Candra adalah seorang CEO yang memiliki orientasi penyimpanan seksual, Candra di jodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang colonel cantik.
Mereka selalu terlibat perselisihan satu sama lain, mereka selalu bertengkar dan tak cocok dalam berbagai hal.
Namun suatu keadaan membuat keduanya sadar tak mampu berjauhan satu sama lain, dan saling membutuhkan.
Akan kah mereka saling mencintai pada akhirnya? Biarlah takdir menyatukan keduanya di akhir.
*Bebas promosi novel lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kang anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kunjungan
Weekend adalah hari yang paling di tunggu para pekerja kantoran, mereka akan memiliki waktu untuk berkumpul bersama dengan keluarga maupun sahabat. Seperti halnya hari ini Aliya kedatangan tamu spesial yaitu sahabat sahabatnya dari teman seprofesinya. Aliya tampak tersenyum menyambut kedatangan mereka.
"Wih, sakit sayang," salah seorang di antara dua laki laki macho dan tampan ini menanyakan keadaan Aliya.
"Ga ini paling bentar lagi sehat kok," Aliya tersenyum mendengar pertanyaan temannya.
"Al ini siapa?" salah seorang di antaranya kembali bertanya.
"Oh kenalin ini Chandra," Aliya menunjuk kearah Chandra yang tepat masih berada di pinggir tempat tidur Aliya. "Nah kalau mereka berdua Alex dan Erik."
"Hai Chandra," Erik segera menyalami Chandra, di ikuti Alex.
"Saingan bang Riky ya?" Alex tiba tiba menebak dengan benar, bahkan saat ini menaik turunkan alisnya.
Mendengar nama Riky seketika Chandra terlihat tidak suka, entah kenapa Chandra selalu terganggu pria bernama Riky tersebut, bahkan hanya di sebut namanya saja seperti saat ini Chandra tidak suka.
"Ih siapa yang saingan? Orang dia bukan kayak kita kok," Aliya tampaknya belum mengerti maksud dari Alex.
"Ternyata bukan cuman peluru, tapi kepalanya terbentur juga di lantai atau tembok," Erik menimpali kepolosan, eh atau ke be*go an sahabatnya, ah atau kepura puraan sahabatnya yang tengah berbaring di banker rumah sakit.
"Polos bro, tapi banyak bolongannya," Alex menjawab pernyataan dari Erix. "Maksudnya saingan cinta."
"Eh bro kenal kak Riky ga?" Erik segera bertanya kepada Chandra.
"Iya, kenal," Chandra hanya tersenyum sedikit menutupi rasa tidak sukanya.
"Wah kenal saingan dong bro, dia dari dulu ngebet sama si Al, Al nya aja yang ga percaya," Alex justru memanas manasinya.
Tiba tiba pintu ruangan kembali terbuka, menampilkan sosok cantik nan jelita, mereka adalah Angel dan juga Juwita. Kedua sosok wanita cantik tersebut menarik perhatian Erik dan juga Alex.
"Mereka siapa? Cantik cantik banget kayak bidadari," jiwa Playboy tetapi jomblo Alex tiba tiba bangkit, melihat para wanita cantik nan anggun.
"Ah itu Angel, kalau itu Juwita," Angel dan Juwita tersenyum ketika namanya di sebut.
"Hai aku Angel," Angel segera bersalaman dengan Alex kemudian Erik.
Logat Indonesia yang belum juga selancar yang lain menandakan dirinya bukanlah orang Indonesia asli.
"Hai gue Juwita," Juwita ikut mengulurkan tangannya menyalami Alex dan Erik.
"Angel kamu bukan orang Indonesia asli?" Alex tampaknya benar benar tertarik dengan Angel.
"Daddy aku asli Indonesia, mommy aku asli Belanda, sementara aku baru sekitar satu tahunan lebih di sini," Angel menjawabnya sembari tersenyum manis.
"Jangan tergoda Ngel, mereka playboy cap kipoy," Aliya segera memberitahukan kepada Angel agar teman termudanya itu tidak tertipu.
"Idih apaan lo? Lagian lo ngapain manggil dia pakai Ngel, Ngel segala," Alex benar benar kesal.
"Lah masih mending, dari pada gue panggil Ang, terus di belakangnya gue tambahin kata kerja yang menandakan waktu sekarang, dalam bahasa Inggris," Aliya berdecik melihat sahabatnya satu ini.
"Ang... ing, dong eh anjing tolol," Alex langsung terkejut ketika mengatakan hal tersebut.
"Parah lo ngatain temen gue lo," Aliya berpura pura kesal, untuk menyudutkan Alex.
"Enak aja orang lo yang mancing," Alex tak terima.
Di sela pertengkaran tersebut, Erick melirik Chandra, dapat Erick lihat tatapan berbeda saat Chandra memandang Aliya. Erick tersenyum memikirkan apa yang akan di lakukannya, untuk menguji pria di sebelah Aliya. Erick diam diam mengupas apel kemudian memotong nya kecil kecil, kemudian mengambil garpu yang ada di ruangan tersebut.
