Perjodohan adalah sebuah hal yang sangat
di benci oleh Abraham, seorang pengusaha
muda penerus kerajaan bisnis keluarga nya.
Dia adalah sosok yang sangat di puja dan di
damba oleh setiap wanita, dia merupakan
calon menantu yang sangat ideal dan di
impikan oleh setiap pengusaha dan para
bangsawan yang memiliki anak gadis, jadi
baginya hanya dengan menjentikkan jari
saja, wanita manapun akan dengan senang
hati memasrahkan dirinya untuk merangkak
di bawah kakinya.
Tapi..justru kakeknya, sang pemilik dan
penguasa serta pemegang kendali penuh
dari semua kekayaan keluarganya malah
memilihkan jodoh untuknya.
Dan sialnya lagi..wanita pilihan kakeknya
bukanlah wanita dengan kriteria dan tife
yang selama ini selalu menjadi standard nya.
Abraham sangat membenci keputusan sang
kakek. Namun demi warisan dan kendali penuh
atas segala kekuasaan yang telah di janjikan
padanya. Dengan terpaksa Aham menerima
semua keputusan kakeknya tersebut..
Dan bagi wanita yang juga terpaksa menerima
perjodohan ini..bagaimana kah dia akan bisa
menjalani hidupnya bersama seorang pria yang
sama sekali tidak menginginkan kehadirannya.?
Takdir seakan menjungkir balikan kehidupan
seorang gadis biasa terpaksa yang harus
masuk ke dalam kehidupan sebuah keluarga
yang di penuhi dengan keangkuhan dan
kesombongan akan dunia yang hanya
tergenggam sementara saja..
**Tetaplah untuk selalu di jalanNya..**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Berikan Dirimu Padaku
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
♥️♥️♥️♥️♥️
Naya tersentak saat matanya terbuka, sinar
matahari sudah masuk melalui celah jendela.
"Astagfirullah.. Maafkan hamba Mu yang lalai
ini Ya Allah.."
Naya bergumam sambil menggeliat kan badan
dan melihat keseluruh ruangan yang sudah
terang terkena cahaya dari luar kamar.
Tuhan..apa yang telah dia lakukan, kenapa
bisa bangun kesiangan seperti ini ?
Dia semakin merutuki kelalaiannya kali ini.
Naya segera bangkit dari tempat tidur. Tunggu
dulu ! apakah Aham semalam tidur bersama
dengannya ? Naya melihat ke arah samping.
Tidak ada jejak lelaki itu di tempat tidur ini.
Semalam, setelah minum obat, Naya memang
di serang rasa kantuk yang hebat. Sepertinya
Dokter Rama memberikan obat tidur padanya.
Peduli amat dengan laki-laki itu, mau tidur
dimana kek itu urusan dia ! Naya segera masuk
ke kamar mandi setengah berlari. Dia lupa
dengan luka di lengan kirinya karena memang
sudah tidak terasa sakit sama sekali. Obat dari
Dokter Rama benar-benar mujarab.
Sekitar setengah jam dia berada di dalam kamar
mandi untuk membersihkan diri nya. Naya juga menyempatkan diri untuk berendam agar bisa
mengembalikan kebugarannya. Semalam dia
memang tidak sempat untuk mandi.
"Ya Allah.. bagaimana ini.!"
Naya memekik saat menyadari dia tidak sempat
membawa baju atau handuk kimono ke dalam
kamar mandi karena tergesa-gesa tadi. Apa yang harus dia lakukan sekarang ? Kalau laki-laki itu
tahu hal ini, dia pasti akan bilang bodoh padanya.
Naya terdiam dalam kebingungan. Dia melihat
di dalam kamar mandi ini hanya tersedia handuk
putih dengan ukuran normal saja.
Apa boleh buat, mau bagaimana lagi, Naya segera
membalut tubuh polos nya dengan handuk itu.
