Marya terpaksa harus menjadi istri di atas ranjang bos dari perusahaan tempatnya bekerja. Demi bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar hutang Ayahnya di perjudian, yang telah menggadaikan rumah mereka.
Kanzo memperlakukannya dengan baik, sehingga Marya jatuh cinta. Namun Marya harus membuang jauh jauh perasaan itu, mengingat Kanzo memiliki istri lain yang dia cintai.
Apakah Kanzo juga jatuh cinta pada Marya. Mengingat Kanzo memiliki istri lain yang lebih pantas dari Marya. Dan apa alasan Kanzo menikahi Marya?.
"Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu" Marya.
Bagaimana kisahnya, yuk ikuti ceritanya. Di jamin baper tingkat tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau apa lagi
"Ini sudah malam, kemana anak itu?. Apa dia gak perduli dengan istrinya?" Ibu Liana mengerutu sambil mondar mandir di ruang tamu. Ia sudah lelah membujuk Bella seharian supaya makan, namun tidak berhasil. Dan Kanzo yang di suruh pulang sejak tadi belum juga datang, padahal hari sudah malam.
Tak lama kemudian, deru mobil terdengar terparkir di depan rumah. Ibu Liana melangkahkan kakinya ke arah pintu.
"Kanzo, kamu dari mana saja?. Bella tidak makan dari tadi pagi, dan dia terus menangis" cerca Ibu Liana pada Kanzo yang masih berada depan pintu.
"Ada masalah di perusahaan cabang, Ma" jawab Kanzo melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
Ibu Liana menghela napasnya, melihat wajah anaknya itu kusut dan nampak kelelahan.
"Ya sudah, sana urus istrimu."
Kanzo mengusap kepala wanita yang melahirkannya itu dengan lembut, lalu melangkah ke arah tangga.
Sampai di dalam kamar, Kanzo mengarahkan pandangannya ke arah tempat tidur. Kanzo menghela napas melihat Bella tidur meringkuk di bawah selimut.
Kanzo tidak langsung mendekati Bella, ia lebih memilih untuk membersihkan diri ke kamar mandi. Setelah selesai, baru Kanzo bergabung dengan Bella di atas tempat tidur.
"Bella, aku tidak suka dengan sikapmu seperti ini." Kanzo menyentuh lengan Bella, membalik tubuh Bella ke arahnya. Bagaimana bisa seorang ibu tidak memperdulikan anak di dalam perutnya?, tidak makan seharian karena tidak di turuti keinginannya. Sangat berbanding terbalik dengan Marya, yang sangat peduli dengan kehamilannya meski tanpa ada Kanzo di sampingnya.
Bella yang sempat tertidur membuka mata bengkaknya, karena kebanyakan menangis.
" Apa ini?" tanya Bella menyentuh leher Kanzo yang berwarna merah kebiruan.
Kanzo diam memandangi wajah Bella dengan pandangan yang tak bisa di artikan. Kanzo tau, warna merah kebiruan di lehernya itu adalah bekas ciuman Marya tadi siang saat mereka bercinta dengan dahsyat.
"Apa ini Zo ?" Bella berteriak seketika." Jawab Zo! apa ini ?Kamu selingkuh!."
Bella sudah memendam itu selama beberapa Bulan ini. Berpura pura tidak tau kalau suaminya itu telah berani bermain wanita. Berharap Kanzo meninggalkan wanita itu, tanpa harus terjadi pertengkaran di antara mereka.
Kanzo diam tidak menjawab sama sekali, seolah olah ia membenarkan tuduhan Bella kepadanya. Meski sebenarnya dia benar sudah selingkuh.
"Kamu jahat Zo!" tangis Bella terisak, memukul dada Kanzo.
"Aku tidak selingkuh, itu hanya perasaanmu saja" sanggah Kanzo.
Bella menghentikan tangisnya, menatap tajam wajah Kanzo.
"Lalu ini apa?. Siapa yang membuat lehermu seperti ini?." Bella menunjuk bekas ciuman di leher Kanzo dan berbicara dengan merapatkan gigi giginya.
"Siapa lagi, kalau bukan kamu" jawab Kanzo santai." Kamu itu ada ada saja, ayo makan, kamu sudah membiarkan anakku kelaparan seharian."
Kanzo menarik tubuh Bella lembut dan membawanya ke dalam pelukannya. Setelah itu meraih nampan berisi makanan dari atas meja nakas, Kanzo menyuapi Bella.
Meski sakit hati, Bella tetap menerimanya.
'Kau berbohong Kanzo' batin Bella mengunyah makanan di mulutnya tanpa melepas netranya dari wajah Kanzo.
**
"Adi, tolong buka pintunya. Kakak harus mencari pekerjaan!. Kenapa kamu mengurung Kakak?" seru Marya dari dalam kamarnya. Sudah dari semalam Adi mengurungnya di kamar, bahkan untuk makan dan minum pun Adi mengantarnya sendiri. Dan untungnya kamar itu ada kamar mandinya, sehingga Marya bisa menyelesaikan urusan kamar mandinya dengan baik.
