NovelToon NovelToon
Shan Tand Dan Tahu Ajaib

Shan Tand Dan Tahu Ajaib

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Ilmu Kanuragan / Kultivasi Modern
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzy Husain Bsb

Apa yang terjadi jika Seorang Pendekar Nomer satu ber-Reinkarnasi dalam bentuk Tahu Putih?

padahal rekan Pendekar lainnya ber-Reinkarnasi dalam berbagai bentuk hewan yang Sakti.

Apakah posisi sebagai Pendekar Nomer Satu masih bisa dipertahankan dalam bentuk Tahu Putih?

ikuti petualangan serunya dengan berbagai Aksi menarik dan konyol dari Shantand dan Tahu Ajaib nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzy Husain Bsb, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tugas Utama

Kejadian di dalam hutan Saloka itu memang mengguncang banyak pihak… Tak hanya Shantand yang menyaksikan dari kejauhan, tapi juga Pak Lanselod—mantan komandan legendaris pasukan Garuda yang kini menjadi pengawal utama Manguntirto—Karena panggilan tugas karena jiwanya tak Terima ada penjajah di negrinya.

Ia berdiri kaku di balik semak belukar, menatap dengan mata membelalak.

“Ilmu apakah itu…?” gumamnya lirih, namun penuh tekanan.

Ia sempat menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana tubuh raksasa seekor gorilla dilempar ke langit oleh kekuatan yang bahkan tak terlihat jelas bentuknya. Hanya butiran putih, yang awalnya seperti tahu... namun kemudian berubah menjadi wajah, lalu kepalan, dan akhirnya menjadi ular naga putih yang memancarkan kekuatan luar biasa!

Tanah tempat Lanselod berpijak sempat bergetar keras—seperti ada gempa, padahal tidak ada letusan gunung. Pepohonan di sekitarnya bahkan sampai tumbang oleh daya hancur gelombang energi itu.

“Ini… bukan sekadar kekuatan silat… ini semacam sihir kuno…” Lanselod menggeram, wajahnya tegang.

Ia langsung sadar—dunia yang mereka kenal kini telah berubah.

Bahkan para hewan pun bukan lagi hewan biasa.

Ia teringat beberapa waktu terakhir ada binatang aneh yang seperti mengintai pos Manguntirto, bahkan sempat membuat gaduh dapur markas. Kini ia yakin—hewan-hewan itu mungkin adalah mata-mata musuh!

“Dan Shantand… anak itu belum kembali!” Lanselod mencengkeram gagang pedangnya, seketika insting militer dan keayahan dalam dirinya bersatu. Ia tidak bisa diam.

Langkahnya cepat, melewati jalur sempit, menuju titik terakhir jejak Shantand. Sambil tetap waspada. Siapa tahu… ada sesuatu yang lebih besar lagi menanti di balik kegelapan hutan Saloka.

***

Saat itu Shantand memang dalam kebimbangan, antara mengejar si pria misterius bertopeng yang membawa si kodok buduk karena menjadi penunjuk mencari orang tuanya atau kembali ke Desanya atau..

" Anak muda, tolonglah kami sebentar..! " Suara meminta pertolongan di sebelah dalam hutan itu memiliki wibawa yang membuyarkan pikiran bercabang Shantand.

Ketika menoleh dia kaget karena yang memanggilnya adalah,...

Pangeran Ponggol!

Dia sedang memeriksa Gondil Laksono si Harimau besar yang terluka..gerakannya tenang namun cekatan.

"Lekas kesana muridku, kakak seperguruan mu membutuhkan kita! " Bhaskara dari dlm labu tuak juga berseru.

"A-Apa yang terjadi, Pangeran?" tanya Shantand, suaranya gemetar namun penuh semangat.

"Bantu aku membalik tubuh Harimau ini di sebelah kanan, biarkan aku periksa luka-lukanya.. "

Shantand mengikuti instruksi dari Pangeran Ponggok lalu menatap tubuh Harimau besar Gondil yang tergeletak. Kini ia sadar, pertempuran barusan bukan sekadar bentrok adu kekuatan—seolah keduanya masih melanjutkan perselisihan masa lalu mereka yang belum selesai.

Kini tubuhnya berdarah, dada naik turun tak beraturan—terengah dan penuh luka dalam.

Tapi dia ingat gurunya sudah membayar kekalahan murid utama ini dengan lunas beserta bunganya!

Langit malam di atas Hutan Saloka mulai cerah.

