Kean tak seberuntung kakak-kakaknya, yang menemukan jodohnya dengan mudah, Kean berkali-kali gagal menikah bahkan yang terakhir di khianati wanita yang di cintainya dengan tulus.
Lelah mencari jodoh hingga usianya semakin matang Kean nyaris menyerah dan justru di jodohkan dengan gadis desa pilihan Bundanya.
Lentera si gadis miskin yang menjadi tulang punggung keluarganya, kehidupannya tak seberuntung gadis-gadis yang lain, namun semua itu berubah ketika bertemu dengan Bunda Mutia sebagai Bosnya. Akankah Kean mau menerima jodoh dari bundanya??? Bisakah dirinya hidup bahagia dengan gadis desa pilihan ibunya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam kemenangan
Waktu berjalan begitu cepat hari berganti hari, semakin hari pula cinta di antara Lentera dan Kean semakin tumbuh, jika sebelumnya hanya benih-benih kini benih itu tumbuh dan semakin mekar seiring waktu.
Tak terasa hari kemenangan esok tiba dan malam ini terdengar banyak bunyi lantunan takbir di masjid dan jalanan, banyak yang melakukan takbir keliling.
Lentera tersenyum menatap jalanan sembari mengingat ramainya di desanya, dulu saat malam kemenangan tiba, dia dan adik-adik nya juga ibu dan ayah pasti ikut takbir keliling memutari desa sembari membawa oncor dan mengucap takbir dengan semangatnya.
"Senyum terus dari tadi kenapa sih? Hmm? " Kean bertanya sembari menyetir mobil keduanya menuju rumah ibunya Lentera setelah dari rumah bunda Mutia.
"Aku keinget dulu saat kami di desa Mas, saat kaya gini kami semua keliling desa takbir keliling tapi tidak seperti di kota begini pakai motor kita kelilingnya jalan kaki bawa oncor." Cerita Lentera tersenyum menatap sang suami.
"Terus kita tu di beri kartu doorprize gitu Mas, pas sampai di masjid di undi, eh dulu tu di desa aku kan pas susah air nah Ayah dapat doorprize air bersih setangki eh... seneng banget waktu itu." Tiba-tiba air mata Lentera berkaca-kaca lalu tersenyum getir.
"Ah, sayang sekali saat malam ini Ayah gak sama kami lagi, terus kita udah nyaman hidup di kota, Tera udah punya Mas Kean tapi Ayah gak tau bagaimana bahagianya Lentera, ibu dan adik-adik sekarang." Ucap Lentera parau.
Kean trenyuh mendengar cerita sang istri lalu menepikan mobil dan mengusap pipi sang istri yang sudah basah oleh air mata itu, senyum cerah itu kini berganti air mata rindu pada sang Ayah yang sudah berpulang lama dan tak akan pernah bisa kembali lagi.
"Sayang, aku tau kamu pasti saat ini rindu sekali sama Ayah, esok kita kembali ke desa jika sudah ada waktu kita tengok Ayah dan kenalkan Aku padanya." Ujar Kean lalu memeluk sang istri yang sudah terisak di pundaknya, tangan Kean pun dengan lembut membelai punggung sang istri yang terguncang karena isak tangisnya.
"Ibu pasti saat ini juga menangis, ibu pasti sedih juga saat ingat Ayah." Ucap Lentera parau di pundaknya.
"Iya, kita ajak semuanya esok sekalian kita buat pesta pernikahan di desa kamu ya." Ucap Kean tapi Lentera justru menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? gak mau kita belum pernah ngadain pesta loh." ucap Kean bingung.
"Pestanya di sini aja, aku ingin semua kolega Mas Kean tau aku istrimu, biar gak ada yang genit deketin Mas Kean lagi." Ucap Lentera lalu mengurai pelukan menatap Kean kesal.
Yah waktu itu tanpa sengaja Lentera melihat Kean berjalan bersama kolega wanita menuju ruang meeting dan Lentera dengar wanita itu mengajak Kean makan malam di luar jika ada waktu, meski Kean menolak tapi Lentera masih kesal saat mengingat itu.
"Kamu cemburu pada kolegaku?" Tanya Kean sambil tersenyum dan itu membuat pipi Lentera semburat merah karena malu.
"Cup."
Kecupan di pipi yang merona itu membuat Lentera semakin merona, Kean tak sanggup menatap lebih lama dua baris merah itupun akhirnya melabuh pada dua baris merah yang membisu tak mau mengakui jika dirinya cemburu itu.
"Terimakasih karena sudah cemburu, aku bahagia melihatnya tandanya cintamu padaku semakin besar." Ucap Kean pada Lentera lalu mengusap dua baris merah yang basah karena ulahnya itu.
Lentera tersenyum merona, jujur jika di ukur rasa cinta yang dia miliki saat ini untuk Kean Lentera rasa sudah penuh hatinya itu dengan nama Kean seorang.
"I love you Lentera, terimakasih sudah hadir dan menjadi Lentera di hatiku yang gelap dan terimakasih sudah menjadi obat atas luka di hati yang ada sebelumnya." Ucap Kean lalu kembali mengikis jarak dan mengulangi candu yang masih selalu segar dan manis di setiap sapuannya.
"Uuhukkk Udah ih... nanti orang ada yang lihat loh, di rumah aja." Ucap Lentera setelah bisa bernafas.
"Hehehe maaf, Abisnya kamu candu sih." Kean kembali ke posisi dan melanjutkan perjalanannya ke rumah sang mertua.
\*
Up lagi kak, Besok senin Vote jangan lupa ya kak, vote, like dan komentar bikin author semangat nulisnya.
Terimakasih jejak manisnya, owh ya kak mau dong kasih bintang lima ya meskipun karyanya masih amatiran.
Yang udah kasih dukungan bunga juga terimakasih banyak-banyak😍
Yang udah kasih Vote juga banyak banyak banyak makasihhhh semoga lancar rejekinya selalu.
Yang kasih like juga komen juga makasihh semoga sehat selalu dan tetap setia di karya aku.
lanjut aku baca cerita Faiza dan Zein 👍
Terima kasih author dan sehat sehat juga untuk author nya 😍😍
Sudah lounching kah buku nya Faiz dan Zain ??