"Al lo makan buah dulu," kata Erick semabari menyuapi Aliya.
Aliya hanya mengangguk dan menerima potongan buah apel tersebut dengan senang hati, sementara yang di sampingnya hanya memandang sinis ke arah Erick dan juga Aliya.
Erick yang menyadari hal itu, segera menendang kaki Alex supaya membantunya. Untung saja ikatan batin antar kedua sahabat tersebut sangatlah kuat.
"Ooh, sok sok an dengan kak Riky bilangnya cie cie, rupanya tadi maksa gue buat ngunjungin Al ini," Alex ikut memandang ke arah Chandra, Alex diam diam terkekeh melihat raut wajah Chandra.
Sama halnya dengan Alex dan Erick, Juwita pun begitu, sebagai dokter yang menangani Chandra, Juwita ikut bahagia karena Chandra sepertinya benar benar sembuh.
"Lo sehat?" Aliya melihat mereka bergantian.
"Sehat lah noh yang di samping lo yang ga sehat," Alex menaik turunkan alisnya, memandang ke arah Aliya.
Aliya segera memandang ke arah Erick, namun tampaknya Erick benar benar normal. Selanjutnya Aliya memandang ke arah Chandra, alangkah terkejutnya Aliya melihat wajah kesal dari Chandra.
"Wih," Aliya terkejut, melihat tatapan dingin yang di keluarkan Chandra. "Lo kenapa?"
"Ah Al kami balik dulu yuk Rik," Alex segera menarik Erick keluar dari ruang rawat inap Aliya.
"Wih makin banyak fans aja kak," ah sepertinya Angel benar benar tak tahu apa apa.
"Maklum cantik membahenol," Aliya justru membanggakan dirinya, tampa menghiraukan Chandra yang menatapnya dengan kesal.
"Chandra sepertinya udah sembuh ya," Juwita menepuk bahu Chandra.
"Ah iya dok," Chandra tertegun baru mengingat bahwa mereka masih ada tamu.
"Ah Al, kami balik dulu ya, soalnya ada kerjaan, ayo Angel," Juwita segera menarik tangan Angel untuk keluar.
"Tapi kan kak, kita baru sampai," Angel protes ketika tangannya di seret Juwita keluar.
"Da Chandra, da Al," Juwita segera keluar.
Kini tinggal Chandra dan juga Aliya yang di dalam kamar rawat inap tersebut.
"Mau apel?" Aliya menawarkan apel segera ke depan bibir Chandra. Chandra hanya menganga, menerima suapan tersebut.
"Anak pinter, kesayangan mama," Aliya mengusap lembut kepala Chandra ketika Chandra mengunyah potongan apel tersebut. "Lo marah sama gue?"
"Tau ah, ayo tidur siang," Chandra segera naik ke atas tempat tidu Aliya. Chandra segera menarik Aliya ke dalam pelukannya.
"Aku masih mau makan," Aliya mengeluh ketika mengatakan hal tersebut. Chandra segera mengambil sepotong apel, kemudian menggigitnya. "Ih itu kan punya gue."
Chandra justru menempelkan ujung potongan apel yang lain, membuat Aliya terkejut. Dengan paksaan dari Chandra akhirnya Aliya membuka mulutnya dan menggigit sisi lain dari apel tersebut. Pandangan mata mereka terkunci, membuat mereka terhipnotis oleh mata lawan bicaranya.
Chandra segera menarik tengkuk Aliya, kemudian menambah gigitannya dan mendorong gigitan Aliya agar lebih dekat. Chandra memejamkan matanya sembari memiringkan kepalanya, Chandra segera meraup sisa apel tersebut, sembari ikut meraup bibir bawah Aliya. Chandra sedikit mengecapnya, salifa yang bercampur dengan manisnya buah apel, membuat mereka terhanyut, Aliya pun sama memejamkan matanya menikmati apel yang telah di kunyah Chandra, dan memberikan apel yang masih utuh, Chandra Kemabli me*lu*mat bibir atas dan bawah Aliya, sembari menggigit apel hingga kecil kecil, Chandra kembali menggigit bibir bawah Aliya agar terbuka, ketika bibirnya Aliya terbuka, Chandra segera menerobos masuk, dan memberikan Aliya apel itu kembali.
Kini mereka semakin terbuai, membuat Chandra semakin kuat me*lu*mat bibir Aliya, Aliya pun sama tak ingin kalah, saat nafas mereka terasa habis Chandra seger melepaskan pa*ngu*tan bibir mereka, dan menyatukan kening mereka, dengan mata yang tertutup. Chandra kembali menarik Aliya ke dalam dekapannya. Diam diam Chandra menyentuh bibirnya tak percaya dengan apa yang telah ia lakukan. Ini bukan pertama kali Chandra mengecup bibir Aliya, namun entahlah rasanya adegan yang barusan ingin Chandra ulangi.
Sensasi jantung berdebar membuat Chandra benar benar menginginkannya lagi. Lain halnya dengan Chandra, Aliya merutuki kebodohannya menikmati ci*uman mereka, bahkan Aliya benar benar nyaman mendengar detak jantung Chandra kali ini.
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu