Amanda Groban tak dapat menahan amarahnya saat mengetahui fakta mengerikan di balik kecelakaan yang dialami oleh Emily, saudara kembarnya. Bahwa ternyata, dalang kecelakaan tersebut ialah suami Emily sendiri, bernama Glen.
Emily yang dinyatakan koma sengaja disembunyikan oleh Amanda di klinik milik temannya. Selagi menyembunyikan Emily, Amanda akan membalas kejahatan Glen dan kekasih gelapnya. Demi mencapai tujuan itu, Amanda menyamar menjadi Emily yang culun dan penakut.
Akankah Amanda berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagaimana Mereka Berpikir Bisa Melukaimu?
Shara terdiam di tempatnya berdiri. Untuk sesaat waktu seakan berhenti bagi wanita itu. Melihat ibunya sendiri yang terbaring tak bernyawa di atas ranjang bak sambaran petir di siang hari.
Perlahan kakinya yang lemas mendekat ke arah tempat tidur. Matanya membola dan melelehkan cairan bening. Detik itu juga tubuhnya lunglai dan terhempas ke ranjang. Tangannya gemetar membelai wajah tua sang ibu.
"I-ibu ... ke-napa ibu yang ada di sini?" lirihnya lagi sedikit terbata. Kemudian menggerakkan tangan ke arah leher dan berharap ibunya masih hidup dan segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan dokter. Tetapi sungguh nahas, Shara mendapati sang ibu tak lagi bernapas. "Tidak! Ini tidak mungkin!"
Suara tangisan pun memenuhi kamar itu. Shara histeris dan memukul dada berulang-ulang. Menyesali kebodohannya yang tidak lebih dulu memastikan siapa yang terbaring di sana. Dia lantas melirik satu persatu orang yang ada di kamar itu.
"Apa yang kalian lakukan? Kenapa diam saja! Ibuku butuh pertolongan!" teriaknya sekuat tenaga, kemudian mengguncang tubuh sang ibu. "Bangun, Bu. Maafkan aku ... aku tidak bermaksud melukaimu. Aku hanya ingin membunuh wanita penyamar itu. Tapi kenapa malah Ibu yang ada di sini?"
Shara tak dapat mengontrol emosi yang meledak-ledak. Sementara Glen dan para pelayan itu belum sanggup mengucap sepatah kata pun. Semuanya mematung di tempat.
Glen masih sedikit bingung. Mengapa Ibu Liana yang ada di kamar itu dan bukan Amanda. Lalu, kemana perginya Amanda? Ia tak dapat menebak. Satu-satunya yang dapat terpikir oleh Glen hanyalah keselamatan Amanda.
"Kenapa bisa ibumu yang ada di sini? Dan ke mana Amanda?" tanya Glen, tetapi Shara tak menjawab dan hanya menangis.
Akhirnya, laki-laki itu melirik penjaga dan juga pelayan dengan tatapan penuh tanya. Namun, tak ada satupun yang mengeluarkan suara.
"Apa tidak ada satu pun dari kalian yang melihat Amanda?" tanya Glen.
Semua yang ada di sana saling lirik satu sama lain, terlihat cukup kebingungan. Sebab belum ada yang mengetahui tentang Amanda yang menyamar menjadi Emely.
"Maaf, Tuan. Kami tidak tahu siapa yang Anda maksud," jawab salah satu dari mereka.
"Maksudku Emely. Ke mana dia?"
"Saya tidak tahu, Tuan. Tadi setelah pulang Nona Emely langsung masuk ke kamar dan tidak keluar lagi."
Glen menghela napas dengan frustrasi. Sekarang ia tidak tahu harus berbuat apa.
Suara sirine tiba-tiba terdengar dari kejauhan dan semakin lama suara itu semakin terdengar mendekat. Menambah suasana mencekam di kamar itu. Shara masih bersimpuh memeluk ibunya yang sudah terbujur kaku.
"Polisi? Bagaimana bisa polisi tiba-tiba ke sini?" gumam Glen dalam hati, lalu mengintip ke arah halaman dengan melalui jendela. Dua buah mobil milik kepolisian terhenti di depan gerbang.
"Buka gerbangnya. Kalau ada yang bertanya tentangku, katakan aku tidak ada!" perintah Glen kepada penjaga.
"Ba-baik, Tuan!"
Sadar situasi berbahaya, Glen pun berencana untuk melarikan diri. Otaknya dengan cepat menebak bahwa Amanda telah melaporkan semuanya kepada polisi.
Tanpa memerdulikan Shara dan ibunya, Glen bergegas keluar kamar untuk mencari cara melarikan diri, sementara dua orang penjaga beranjak keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Dalam hitungan menit, keduanya kembali dengan diikuti beberapa petugas kepolisian yang datang dengan senjata api pada masing-masing.
"Kami membawa surat penangkapan untuk Nona Shara dan Tuan Glen Wayne," ujar salah satu polisi.
Suasana semakin memanas tatkala Shara menjerit histeris dan hendak menyerang polisi yang ingin menangkapnya.
Di sisi lain, Glen sedang berusaha melarikan diri melalui ruang bawah tanah yang terhubung dengan pintu belakang.
"Aku harus bisa melarikan diri dari sini," gumam Glen, mempercepat langkah menuju pintu belakang. Beruntung ia sempat masuk ke ruang penyimpanan untuk mengambil kunci pintu ruang bawah tanah.
Begitu pintu terbuka, Glen harus dikejutkan dengan adanya tiga orang anggota kepolisian yang menodongkan senjata kepadanya.
"Angkat tangan, kalau melakukan perlawanan kami tidak akan segan menembak!" ujar salah satu polisi.
Glen tersentak. Tubuhnya seperti terkunci. Ia pun menyerah saat itu juga dengan kedua tangan terangkat ke udara. Tak ada jalan lagi baginya untuk melarikan diri dari kejaran polisi.
*
*
*
Sementara itu, di sebuah kamar ....
Amanda masih terbuai oleh kehangatan selimut yang membalut tubuhnya. Ia belum juga tersadar dari pengaruh bius yang diberikan Zack secara diam-diam, ketika Amanda sedang tidur lelap di kamar Emely.
Sepasang mata menatapnya penuh cinta. Diikuti dengan sentuhan lembut yang membelai wajah. Pemilik bibir tipis itu melukis senyum.
"Bagaimana mungkin mereka mengira bisa mencelakaimu? Sementara ada aku di belakangmu," ucap Zack, sambil membenamkan ciuman di kening.
...****...
bener gak sihh kk author 🤭🤭🤭🤭