Pura-Pura Di PHK

Jam di pergelangan tangan Arka terus saja berputar bahkan sudah hampir pukul delapan pagi. Namun, seseorang yang ia tunggu tak juga tampak batang hidungnya. Perasaan mereka mulai khawatir karena sadari tadi Rani tak kunjung hadir.

Perasaan yang khawatir membuat Arka terus saja berjalan kesana kemari sambil sesekali menatap ke arah jalan masuk berharap Rani muncul dari sana dengan senyuman serta kabar tentang gugatan cerai mereka dicabut.

Tepat pukul delapan pagi persidangan antar ia dan juga Rani akhirnya di panggil juga. Arka berjalan sedikit terseok dengan keringat sebesar jagung memasuki ruangan tersebut. Ia pun langsung duduk di kursi yang telah di sediakan.

persidangan pun sudah di mulai tapi Rani tak kunjung tampak, bahkan sekarang proses sidang telah di buka. Hakim membacakan alasan perpisahan mereka bahkan Arka terkejut bukan main karena alasan mereka bercerai karena perselingkuhannya selama ini.

Arka berdiri dari duduknya setelah mendapatkan mikrofon. "Saya tidak ingin bercerai dengan Rani yang mulia. Saya mengakui jika saya berbuat salah selama ini tapi saja berjanji akan berubah dan bertanggungjawab atas Rani," ujar Arka dengan yakin.

"Tapi klien saya menolak untuk rujuk lagi kepada saudara Arka. Bukan hanya selingku saja yang menjadi masalah di pernikahan mereka namun selama ini saudara Arka tak pernah sedikitpun memberikan nafkah kepada klien saya yang mulia," jawab pengacara Rani yang membuat Arka marah.

"Kalau begitu biarkan saya ketemu dengan saudari Rani dan meminta maaf serta merubah sikap saya selama ini yang mulia. Menurut saya kami berdua perlu mediasi yang mulia." Arka berkata dengan penuh penekanan serta harapan.

Ia tak ingin hidup kembali melarat seperti dulu lagi, dengan mempertahankan Rani ia berpikir bahwa kehidupan mereka akan jauh lebih baik lagi.

"Izin membantah yang mulia, menurut saya tidak ada yang perlu di perbaiki lagi di dalam pernikahan mereka sebab klien saya sudah lelah menghadapi sikap keluarga mereka yang hanya memanfaatkan saja. Bahkan, selama ini Rani hanya di paksa berkerja terus tanpa memikirkan kesehatannya! Sedangkan mereka hanya berada di rumah saja sambil menikmati nafkah yang seharusnya Pak Arka yang memberinya," tegas pengacara Rani.

Mendengar ucapan pengacara Rani yang memang sesuai dengan fakta membuat nyali Arka menciut. Bukti-bukti tentang perselingkuhan serta tindakan keluarganya semakin kuat.

Hakim yang sadari tadi mengangguk-angguk akhirnya mulai angkat bicara. "Melihat dari bukti yang di berikan oleh penggugat saya rasa kalian berdua harus di pertemukan terlebih dahulu. Walaupun perceraian tidak di haramkan namun alangkah baiknya di bicarakan baik-baik terlebih dahulu. Apakah saudari Rani berada disini?"

"Ada yang mulia."

"Baik, tolong panggilkan," sahut ketua hakim tersebut.

Arka terduduk dengan senyuman mengembang, ia tak sabar ingin meminta maaf dan juga membujuk Rani agar mencabut gugatan cerai mereka.

Akhirnya Rani pun datang juga membuat Arka tak berkedip sedikitpun bahkan ia begitu pangling menatap Rani di depannya yang tampak mempersona. Namun, Rani hanya diam dengan raut datar saat melihat Arka yang tersenyum di depannya.

"Baik, sidang kita lanjutkan."

"Saudari Rani apakah keputusan untuk bercerai dengan saudara Arka sudah bulat?"

"Iya yang mulai, keputusan saya sudah bulat. Saya tau perceraian sangat di benci Allah, tapi sungguh tak bisa lagi melanjutkan pernikahan yang tak sehat ini! Saya tak mau menjadi sapi perah mereka selamanya, sudah cukup tiga tahun ini saya diam dan menuruti semua keinginan mereka."