Uuhh..ini terlalu minim bagi dirinya. Handuk itu
hanya mampu menutupi bagian inti dari tubuh
nya saja. Selain itu semuanya terekspos dan
terpampang dengan jelas.
"Gimana ini, aku tidak mungkin keluar kamar
mandi dengan keadaan seperti ini.."
Naya terus bergumam resah sambil tiada henti
melihat dan meneliti keadaan dirinya. Bahunya
terbuka, paha nya juga terbuka sedikit bawahnya.
Duhh.. ampun..! Naya menutupi wajahnya.
Aham membuka pintu kamar dengan hati-hati.
Dia tidak ingin mengganggu waktu istirahat
wanita nya itu. Owh..bukan wanitanya, tapi istri
sah nya. Entah kenapa, sekarang ini dia sangat
bersemangat dengan sebutan itu. Padahal dari
semula dia sangat membencinya. Aham tidak
pernah mengerti, kenapa sekarang ini hatinya
seakan mengalami gangguan aneh. Wanita itu
sudah membuat dirinya tidak stabil.
Semalam, setelah memastikan Naya tertidur,
Aham pergi bersama dengan Leo. Dia harus
memastikan siapa orang-orang yang berniat
melukai istrinya itu. Aham bersumpah tidak
akan membuat hidup mereka tenang karena
telah berani mengusik miliknya.
Tengah malam dia baru kembali, langsung
memutuskan untuk tidur di kamar sebelah.
Sampai pagi ini tidurnya benar-benar tidak
nyenyak, dia ingin segera melihat keadaan
Naya.
Aham berjalan menuju ke tempat tidur
bermaksud melihat kondisi Naya saat ini.
Kemana dia? mata Aham melihat ke sekeliling ruangan. Apa wanita itu ada di kamar mandi,
tapi tidak ada suaranya sama sekali. Aham memutuskan untuk datang mengecek ke arah
kamar mandi.
Saat Aham melangkah ke arah kamar mandi
di waktu bersamaan Naya keluar dari sana.
"Hei.. kenapa kau bisa tiba-tiba ada di dalam
sini.?"
Naya berteriak histeris seraya menutupi tubuh
bagian atasnya dengan kedua tangannya,
matanya membulat sempurna. Tubuhnya
seketika gemetar .
Mereka berdua terlihat membeku di tempat.
saling menatap dalam keterkejutan yang
hampir menghentikan detak jantung keduanya.
Mata Aham tampak terkesima maksimal
melihat keadaan Naya saat ini.
Tubuh gadis itu setengah terbuka, kulitnya
terlihat putih bersih berkilau, dengan rintik
air yang jatuh di bahu dari rambut basah nya,
tampak begitu menggoda dan menggiurkan.
Darah Aham langsung saja terbakar. Hasratnya
bangkit seketika. Tubuh bagian bawahnya
kini mulai meronta menyesakkan celananya.
Aham maju mendekat membuat Naya panik,
dia ingin lari menjauh, tapi kenapa kakinya
tiba-tiba saja sulit untuk di gerakan.
"Tolong..ja-jangan mendekat !"
Naya menatap tajam sambil berusaha mundur
masih melindungi dadanya dengan kedua tangan.
Aham berhenti, menautkan alisnya. Saat ini dia
seakan kehilangan kendali melihat keadaan Naya
yang seolah sedang menggoda nya itu.
Dengan gerakan cepat Aham mengangkat tubuh
Naya ala bridal style. Naya memekik kaget, dia
meronta ingin turun dari pangkuan Aham.
"Kau mau apa Tuan ? tolong biarkan aku pergi.
Aku harus segera berpakaian.."
"Kau harus bertanggung jawab sekarang.!"
Geram Aham sambil kemudian merebahkan
tubuh Naya di atas tempat tidur. Secepat kilat
Naya menarik selimut menutupi tubuhnya.