Cahaya bulan menyusup dari celah pepohonan tinggi, memantulkan kilau ke tubuh harimau besar yang kini terlentang lemah. Nafasnya tersendat-sendat, luka di sekujur tubuhnya seperti parut sejarah kelam yang belum sembuh.

Pangeran Ponggol menunduk, meletakkan tangannya di dada Gondil Laksono.

“Tahan nafasmu Paman Gondil, ini mungkin akan sedikit perih, tapi inilah pengobatan sementara yang bisa kulakukan. "

Lalu Pangeran Ponggok mengeluarkan bungkusan yang berisi ramuan obat dan mengoleskan pada luka dibagian dada kiri Harimau itu. Rasa dingin membuat nyeri itu berkurang, Gondil menggereng pelan tanda Terima kasih.

" Sebentar lagi anakku mungkin tiba, dia selalu memiliki pil ajaib untuk menyembuhkan siapa saja." Pangeran Ponggol menenangkan sambil Tersenyum dan menepuk bahu Gondil.

Suara derap kaki kuda terdengar dari balik kegelapan hutan Saloka. Debu tipis berhamburan di antara cahaya bulan yang menerobos celah daun, dan angin malam seakan berhenti sejenak menunggu siapa yang datang.

Shantand yang masih berdiri di sisi Gondil Laksono tiba-tiba merasa jantungnya berdetak tak beraturan. Ia menoleh. Dan—matanya terbelalak.

Dari balik kabut dan pohon-pohon tinggi, muncul seekor kuda sembrani berwarna kelabu keperakan. Langkahnya ringan, nyaris tak menyentuh tanah, tapi setiap hentakannya menimbulkan percikan cahaya samar. Di atasnya, duduk seseorang yang membuat waktu seakan melambat bagi Shantand.

Silvanna.

Dengan jubah putih berenda keemasan, rambut panjang terikat pita perak, dan pedang hitam beronce kristal biru di punggungnya, ia tampak seperti jelmaan Dewi Kayangan. Wajahnya bercahaya oleh rembulan, bening dan lembut. Tapi yang membuat Shantand lebih bengong lagi…

Seekor kucing putih anggun duduk manja di depan pelana, ekornya bergoyang lembut seolah menikmati perjalanan magis itu.

“Eh… e-eh…” Shantand salah tingkah, mulutnya kaku seperti habis memakan batu.

Pangeran Ponggol tertawa melihatnya.

“Ehem… Shantand!” serunya sambil menepuk pundak Shantand. “Matamu seakan tertinggal di udara.”

Shantand langsung menunduk. “Eh… iya, maaf Pangeran…” pipinya memanas.

Silvanna turun dari pelana dengan gerakan ringan, lalu menyapa dengan senyum indahnya.

“Hihi, kita bertemu lagi, Shantand…” suaranya merdu, membuat detak jantung Shantand makin tak karuan.

Namun momen itu segera berubah menjadi serius.

“Anakku, cepat periksa Paman Gondil. Dia terluka parah, tapi denyut nadinya mulai stabil,” kata Pangeran Ponggol.

“Baik, Ayah.”

Silvanna berlutut di samping tubuh besar si Harimau. Tangannya yang mungil namun terampil memeriksa luka demi luka. Ia membuka saku dalam bajunya dan mengeluarkan sebutir pil keemasan, yang berkilau samar-samar seperti ditetesi cahaya fajar.

“Pil seribu bunga,” ucapnya lirih.

“Pil peninggalan Nyonya Pengobat dari Timur Saloka. Hanya bangsawan yang bisa membawanya. Satu butir bisa menyatukan tulang, menghidupkan sel, dan menenangkan jiwa dalam waktu setengah jam,” jelas Pangeran Ponggol sambil menatap bangga.

Dengan hati-hati, Silvanna mengulurkan pil itu ke mulut Gondil. Harimau raksasa itu membuka rahangnya perlahan, lalu menelannya. Sejurus kemudian, tubuhnya bergetar halus. Bulu-bulunya bersinar lembut, dan luka-luka di tubuhnya mulai pulih perlahan-lahan, seperti disembuhkan oleh tangan-tangan tak kasatmata.

Gondil mendesah pelan, matanya menatap Silvanna penuh terima kasih.

“Terima kasih, Putri… Kau seperti ibumu… wanita berhati mulia…”

Silvanna tersenyum dan mengusap kepala Gondil seperti mengelus seekor kucing kecil.

Shantand hanya bisa menatap semua itu dengan hati yang hangat dan bingung sekaligus.

Namun saat ia hendak bertanya lebih jauh, Pangeran Ponggol berkata dengan nada berat:

“Shantand… perjalananmu belum masih panjang. Dan untuk menemukan orang tuamu, kita harus ke Desa Kertayasa. Di sana… ada rahasia besar sedang menunggumu untuk dibuka.”

