsung memukul tangan Anjar, pria itu nampak tak senang dan memonyongkan bibirnya. Dia merasa kesal karena Cia seakan tak paham kalau Anjar sudah ingin unboxing.
"Sabar," ujar Cia.
"Nggak tahan, udah gak bisa sabar."
Anjar dengan cepat membantu Cia membuka aksesoris yang menempel di kepala wanita itu, setelah itu Anjar membantu merapikan rambut wanita itu. Lalu, dengan tidak sabar Anjar mengangkat tubuh Cia dan mendudukkannya di atas meja rias.
"Astagfirullah! Kamu mau apa sih, bocil?" tanya Cia kaget dengan apa yang dilakukan oleh Anjar.
"Ish! Pake bilang bocil segala, aku itu udah gede loh. Ininya aja gede," ujar Anjar sambil menunjuk boxer yang dia pakai.
Cia hampir tersedak ludahnya sendiri saat melihat milik Anjar yang sudah mengembang, walaupun masih tertutup boxer, tetapi dia bisa melihat sebesar apa tonjolannya.
"Ya ampun," ujar Cia sambil memalingkan wajahnya ke arah lain karena merasakan wajahnya memanas.
"Ish! Diliat dong, Yang. Gede ini," ujar Anjar sambil menarik tangan Cia untuk menyentuh miliknya.
''Anjar ih!" ujar Cia kesel bercampur malu. Wajahnya sudah nampak memerah, Anjar suka melihatnya.
"Kayaknya ada yang mau nyoba nih," ujar Anjar yang langsung menyatukan bibirnya dengan bibir Cia.
Cia tentu saja begitu kaget dengan apa yang dilakukan oleh Anjar, awalnya matanya nampak melotot ketika pria itu mulai memagut bibirnya. Namun, tak lama kemudian dia mulai menikmati pagutan itu.
Bahkan, Cia juga membalas pagutan bibir Anjar. Bibir yang begitu hangat, manis dan juga kenyal saat bersentuhan dengan bibirnya.