Namun Aham segera merenggut nya dan
melempar nya ke belakang membuat Naya
kembali memekik kesal campur tegang.Dia
segera bangkit dan beringsut ke ujung
tempat tidur.
Tubuhnya semakin bergetar saat melihat Aham
merangkak naik ke atas tempat tidur. Sejenak
mata Aham menatap keseluruhan tubuh gadis
yang ada di hadapannya ini. Benar-benar indah
tanpa cela sedikit pun. Naya mencengkram kuat
handuk di bagian dadanya.
"Tolong.. biarkan aku pergi.."
Aham langsung mengurung tubuh Naya. Mata
nya tiada henti menatap intens wajah Naya
yang terlihat tegang setengah ketakutan.
Aham menelan salivanya dengan susah
payah, napasnya semakin berat. Wanita ini benar-benar membuat dirinya lupa diri saat ini.
"Aku tidak akan melepaskan mu.! kau harus
membayar atas ulahmu ini.!"
"A-apa maksudmu.? ulah apa ?"
Naya memalingkan wajahnya saat bibir Aham
kini mulai menyentuh wajahnya. Napasnya
yang hangat setengah memburu membuat
tubuh Naya semakin gemetaran.
"Kau sudah berani menggoda ku saat ini..!"
"Ti-tidak.! aku tidak bermaksud menggodamu.
Aku tidak membawa baju ganti ke kamar mandi."
"Apapun itu, yang jelas kau sudah membuatku
menderita saat ini.!"
Suara Aham semakin terdengar parau. Dia
mencoba mengendalikan dirinya saat ini.
Mata mereka saling menatap kuat.
"Suamiku..tolong.. biarkan aku berpakaian.."
"Tidak ! kau harus di hukum sekarang..!"
Bibir Aham sudah berada di bagian belakang
telinga Naya, menjilatnya halus membuat tubuh
Naya semakin menegang. Bagaimana ini Tuhan..
Naya mencoba mendorong dada keras Aham.
Tapi laki-laki itu tidak bergerak sedikitpun.
Bibir Aham beralih ke tengkuk Naya, menghisap
nya lembut kemudian menjilatnya dengan
sentuhan yang membuat semua bulu-bulu
halus di tubuh Naya meremang seketika.
Bibir Aham beralih ke leher jenjang nya, sentuhan
nya yang sangat lihai dan terlatih membuat tubuh
Naya lemas seketika. Dia tidak kuasa lagi untuk
menolak atau berontak.
Aham mencium dan menggigit kecil leher putih
Naya mencoba meninggalkan jejak di sana.
"Akhhh..."
Sentuhan lembut Aham membuat Naya mulai
kehilangan kendali, dia mendesah pelan saat
Aham kembali mencumbu mesra seluruh leher
nya turun sampai ke bagian bawah.
Desahan yang keluar dari mulut Naya seketika
membakar semua gairah yang kini menguasai
tubuh Aham. Dia semakin menggila. Bibirnya
langsung menyambar bibir ranum Naya. Untuk beberapa lama mereka berdua terhanyut dalam ciuman panas penuh dengan hasrat membara.
Naya benar-benar tidak bisa melepaskan diri
dari cengkraman gairah yang telah di percikan
oleh sentuhan-sentuhan memabukkan laki-laki
yang berstatus suaminya itu. Dia berusaha untuk
membangun kesadarannya, namun sentuhan
lembut laki-laki ini sangat sulit untuk di abaikan.
Tangan Aham mulai bergerak pelan membuka
handuk yang masih di pegang kuat oleh Naya.
Keduanya saling bertahan dalam keinginan
masing-masing. Tidak sengaja tangan Aham
menyentuh benda sintal yang masih tersembunyi
dibalik handuk putih itu .Tubuh Naya bergetar
hebat saat tangan Aham menyentuh salah satu
gunung kembarnya itu.
Shit !
Aham merasakan serangan hebat benar-benar
menyentuh titik sensitif nya. Tubuh bagian
bawahnya langsung menegang sempurna.
