Menjadi janda bukanlah sebuah pilihan bagiku,
Tahun pun telah berlalu dan waktu telah menjawab segala perbuatan seseorang.
Cinta itu datang kembali namun tidak sendiri, suamiku yang telah mencampakkan diriku dengan talak tiga yang ku terima secara mendadak. Kini Dia datang kembali di saat sebuah cinta yang lain telah menghampiri diriku yang sebenarnya telah menutup hati untuk siapapun..
Siapa yang harus aku pilih? Sedangkan hati ini masih ragu untuk melangkah kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan Iwan 2
Nyonya Salma menunggu harap-harap cemas kedatangan putri satu-satunya, putri yang selama ini menjadi harapan.
Mobil yang di kendarai Iwan dan Rahma perlahan memasuki pelataran luas dengan kolam ikan koi di sepanjang selokan buatan di pinggiran taman yang melingkar.
Mobil berhenti tepat didepan pelataran yang menuju pintu masuk utama rumah besar itu.
Tuan Kurniawan menyongsong kedatangan Iwan dan Rahma sambil membuka pintu mobil lalu memeluk tubuh Rahma yang sebenarnya sangat lemah.
Perawat yang mendampingi Rahma berikutnya juga membantu menurunkan bawaan Iwan.
"Mama, papa... Rahma mau istirahat, tapi dengan syarat mas Iwan harus disini, Rahma tidak mau dia kembali pada istrinya yang dulu, Rahma benci ma... Rahma nggak suka papa!" Rahma berkata lantang seperti diluar kendali, sambil menghempaskan tubuhnya di atas sofa, tanpa perduli kondisi tubuhnya yang masih rentan pasca operasi Caesar.
Nyonya Salma hanya menatapnya sambil berlinang air mata, sedangkan tuan Kurniawan memeluk dengan lembut sambil mencoba menenangkan jiwa Rahma yang sedang swing mood stabilizer.
Dengan bujuk rayu dokter yang selalu menanganinya, akhirnya Rahma berhasil di bimbing untuk masuk kedalam kamarnya, dan di berikan obat untuk mengatasi kondisinya yang sedang tidak baik-baik saja. Satu jam kemudian obat yang diberikan telah bekerja dengan aktif, membuat kesadaran Rahma totaly di bawah pengaruh Risperi done.
Tuan Kurniawan berbincang sebentar dengan psikiater yang menangani Rahma, memberikan anjuran dan penyebab terjadinya manic depresion yang tiba-tiba kembali menyerang Rahma setelah sekian tahun tanpa pengobatan yang rutin.
"Mama... Katakan pada saya! Apa yang terjadi pada diri Rahma selama ini? Kenapa sepertinya ada sesuatu yang di sembunyikan?" Iwan semakin dibuat tidak memahami dengan apa yang baru saja ia saksikan.
"Iwan... Kita sepertinya harus bicara karena terlalu banyak yang belum kamu ketahui tentang Rahma, Mama dan papa sebelumnya minta maaf! Ini di luar kemampuan kami," rona merah menghiasi wajah tuan Kurniawan dan Isak tangis nyonya Rahma terdengar menyayat hati.
"Katakan ma, apa yang terjadi kenapa semua bisa dengan mudah menimpa kami dalam waktu yang tidak lama, apakah ini kebodohan diriku? "
"Rahma menderita manic depresion di saat putus nyambung dengan kekasihnya waktu itu, Iwan!"
"Jadi...." Iwan berdiri dari tempat duduknya dan
Melonggarkan dasinya yang serasa mencekik lehernya.
"Kenapa kalian tidak jujur, dan menjadikan diriku tumbal seperti ini, pa...! Kenapa?" K
Suara Iwan lirih tertahan.
"Jadi selama ini Rahma melakukan perselingkuhan tanpa sepengetahuan saya, dan di bawah dukungan mama dan papa? Hoh.... Tuhan... Saya bahkan menelantarkan anak dan istri saya pa... Tapi nyatanya semua adalah akal licik kalian," tangis seorang Iwan pecah kini benar-benar tinggal penyesalan.
"Iwan maafkan kami! Ini kesalahan kami yang terlalu memanjakan Rahma. Daniel adalah kekasih pertamanya, waktu itu hari H pernikahan terpaksa dibatalkan dengan alasan Daniel masih harus menjalani pendidikan di luar negeri, mereka putus hanya itu yang papa ketahui dari pengakuan Rahma."
"Hingga suatu hari Rahma memperkenalkan kamu sebagai calon suaminya, karena tidak ada pilihan lain setelah di ketahui Rahma kehamilan Rahma pada trisemester awal."
Iwan mendengarkan dengan seksama dan teliti setiap kata-kata tuan Kurniawan tentang Rahma.