"Nanti Kakak menemui pria itu!" balas Adi berseru sambil sibuk memasang sepatu sekolahnya.
"Tapi Pak Kanzo sudah membantu kita, bahkan dia yang membiayai hidup kita. Kalau tidak, dari mana kakak bisa menyewa rumah ini?."
"Tapi cukup Kakak mengorbankan diri kakak. Jangan lagi, Kakak tidak akan bahagia menjadi istri kedua pria itu. Adi gak mau Kakak menderita. Pria itu tidak mencintai Kakak. Buktinya, dia pergi memilih pulang ke istri pertamanya !."
Marya yang bersandar di pintu kamarnya, terdiam dengan tatapan meneduh. Benar yang di katakan Adiknya, Kanzo tidak mencintainya sama sekali. Kanzo hanya ingin memilikinya, memiliki anak yang berada di dalam kandungannya.
"Adi, jangan mengurung Kakakmu trus. Kasihan dia, Kakakmu bisa setres, gak bagus untuk perkembangan bayinya" ucap Ibu Hayati menghampiri anaknya.
"Tapi Bu...."
" Kakakmu sudah dewasa, dia sudah bisa memikirkan mana yang terbaik untuk dia" potong Ibu Hayati cepat.
Adi terdiam memandangi wajah Ibunya.
Ibu Hayati tersenyum dan mengusap lembut kepala Adi." Apa pun keputusan Kakakmu, pasti itu sudah di pikirkannya matang matang. Dan juga, bayi di dalam perut Kakakmu membutuhkan status yang jelas untuk masa depannya."
"Tapi Bu, pria itu tidak mencintai Kakak sama sekali." Adi masih tidak setuju jika hubungan Marya dan Kanzo berlanjut.
"Kamu terlalu menyayangi Kakakmu, sehingga kamu sangat mengkhawatirkannya. Sana berangkat sekolah, nanti kamu terlambat." Ibu Hayati pun mengambil kunci kamar Marya dari tangan Adi.
Adi menghela napasnya pasrah. Memang usianya masih terlalu kecil mencerna masalah yang terjadi pada orang dewasa. Tapi dia tidak bisa membiarkan Kakaknya di sakiti orang lain. Dia harus melindungi Kakaknya dari orang orang jahat.
"Kalau begitu, Adi berangkat sekolah Bu" pamit Adi, menyalam tangan Ibunya lalu pergi.
Tak lama Adi meninggalkan rumah, Kanzo datang dengan menggunakan mobil mewah seharga selangit miliknya. Tentu warga sekitar yang melihatnya terheran heran. Tetangga baru mereka di datangi tamu tampan, matang dan kaya melintir.
Kanzo yang sudah sampai di depan rumah sederhana itu, langsung mengetuk pintunya.
"Marya!"
Marya yang berada di dalam kamarnya, mengintip Kanzo dari kaca jendela. Sedangkan Ibu Hayati yang berada di dapur, bergegas melangkahkan kakinya, untuk membukakan pintu untuk tamu yang datang.
"Selamat pagi Bu!" sapa Kanzo tersenyum ramah, dan menyalam tangan Ibu mertuanya.
"Selamat pagi juga, masuklah Marya berada di kamarnya" balas Ibu Hayati.
"Trimakasih Bu." Kanzo mengangguk lantas melangkah masuk, berjalan ke arah pintu kamar Marya.
"Selamat pagi sayang" ucap Kanzo setelah membuka pintu kamar Marya. Kanzo masuk dan tidak lupa mengunci pintunya rapat rapat.
Marya yang duduk di pinggir kasur, membuang wajah cemberutnya ke arah lain. Kanzo yang melangkah ke arahnya, mengulas senyumnya.
Cup!
Satu kecupan mendarat di kening Marya, setelah Kanzo berdiri tepat di depan wanita berwajah cantik itu.
Kanzo membungkukkan tubuhnya, lalu meraih tubuh ramping itu membawanya ke gendongannya. Kemudian Kanzo mendudukkan tubuhnya di pinggir kasur, membiarkan Marya berada di atas pangkuannya.
"Jangan cemberut" ucap Kanzo, melihat Marya masih enggan melihatnya.
"Ngapain kesini? Mau ngambil jatah?" ketus Marya melirik Kanzo dari sudut matanya.
Cup!
"Mau apa lagi?" tanya balik Kanzo setelah mengecup pipi wanita itu.
Marya semakin membuang wajahnya, menyembunyikan wajahnya yang meneduh. Benarkah pria itu hanya menginginkan tubuhnya saja?.
Kanzo mengeratkan pelukannya ke tubuh Marya.
* Bersambung.
part widuri dan haris..
saya gk mao tau author hsr tanggung jawab