Shanum namanya.. wanita periang nan cantik.
Tanpa sebuah rencana, tanpa sebuah aba-aba. Seorang pria tampan dan sukses memintanya untuk menjadi pacarnya. Ya.. "Sebatas Pacar Sewaan" demi menutupi kepergian kekasihnya.
"Satu tahun, hanya satu tahun, berpura-puralah menjadi pacarku." Pinta Pria itu.
"Kenapa mesti aku?" Tanya Sha dengan wajah yang penuh dengan pertanyaan.
Hari demi hari mereka jalani bersama. Cinta hadir tanpa mereka sadari. Tawa dan air mata menghampiri keduanya. Menjadi sebuah kenangan menuju masa depan.
"Aku hanya sebatas pacar sewaan saja. Harusnya aku siap jika saat perpisahan itu tiba, kenapa aku tak rela sekarang."
Mampukah Sha menjalankan hari-harinya? Mari tertawa dan menangis bersama ya.. Yuk, kita kepoin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kurniasih Paturahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir
Aku mengkhawatirkan mu, sangat..
Tapi aku takut jika terlalu mengkhawatirkan mu...
-Shanum-
🍁🍁🍁
Shanum menatap sekelilingnya, kini dirinya telah berada di sebuah toko buah. Dipilihnya beberapa buah jeruk dan semangka untuk Keenan. Setelah itu ia melangkah ke samping toko buah ini, ada sebuah toko kue di sana. Ia pun membeli beberapa kue untuk Keenan, lalu ia terdiam setelah tangannya penuh dengan kantong belanjaan.
"Banyak sekali yang ku beli." Gumamnya.
Ia pun segera menaiki taksi kembali. Taksi yang diminta untuk menunggunya saat ia sedang berbelanja.
Setelah masuk kembali ke dalam taksi. Ia tatap layar handphonenya, ia baca kembali pesan yang telah di kirim Radit untuknya, pesan berisi alamat rumah Keenan.
"Aku cemas." Gumamnya lagi.
Perjalanan saat itu, terbilang cukup lama. Kesibukan jalan menjadi hal biasa yang terjadi. Sampai akhirnya Shanum tiba di rumah Keenan.
Ia kembali menatap sekeliling. Rumah yang besar dan megah. Taman yang luas dan begitu indah. Perlahan melangkah menuju pintu besar yang kini sudah berada di hadapannya.
Menekan bel lalu kembali berpikir.
"Radit bilang tidak ada pembantu di rumahnya, lalu siapa yang akan membukakan pintu untuknya." Bisik Shanum.
Akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi Keenan, namun belum sampai ia melakukan panggilan, seorang wanita tua hadir di hadapannya dan membukakan pintu untuk dirinya.
"Cari siapa ya?"
"Keenan, Pak Keenannya ada?"
"Oh.. temannya tuan. Tuan Keenan lagi sakit."
"Iya, saya mau menjenguknya."
"Temen kantor ya non, kalau boleh tahu namanya siapa, biar saya kasih tahu tuan."
"Shanum.." Jawab Shanum dan tersenyum.
"Tunggu sebentar ya."
"Baik, terima kasih."
Wanita itu pun melangkah pergi meninggalkan Shanum seorang diri. Kembali lagi Shanum menatap sekeliling. Rumah Keenan begitu besar, penuh dengan jendela besar dan tinggi. Di balik jendela ada beberapa pohon yang membuat sekeliling tampak terlihat asri dan rindang. Terlihat sebuah kolam renang, di sisi luar ruangan ini. Atap yang tinggi dengan lampu yang begitu indah dan mewah.
Untuk beberapa saat, Shanum menunggu sambil menikmati sekelilingnya.
Sementara itu, Keenan tengah tertidur. Terdengar suara ketukan dan membangunkannya.
"Ya.. masuk bi." Pinta Keenan dan beberapa detik kemudian pintu terbuka.
"Tuan maap, ada yang datang menjenguk tuan."
"Siapa?" Tanya Keenan dan terlihat bingung.
"Seorang wanita, dia bilang namanya Shanum."
"Shanum ke sini?" Tanyanya memastikan dan langsung bangkit dari tidurnya.
"Ya.. Sekarang ada di bawah."
"Antar dia ke sini bi." Pinta Keenan kemudian.
Sepeninggalan Bi Minah, yaitu wanita yang memberitahukan bahwa Shanum datang. Keenan menjadi begitu sibuk. Sibuk menatap penampilannya saat ini. Hanya mengunakan kaos putih polos dan celana tidur. Rambut yang terlihat sedikit berantakan, namun baginya begitu berantakan. Memanfaatkan waktu semaksimal mungkin agar penampilannya tidak terlihat buruk di mata Shanum. Ia pun melangkah cepat ke kamar mandi, mencuci wajahnya segera dan merapikan sedikit penampilannya.
Sedangkan Shanum saat ini sedang diantar oleh Bi Minah menuju kamar Keenan.
Bi Minah mengetuk pintu besar kemudian, terdengar suara Keenan mempersilahkan masuk. Lalu membuka pintu itu dan meninggalkan Shanum dan Keenan berdua.
"Keen." Panggil Shanum dan melangkah perlahan ke tempat tidur Keenan.
