Zahra adalah wanita cantik yang sangat mencintai suaminya. Tapi, siapa sangka jika suaminya yang selama ini terlihat sangat mencintainya justru menghianatinya, di tambah lagi sang ibu mertua malah mendukung perbuatan suaminya yang berselingkuh.
Segala rasa sakit hati yang di terima Zahra akan segera di balaskan! Wanita itu akan memberikan pelajaran setimpal kepada suami dan ibu mertuanya yang sudah menorehkan sebuah luka yang sangat dalam di hatinya.
Tapi, siapa sangka di perjalanannya membalaskan dendam kepada suami dan ibu mertuanya, Zahra bertemu dengan seorang pria yang tak lain adalah teman masa kecilnya.
Lalu bagaimana kisah Zahra selanjutnya? Penasaran? Jangan lupa tekan SUBSCRIBE agar tidak ketinggalan update kisah ini. 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kokom lagi TerDuda-Duda
Satu bulan kemudian.
Ismi di gelandang oleh satpol PP karena dia terus berteriak di pinggir jalan, bahkan memaki semua orang yang menatapnya. Dia di bawa ke dinas sosial untuk menjalani berbagai permeriksaan dan juga binaan, akan tetapi kondisinya sudah tidak terkontrol lagi, wanita tua itu terus di bawa ke rumah sakit untuk menjalani tes kejiwaan, setelah hasil tes sudah menunjukkan kalau Ismi telah mengalami gangguan kejiwaan, dia langsung di bawa ke rumah sakit jiwa untuk menjalani pengobatan.
“Aku kaya!!!” teriak Ismi sambil duduk di bawah pohon nangka, lalu menghamburkan dedaunan kering sambil tertawa terbahak-bahak.
Wahyu menatap ibunya dengan nanar. Ia menghela nafas kasar sambil menundukkan kepala. Rasa malu kini mulai menggerogoti hatinya karena mempunyai ibu yang gila. Wahyu segera beranjak dari sana, meninggalkan ibunya di rumah sakit jiwa. Dia berencana keluar kota untuk mencari pekerjaan, dan dia juga sudah masa bodo dengan ibunya sendiri.
*
*
Kehidupan Zahra sudah jauh lebih baik dari semenjak dia bercerai dengan Wahyu. Wanita tersebut saat ini sedang berada di yayasan yatim piatu.
“Yayasan ini semakin maju setelah di pegang oleh Mbak Kokom,” puji Zahra pada wanita berbadan tambun itu.
“Mbak Zahra bisa saja.” Zahra tersipu malu saat mendapatkan pujian dari Zahra.
“Aku serius loh. Semenjak Mbak Kokom yang memegang Yayasan kini semakin banyak yang berdonasi di sini. Aku jadi penasaran dengan cara Mbak Kokom untuk menarik pada donatur.” Zahra menatap Mbak Kokom dengan segala rasa penasarannya.
“Emh ... sebelumnya aku minta maaf, Mbak, karena aku memakai aplikasi tok-tokku untuk menarik pada donatur. Tapi, demi Tuhan, aku hanya memasang banner saja dan beberapa video anak-anak yang menggemaskan.” Mbak Kokom membuka ponselnya, lalu membuka aplikasi tok-toknya dan di tunjukkan kepada Zahra.
Zahra menatap banner dan beberapa video anak-anak panti yang di upload di akun tok-tok Mbak Kokom. Zahra menganggukkan kepalanya beberapa kali sambil tersenyum tipis, lalu menatap Kokom dengan lekat, “selama Mbak Kokom menggunakan akun tok-toknya demi kebaikan semuanya, semoga berkah. Tapi, satu hal yang harus aku ingatkan, Mbak Kokom tidak boleh posting secara berlebihan,” jelas Zahra dan diangguki oleh Mbak Kokom.
“Siap, Mbak,” jawab Kokom seraya menerima ponselnya kembali , lalu memasukkan ke dalam kantong celana.
“Btw, Mbak Kokom kayaknya tambah langsing selama di sini.” Zahra menelisik badan Kokom dari atas sampai bawah dan kembali ke atas lagi.