Tubuh mereka sama- sama menegang saat ini.
Untuk sesaat keduanya terhenyak. Ciuman
mereka terlepas, keduanya saling pandang kuat, mencoba mengatur pernapasan. Mata Aham
semakin berkabut, dia sangat berharap wanita
ini mau memasrahkan dirinya saat ini.
"Apa kau yakin padaku..? Ijinkan aku memiliki
dirimu seutuhnya."
Suara Aham semakin berat, tangannya mengelus
lembut kening Naya, turun ke pipinya kemudian
mengusap pelan bibir ranum nya yang kini sudah
membengkak merah.
"Percayalah padaku baby..Aku tidak akan
pernah menyia-nyiakan keberadaan mu lagi.."
Kembali suara Aham terdengar semakin parau.
Mata Naya mulai berkaca-kaca, tapi ketakutan
masih menguasai dirinya saat ini.
Naya menggeleng kuat saat tangan Aham
kembali bergerak ingin membuka handuk
yang di pakainya.
"Ma-maafkan aku.. saat ini aku belum siap.."
Lirih Naya bergetar, ada cairan bening yang tiba-
tiba menetes menyusuri pipi putihnya. Aham
terhenyak, dia menghentikan gerakan tangannya.
Melihat air mata Naya, hatinya luluh seketika.
Walaupun hasrat nya kini sudah mencapai ubun-
ubun nya dan merontokkan semua sendi-sendi
dalam tubuh nya tapi dia tidak ingin memaksa
gadis ini untuk menyerahkan dirinya dengan
keterpaksaan. Dia ingin memiliki wanita ini
atas dasar keinginannya sendiri.
"Baiklah.! aku mengerti. Pergilah !"
Aham menjatuhkan tubuhnya ke samping
tubuh Naya. Dia memejamkan mata mencoba
untuk mengontrol semua hasratnya.
Dengan air mata yang terus mengalir, Naya
melirik, menatap Aham penuh rasa bersalah.
Tapi sungguh ! untuk saat ini, dia belum bisa
memberikan dirinya seutuhnya pada laki-laki
ini. Naya butuh keteguhan hati, dan keikhlasan
untuk melakukannya. Dia butuh ketetapan hati,
baik dari dirinya sendiri, maupun dari Aham.
"Sekali lagi maaf.."
Lirih Naya pelan nyaris tak terdengar.
Perlahan dia turun dari tempat tidur, kemudian
berjalan masuk ke dalam ruang ganti pakaian.
Sampai di ruang ganti Naya malah menangis
sesegukan mengingat apa yang telah terjadi
barusan. Merasa bersalah ? tentu saja ! walau
bagaimana pun Aham adalah suami nya, dia
berhak atas dirinya seutuhnya.
"Maafkan aku suamiku..aku belum bisa..Aku
harus yakin dulu pada masa depanku. Aku
ingin kita berada di jalan yang sama hiks hiks.."
Naya terus menangis menumpahkan segala
rasa sesal yang kini mengganjal dalam hatinya.
----- -----
Naya sudah siap dengan setelan semi formalnya.
Walau kejadian semalam cukup memberikan
trauma pada dirinya, tapi dia tidak bisa
membiarkan semuanya terus berlarut- larut.
Dia harus tetap menjalani harinya dengan baik.
Naya berdiri di depan cermin meja rias, dia merapihkan tampilan hijabnya. Dari pantulan
cermin dia melihat Aham baru saja keluar dari
kamar ganti. Rasa canggung kini menguasai
dirinya, bagaimana dia akan bisa menghadapi
laki-laki ini setelah kejadian barusan.
Naya beranjak, dia menghampiri Aham, berdiri
di hadapannya. Keduanya terdiam beberapa saat. Tatapan mata Aham terlihat sangat datar. Naya
meraih dasi yang sedang di pegang Aham, tanpa
kata dia segera memakaikan dasi itu.