Rasanya Shanum ingin melangkah lebih cepat, bahkan ia ingin berlari, memeluk diri Keenan. Namun ia tak bisa melakukan itu. Sedangkan Keenan menatap kedatangan Shanum menghampiri dirinya. Hal pertama yang dilakukan Shanum adalah menyentuh dahi Keenan.
"Kau sungguh demam." Ucap Shanum dan menatap ke dua mata Keenan yang sangat dekat dengan dirinya.
Keenan begitu terkejut, jantungnya mendadak berdebar kencang. Bahkan ia menelan salivanya menahan kegugupan yang baru saja menghampirinya.
"Kenapa kau bisa di sini?"
"Radit yang menyuruhku ke sini."
"Radit." Ulang Keen.
"Ya, tapi sepertinya aku dibohongi olehnya." Jawab Sha dan kemudian duduk di sisi kasur dekat dengan tubuh Keenan saat itu.
"Dibohongi gimana?"
"Dia bilang, di rumah kamu enggak ada orang, tapi barusan aku diantar oleh..." Ucap Sha terhenti karena ia tak mengenal orang yang telah mengantarnya menemui Keenan tadi.
"Bi Minah." Ucap Keenan melengkapi ucapan Shanum.
"Oh Bi Minah.., Tapi untung juga Radit membohongiku. Kalau tidak aku bisa mati penasaran dengan kondisi mu Keen." Ucap Shanum dan menatap Keenan begitu dalam.
"Aku baik-baik saja, hanya demam." Ucap Keenan tersenyum dan ikut menatap Shanum begitu dalam.
Ketukan pintu kemudian terdengar. Mengagetkan ke duanya, tak lagi saling menatap, dan pandangan mereka beralih ke pintu yang tiba-tiba saja terketuk.
Terdengar suara Bi Minah di luar sana. Shanum pun segera bangkit dari duduknya dan melangkah menuju pintu. Shanum membantu membukakan pintu itu.
"Tuan, ini bubur dan obatnya." Ucap Bi Minah dan meletakan di atas meja dekat dengan tempat tidur Keenan.
"Terima kasih Bi." Ucap Keenan dan kemudian Bi Minah kembali pergi meninggalkan Shanum dan Keenan berdua lagi.
"Ku bantu kau makan ya."
"Ya.." Jawab Keenan dan tak menolak.
Perlahan Shanum menyuapi Keenan. Sambil diam-diam menatap Keenan.
"Kenapa enggak ngabarin aku? Aku menghubungimu tapi kau tak membalasnya sekalipun." Ucap Sha dan sedikit kecewa.
"Aku enggak mau kamu khawatir Sha."
"Justru kamu malah buat aku khawatir Keen. Jangan lakukan ini lagi Keen." Ucap Sha dan memalingkan wajahnya cepat tak lagi menatap Keenan.
"Maapkan aku." Ucap Keenan dan kali ini meraih jemari Sha dan membuat Sha menatap wajah Keenan kembali.
"Sudahlah." Ucap Sha dan dengan cepat merubah ekspresinya, ia tersenyum.
Shanum termenung beberapa saat, rasanya dirinya tak pantas mengkhawatirkan Keenan.
"Cepat habiskan buburnya, setelah itu minum obat." Lanjut Sha dan kembali menyuapi Keenan.
"Sha.."
"Ya.."
"Minggu depan, Oma mengundang kita ke pesat ulang tahunnya."
"Oh.. apa yang Oma mu suka, aku harus menyiapkan kado untuknya." Ucap Sha penuh dengan semangat.
Sedangkan Keenan terdiam, yang Oma suka adalah dirinya segera melamar Sha. Tapi Keenan belum siap untuk mengatakan itu saat ini. Ia masih harus memastikan sesuatu. Sesuatu hal yang besar.
"Baiknya ku belikan apa untuk Omamu. Ehm.. dia suka makanan apa atau barang apa yang ia lagi butuhkan."
"Kamu datang saja, Oma juga sudah senang."
"Mana bisa begitu Keen, Hemm.. nanti aku pikirkan sendiri."
"Apapun yang kamu berikan ke Oma, pasti Oma suka."
"Ya.."
Shanum kembali membantu Keenan menghabiskan buburnya dan kemudian membantunya meminum obat dan merapikan semuanya.
"Sekarang waktunya kamu istirahat Keen."
"Kau akan pulang?"
"Ya.."
"Temani aku dulu Sha, setidaknya sampai aku tertidur."
"Baiklah..." Ucap Sha tersenyum begitu pun dengan Keen.
Sha duduk di samping Keen, menepuk punggung tangan Keen namun Keenan malah menggenggam jemari Sha begitu kuat. Tak ingin melepaskannya. Keenan pun mulai memejamkan matanya perlahan. Rasa nyaman menyelimutinya saat itu. Keberadaan Sha membuatnya merasa lebih baik. Ya...hatinya membaik.
Sha masih menatap wajah Keenan yang berada tepat di hadapannya. Matanya yang terpejam tak mengurangi ketampanannya. Senyumnya yang meredup tak mengurangi kehangatan yang diberikannya. Rasanya ingin memilikinya seutuhnya. Ingin memeluknya dan ingin terus bersamanya. Namun apa haknya untuk melakukan itu.
"Cepat sembuh Keen." Bisik Sha dan tanpa di sadari tangannya menyentuh lembut kepala Keenan dan mengusapnya perlahan.
.
.
.
.
Aamiin🤲
baru sadar kamu sekarang, tapi Uda terlambat 😅😂🤪