“Iya, he he he, lagi diet,” jawab Kokom malu.
“Ciee ... ada apa ini kok tiba-tiba diet?” Topik pembicaraan kini sudah beralih membicarakan berat badan Mbak Kokom.
“Ih, Mbak Zahra ... aku hanya ingin diet saja, agar lebih nyaman dan juga lebih sehat,” jelas Mbak Kokom tersipu malu.
“Bohong Nona! Mbak Kokom lagi ter-duda-duda!” sahut suster Mala yang kebetulan melintas di halaman depan panti tersebut.
“Suster!!” teriak Kokom pada Mala yang sudah berlari menghindari amukannya.
“Cieee ...” Zahra menyipitkan kedua matanya, menatap Mbak Kokom penuh selidik sambil terus menggoda wanita tersebut. “Curhat dong, siapa sih Pak Duda yang sudah bikin hati Mbak Kokom jedag-jedug?” goda Zahra lagi sambil menaik turunkan alisnya.
Mbak Kokom hanya mesam-mesem sambil menyembunyikan rona wajahnya yang merona.
“Aku kepo!” rengek Zahra karena Kokom tidak kunjung menjawabnya.
“Dia salah satu donatur baru di sini, Mbak. Tapi, hati Pak Duda itu dingin seperti balok es, dia juga nggak mau sama aku, karena aku gendut, maka dari itu aku memutuskan untuk diet ketat agar berat badanku segera turun,” jelas Mbak Kokom dengan penuh bahagia tapi wajahnya berubah murung saat mengingat sang duda itu menolaknya karena fisiknya yang gendut.
Zahra tersenyum senang lalu menggenggam tangan Kokom. “Aku senang kalau Mbak Kokom mau kurusin badan, tapi aku lebih senang lagi kalau Mbak Kokom tetap jadi diri sendiri. Mbak, jika pria itu menyukai Mbak Kokom, dia akan menerimamu apa adanya, tanpa adanya syarat,” jelas Zahra, bukannya dia melarang Mbak Kokom jatuh cinta, akan tetapi dia takut kalau Mbak Kokom mengalami hal menyakitkan seperti dirinya.
Kokom terdiam sesaat, kemudian ia menatap Zahra dengan intens. Ia menghela nafas kasar, sebagai seorang wanita yang sudah pernah gagal membina rumah tangga, seharusnya berpikir lebih matang dalam memilih pasangan, dan menjadikan kejadian masa lalu sebagai pembelajaran. Dulu dia dicintai suaminya karena wajahnya yang cantik dan tubuhnya sexy, akan tetapi setelah bentuk badannya berubah menjadi melar, mantan suaminya berselingkuh dan menceraikannya.
“Mbak Zahra benar, makasih sudah mengingatkan aku,” ucap Kokom seraya membalas genggaman tangan wanita cantik itu.
“Jangan sedih dong. Wanita baik itu di takdirkan untuk pria yang baik juga, sabar ... jodoh Mbak Kokom sedang di atur oleh Tuhan,” jelas Zahra sambil tertawa pelan, menghibur Mbak Kokom.
*
*
Setelah dari Yayasa, Zahra langsung menuju ke warung kopi Arvan, karena pemuda itu sendiri yang memintanya ke sana.
“Sayang.” Arvan menyambut kedatangan Zahra, ia langsung memeluk wanita tersebut dengan erat dan penuh kerinduan, padahal baru tidak bertemu dengan Zahra dua hari, tapi rasanya seperti 5 tahun.
“Malu, di lihatin para pengunjung!” kesal Zahra sambil memukul bahu Arvan beberapa kali, agar pemuda itu melepaskan pelukan tersebut.
“Bodo amat.” Arvan langsung menuntun Zahra masuk ke dalam ruangannya yang ada di dalam warung kopinya itu.
“Ar!” pekik Zahra ketika pemuda itu langsung menyambar bibirnya dengan buas saat mereka sudah berada di dalam ruangan.
***
Berondong emang selalu hot ya, duda aja kalah, wk wk wk wk.
bukan dgn skill sendiri
seharusnya jgn bedandan dulu buat Wahyu ilfil biar cepet proses cere nya