"Saya juga tak bisa mentolerir perselingkuhan yang di lakukan oleh Mas Arka!"

"Mas minta maaf, Dek. Mas, janji akan berubah dan menuruti semua keinginan kamu Dek!"

Rani menatap Arka dengan datar. Tak ada lagi raut bahagia di wajah Rani, ia begitu muak menatap Arka yang duduk di sampingnya dengan mata yang tampak berkaca-kaca.

Rani mendengus kesal lantaran menatap air mata buaya yang di tampilkan oleh laki-laki yang pernah menjadi imamnya. Perasaan sakit jika mengingat semua yang di lakukan olehnya membuat Rani enggan menatap Arka walaupun sebentar.

"Maaf Mas tapi aku nggak mau melanjutkan lagi pernikahan kita yang tak sehat ini! Sudah cukup selama ini aku menderita dan tertekan karena kalian. Silahkan cari wanita yang memang kamu cinta setulus hatimu bukan karena kasihan dan juga memanfaatkan saja!" Rani berkata panjang lebar sambil mengeluarkan unek-uneknya yang ada di dalam hati.

Keputusan untuk berpisah memang sudah tepat terlebih ia tak ingin lagi berhubungan dengan keluarga Arka yang seperti lintah. Bu Sandra yang dari tadi duduk di belakang Arka merasa geram mendengar kalau Rani menolak untuk mencabut gugatan cerainya.

Bu Sandra pun berdiri dan menarik rambut Rani yang terurai panjang dengan cepat membuat Rani mendongak keatas karena tarikan tersebut. Semua yang ada di ruangan begitu tercengang melihat aksi beruntal yang di lakukan oleh Bu Sandra.

"Hentikan! Apa-apa kalian ini. Mohon untuk keluarga yang mendampingi Arka jangan bertindak semaunya," ketus Pak Hakim marah.

Seketika Bu Sandra pun langsung melepaskan cengkraman di rambut Rani. Ia pun duduk kembali dengan tangan di lipat di dada dan pandangan masam. Suasana ruangan pengadilan tampak tegang, Hakim dari tadi memperhatikan mereka dan sesekali berbisik dengan rekannya.

Baik Arka maupun Rani sama-sama tegang menunggu keputusan pengadilan agama. Rani begitu berharap semoga sidang ini ia bisa bercerai dengan Arka tanpa adanya sidang-sidang berikutnya.

"Ehemm." Terdengar deheman Hakim membuat Arka dan juga Rani langsung menatap ke arahnya dengan pandangan cemas.

"Baik, setelah melihat secara langsung tindakan keluarga dari suami Mbak Rani. Kami semua yang ada di meja ini memutuskan untuk mengabulkan tuntutan penggugat yang mana tuntutannya meminta proses perceraian yang mana mulai hari ini kalian bukan suami istri lagi. Tok... Tok... Tok...."

Terdengar ketukan palu sebanyak tiga yang membuat Rani tersenyum senang ia tak menyangka bahwa sekarang mereka sudah resmi bercerai. Rani menitik air matanya haru karena bisa secepatnya berpisah dengan laki-laki seperti Arka.

Arka terdiam dengan wajah masam ia tak terima diceraikan begitu saja oleh Rani. "Bagaimana bisa surat panggilan saja baru satu kali tapi langsung ceria seperti ini?" ujar Arka marah ia tak terima.

Rani tersenyum sinis melihat Arka yang begitu frustasi ia pun mendekati dan menatap mereka yang tampak kesal.

"Jawab Rani?!"

"Hahah, Mas... Mas, apakah selama ini kau begitu bodoh ha! Hingga tak menyadari bahwa selama ini aku sudah mengetahui kebusukan kalian? dan jangan kau pikir bahwa aku tak tahu bahwa Siska itu selingkuhanmu! Ck... Ck... Jangan terlalu menyempelehkan orang lain dan jangan merasa bangga! Masalah persidangan memang sudah dua kali dan hanya aku yang menghadirinya, kan kamu terlalu bodoh."

"Sudah taukan semuanya? Aku pulang dulu, dahhh mantan suamiku dan mantan mertuaku yang benalu! Oh ya, siap-siap saja semoga kalian tak jantung," ucap Rani melangkah pergi meninggalkan Arka dan juga Sandra yang terdiam membeku.

Bersambung...

Next?