Shantand tercekat, ah ya menemukan orang tuanya adalah segalanya saat itu. Tapi hatinya masih berat jauh dari Gadis yang telah menjatuhkan hatinya itu...

Namun suasana itu mendadak pecah oleh suara gemuruh kaki-kaki kuda dan derap sepatu baja. Dari arah timur hutan Saloka, puluhan prajurit berpakaian seragam hitam-merah berlari teratur. Debu mengepul, dan suara-suara aba-aba terdengar keras.

“Berhenti!! Semua, berhenti di sini!!”

Suara komando itu bergema lantang, penuh kharisma.

Shantand menoleh, begitu juga Pangeran Ponggol dan Silvanna.

Di barisan terdepan, tampak Pak Lanselod Suroso, mantan komandan utama Pasukan Garuda yang kini kembali ditugaskan untuk mengamankan Desa Manguntirto . Tubuhnya tegap, jubah panjang berkibar, dan sorot matanya tajam—tapi detik itu juga, sorot tajam itu berubah jadi penuh keterkejutan.

Matanya membelalak saat melihat Pangeran Ponggol berdiri tenang di tengah hutan, dikelilingi oleh aura yang tidak biasa.

Tanpa menunggu lama, Lanselod melompat turun dari kudanya dan menjatuhkan diri bersimpuh.

“Ampun, Gusti Ponggol… Hamba tak tahu bahwa Paduka berada di wilayah ini…”

Seluruh pasukan Garuda yang mengikutinya pun berlutut serempak, menciptakan suasana sunyi penuh wibawa.

Pangeran Ponggol hanya tersenyum samar, lalu melambaikan tangannya.

“Berdirilah, Lanselod. Aku datang bukan sebagai Atasanmu. Hanya sebagai ayah dan rakyat biasa… Menjenguk sahabat lamaku yang terluka.”

Lanselod bangkit perlahan. Keringat dingin mengalir di pelipisnya.

“Namun... Paduka... Apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini? Kami menerima laporan tentang suara ledakan aneh dan pusaran putih dari arah hutan…”

Dia memandang sekitar. Pandangannya tertumbuk pada Gondil yang masih berbaring, meski kini mulai bergerak perlahan, dan pada Shantand, sebagai alasan utama dia bergerak saat ini.

Namun tatapannya berhenti lama pada Silvanna. Wajahnya sedikit berubah.

“Putri Silvanna… Anda juga berada di sini?”

“Ya,Paman Lanselod,” jawab Silvanna sambil tetap menjaga nada hormat. “Harimau besar sahabat Ayah ini terluka. Dan sudah menjadi kewajibanku membantu sesuai kemampuan ku. "

Lanselod mengangguk cepat. Tapi pikirannya berkecamuk. Ada sesuatu yang janggal. Apalagi... dia sempat melihat sisa-sisa butiran putih misterius yang masih menempel di pohon dan tanah. Seperti bekas badai... tapi bukan badai biasa.

Namun sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, Pangeran Ponggol lebih dulu berkata:

“Lanselod, kau datang tepat waktu. Aku akan membutuhkannya. Akan ada perjalanan penting menuju Desa Kertayasa malam ini.”

Wajah Lanselod menegang.

“Kertayasa...? Tapi... bukankah itu... tempat Para Bangsawan buangan...? Desa itu sudah lama tertutup untuk tamu kerajaan…”

Pangeran Ponggol menatap tajam.

“Justru karena itu, aku harus ke sana. Dan aku ingin kau ikut. Kau tahu jalannya lebih baik daripada siapa pun... dan aku yakin kau masih ingat... siapa Samunthu sebenarnya.”

Seketika suasana hutan kembali sunyi.

Shantand menyipitkan mata.

‘Siapa sebenarnya Lurah Samunthu...? Apa hubungannya dengan orang tuaku…?’

Dan Lanselod, untuk pertama kalinya malam itu, tak bisa menyembunyikan ekspresi gugupnya.

1
Guchuko
Cerita yang menarik dan bikin geregetan. Semangat terus thor!
Fauzy Husain Bsb: ashiap.. thanks 😊
total 1 replies
L3xi♡
Jatuh cinta sama plot twistnya, bikin penasaran terus 🤯
Fauzy Husain Bsb: trima kasih kk/Grin//Smile/
total 1 replies
Fauzy Husain Bsb
ini adalah kisah konyol ttg reinkarnasi yg absurd, yok di coret 2 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!