Sedangkan Rahma jelas-jelas memiliki hubungan pada tahun terakhir sebelum Iwan melontarkan talat 3 pada Lintang.
"Pa ... Cerita apa ini pa.... Lalu anak siapa yang berada dikandungan Rahma? Kalaupun itu bukan anak saya, kenapa kalian tega melakukan itu pada saya, hah kenapa....!" Iwan berteriak sekuat mungkin, hingga satpam yang menjaga pintu masuk halaman rumah besar itu berlarian.
"Maafkan papa dan mama Iwan, semua sudah terlanjur, tetaplah bersama Rahma dia sangat mencintaimu, papa sendiri tidak sanggup melihat dia dalam kondisi terpuruk seperti ini," mau tidak mau akhirnya tuan Kurniawan menjatuhkan egonya dihadapan Iwan dan berharap pengertian Iwan.
"Saya pamit pa.... Telpon saya kalau Rahma sudah bangun!" Iwan berjalan gontai meninggalkan kedua orang tua yang selama ini selalu memberikan penekanan kepadanya, ternyata menyimpan rahasia besar tentang diri Rahma.
Mobil Iwan melaju kencang mengarah ke kota dimana dia memiliki harapan yang kini hanya kenangan.
🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️
Lain di Iwan lain pula di Yessi dengan Bu Lestari. Kondisi Yessi pagi itu semakin lemas saja, keinginan makannya sangat tinggi, tapi setelah itu perut menolak untuk menampung apapun yang sudah dimakannya.
"Yessi, kamu kenapa? Ibu curiga telah terjadi sesuatu pada dirimu, kamu tidak sedang hamil kan yes...?" Kembali pertanyaan yang sama Bu Lestari lontarkan pada Yessi yang sedang mengelap mukanya dengan handuk kering, dan mencari posisi yang nyaman untuk duduk merebahkan dirinya di atas kursi sofa besar itu.
"Ibu bicara apa sih, jangan ucapan adalah doa loh Bu, emang ibu mau Yessi hamil dan diluar nikah, ish amit-amit dech buk....!" Sergah Yessi sambil menyalakan TV lalu menonton siaran kesukaannya.
"Katakan pada ibu, siapa laki-laki tua yang pantas menjadi ayahmu, yang berjalan mesra denganmu, bahkan kamu menggelayut manja pada lengannya, jangan mengelak!" Tentu saja kata-kata Bu Lestari membuat Yessi melonjak berdiri dan matanya melotot selebar mungkin.
"Lah... Dimana? Ibu salah lihat kali, ish... Mana ada yessi keluar sama om om! Amit-amit deh Bu!" Masih saja Yessi mengelak dan menyanggah semua tuduhan Bu lestari padanya.
"Mau bukti? Atau masih mengelak, kamu lebih baik jujur sama ibu daripada terlanjur menyesal!" Bu Lestari berjalan menuju nakas yang berada di samping tv, lalu meraih tas tangannya tempat ponselnya dia simpan, lalu sibuk scrolling kolom foto, dan memberikan bukti pada Yessi.
"Loh kok hilang ya... Perasaan ibu ambil foto kalian berdua loh, tapi dimana?" Bu Lestari kebingungan setelah melihat ponselnya tanpa satupun foto Yessi yang telah ia ambil sebagai bukit kemaren.
Tapi tidak dengan Yessi, senyum kemenangan terpancar di bibirnya, sore itu jelas Yessi melihat mobil dan di kendarai pak Slamet dengan ibunya di jog belakang.
Dengan jurus belutnya Yessi berusaha berpura-pura tidak menyadari keberadaan ibunya. Setiba dirumah Yessi buru-buru mencari tas Bu Lestari dan menghapus semua foto-foto dirinya dengan om Ricky, karena Yessi sudah sangat memahami semua kemampuan Bu Lestari yang juga memiliki hobby Selfie atau memfoto obyek aneh di depannya, adalah salah satu faktor dukungan buat dia ber-kepo ria dengan teman-teman ala-ala sosialita.
"Kenapa sih Bu? Apa hubungannya ponsel ibu dengan yessi! Ibu selalu mengada-ngada sih, ibu mimpi tuh semalam, jadi ngigaunya sekarang," ucap Yessi dan tentu saja mematahkan tuduhan Bu Lestari pada Yessi.
🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️
To be continued 😉
Duh Mak.... sama-sama belut tuh 😂 si Yessi licin juga yah, mau gua bikin rujak cingur aja dah dia 🤣. lanjut lagi kuy, salam satu jiwa, salam mesin kanan 🤔🤔 etdah slogan scooterist ini mah 🤣🤣🤣.
Salam Sayang Selalu by RR 😘 iiinyang bener 🤣🤣
awassss lohhh anumu ntar di sambel sama bini sahnya