"Mau kemana kamu ?"
Suara Aham terdengar dingin. Naya mendongak, menatap Aham sebentar. Kembali lagi pada
aktifitas nya.
"Aku harus ke kantor "
"Dengan keadaan mu seperti itu ?!"
Naya terdiam. Dia menatap lurus kearah dasi
yang sedang di pasangnya.
"Aku tidak apa-apa, lukanya juga sudah membaik.
Pekerjaan ku banyak."
"Kau tidak boleh pergi !"
Gerakan Naya terhenti. Keduanya saling pandang
kuat. Tatapan Aham begitu mengintimidasi. Naya
segera memalingkan pandangan.
"Maafkan aku suamiku. Tapi aku punya tanggung
jawab pekerjaan sekarang. "
"Kau hanya mencari alasan saja ! Lagipula siapa
yang menyuruhmu bekerja.!"
Ketus Aham. Naya mengatupkan bibirnya, rasa
kesal mulai naik ke permukaan.
"Kau memang tidak menyuruh ku bekerja, tapi
aku harus memenuhi semua kebutuhan hidupku
Tuan..!"
Dia tersentak saat tangan Aham meraih pinggang
nya dan menariknya. Naya segera meletakkan
kedua tangannya di dada Aham. Mata mereka
terpaut dalam. Tatapan Aham terlihat sangat
dingin hingga rasanya menusuk kulit.
"Aku bisa memberikan apapun yang kau mau.
Aku punya segalanya ! "
Geram Aham. Cengkraman tangannya semakin
kuat membuat Naya berjingkat, tubuh mereka
semakin rapat. Naya mencoba mendorong tubuh Aham ingin lepas dari cengkraman nya. Tapi laki-
laki itu sangat kokoh. Usahanya hanya sia-sia saja.
"Aku tahu, kau memang punya segalanya. Kau
bisa membeli apapun itu, tapi aku juga memiliki
hak untuk menjalani hidupku sendiri.!"
"Kau punya batasan sekarang !"
Naya menghentikan gerakan nya. Mereka kembali
saling pandang kuat. Mata Aham semakin
menghujam jantung Naya.
"Tentu saja aku tahu batasanku.! Kau tidak
perlu mengingatkan aku.!"
"Turuti perintahku !"
"Aku tidak bisa berjanji padamu.! Aku juga
bahkan tidak tahu, sampai kapan ikatan ini
akan terus terjalin.!"
Rahang Aham mengeras, sebelah tangannya
mencengkram dagu Naya. Wajahnya semakin
mendekat membuat Naya bertahan dengan
terus mencoba menjauh.
"Hohh..jadi kamu benar-benar berharap semua
ini berakhir.?"
"A-aku tidak mengatakan hal itu..!"
"Tapi kau ragu akan hal itu.!"
"Tidak ! Semua keputusan ada di tanganmu.!"
Keduanya saling pandang kuat. Sorot mata Aham
terlihat masih di penuhi dengan emosi yang tiba-
tiba saja menyeruak.
"Aku ingatkan sekali lagi, kau adalah istri ku,
kau harus tahu posisimu dengan benar mulai
sekarang.!"
Naya mengerjap, tentu saja dia tahu akan hal itu.
Dia menepis pegangan tangan Aham di dagunya.
Aham melepaskan pegangan tangannya di
pinggang Naya. Kemudian beranjak dan tanpa
menoleh lagi dia berlalu keluar kamar duluan.
Naya masih terdiam mencoba menguasai dirinya. Lagi-lagi Aham mengingatkan tentang statusnya sekarang. Apa sebenarnya yang di inginkan laki-
laki itu ? Laki-laki itu bahkan menginginkan
dirinya seutuhnya tadi.
Naya menarik napas panjang. Dia meraih jas
Aham serta tas miliknya, kemudian melangkah
keluar kamar menyusul kepergian Aham.
*********
Bersambung.....