NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Evita Lin 168

Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Saat Denny menuju kamar Celline, James mendekati Celline.

“Katanya tadi sakit, tapi lihat sekarang! Ketemu Denny jadi langsung segar begitu!” Cibir James.

“Aku memang masih sakit. Kalau tuan tidak percaya, tuan bisa langsung cek saja. Sampai sekarang saja masih bengkak.”

“Bengkak?!” James langsung memalingkan wajahnya.

“Aishhh….. Sial!” Desis James. Dia kesal bercampur dengan rasa malu.

Jadi sejak di bandara tadi, Celline yang jalannya lambat seperti siput, itu semua dikarenakan hal itu. Kini James jadi tahu alasannya. Dan itu semua dikarenakan oleh dirinya.

*****

“Kamu kapan pulang?”

“Cih! Kakak suka sekali ngusir adik sendiri. Lagipula aku sedang libur sekarang. Denny mau menginap di sini sampai masuk kuliah. Kan lumayan nginap di sini, ada hiburannya.” Tanpa sadar, Denny tertawa penuh arti.

“Hiburan katamu??” Alis James langsung menungkik tajam mendengar ucapan sang adik barusan. Otaknya mulai bekerja mencerna maksud kata-kata Denny barusan.

“PS, kak. PS!” Jawab Denny langsung pergi. Sebelum pergi, dia melempar senyum pada Celline.

Melihat hal itu, James langsung menarik tangan Celline. Mereka berhenti di depan dapur.

“Ingat, kamu tidak boleh tersenyum pada Denny!”

Celline jadi bingung sesaat mendengar perkataan James barusan. “Memangnya kenapa, tuan?”

“Jangan pura-pura tidak tahu!” Nada James ketus. James memang sangat pintar membuat orang jadi terdiam.

Celline tidak tahu alasan mengapa dia tidak boleh tersenyum pada Denny. Mau tidak mau Celline harus mengikuti perintah suaminya itu. Kalau tidak, dia akan mendengar laki-laki itu marah-marah. Telinga Celline sampai terasa panas, kalau mendengar ocehan James pada dirinya.

Setelah mewanti-wanti Celline, kini James masuk ke dalam kamarnya. Pintu kamar ditutup James dengan agak kencang. Dan Celline pun tidak tahu alasannya.

Semenjak kehadiran Celline di mansion itu, James jadi sering marah-marah tidak jelas, beda sekali saat sebelum ada Celline di sana. Dia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, lelah sehabis perjalanan jauh. Dia ingin menutup matanya barang sejenak.

Sampai tak terasa, tubuh James yang kelelahan, akhirnya dia beristirahat. Jiwanya sudah melayang ke alam mimpi. Pria itu baru bangun saat malam tiba.

“Pak, semua orang pada kemana?”

“Siapa, tuan?”

“Celline dan Denny?”

“Oh, Nona Celline masih ada di dalam kamarnya, setelah makan malam tadi, tuan. Lalu kalau Tuan Denny sedang keluar sebentar, katanya mau beli sesuatu.”

“Oh, ya sudah kalau begitu.”

“Apa tuan mau makan malam? Tadi tuan belum makan malam, bukan?”

“Tidak, pak. Terima kasih.” Jawab James.

Karena suasana mansion sudah tampak sepi sekarang, James pun malas makan malam sendirian. Kemudian dia memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya kembali.

Karena gerah, James pun mandi dan membersihkan dirinya. Namun sehabis mandi, kini perutnya terasa lapar. Dilihatnya jam yang bertengger di tembok kamar. Sekarang sudah tengah malam.

Saat sedang mencari makanan di dapur, tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkan James.

“Tuan mau makan?”

Suara itu hampir saja membuat jantung James copot. James yang gengsi pun tidak mau mengakui kalau dirinya sedang lapar.

“Tidak. Siapa juga yang mau makan? Aku cuma mau minum saja.” Jawab James.

Setelah mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas, James langsung meninggalkan dapur, membiarkan Celline seorang diri di sana.

Baru saja mengunci pintu kamarnya, namun telinga James menangkap suara orang yang sedang berbicara di luar. Dia pun mencoba menempelkan telinganya di balik pintu kamarnya. Dia bersiap untuk menguping.

Detik berikutnya, James malah mendengar suara wanita tertawa renyah. Dia sangat hapal dengan pemilik suara itu. Kesal tak mampu menahannya lagi, dia pun langsung keluar dari dalam kamarnya. Dilihatnya Celline dan Denny sedang makan bersama. Keduanya makan sambil bercanda.

“Kalian ini berisik sekali! Mengganggu orang tidur saja!” Cibir James dengan muka yang kesal menahan amarah.

“Kakak, mau? Aku beli ini banyak.” Tawar Denny yang tak menggubris ekspresi sang kakak.

Seolah-olah Denny malah memanas-manasi James. Dengan sengaja Denny menyodorkan semua pizza yang dia beli itu di depan Celline.

“Ini buat kamu semua. Kakakku tidak lapar. Sepertinya dia malah mau makan orang sekarang!” Ejek Denny.

Setelah kenyang, Denny pun meninggalkan dapur. Semua sisa pizza yang masih tersisa banyak itu, dia berikan pada Celline.

Untuk mengambil hati gadis itu, menyogok Celline dengan makanan enak. Sambil melawati James, dia tersenyum tipis.

Selepas Denny pergi, James malah duduk di sebelah Celline. “Jangan banyak-banyak makannya, bisa kolestrol nanti. Lihat saja, banyak minyaknya!”

Namun, tangan James malah meraih sepotong pizza. Celline yang melihatnya, hanya tersenyum tipis. Bilang saja kalau mau.

“Kenapa tidak dimakan lagi?” Tanya James yang baru sadar kalau Celline berhenti makan.

“Celline sudah kenyang. Tuan saja yang makan, sepertinya tuan sangat lapar.”

“Sok tahu kamu ini! Siapa yang bilang kalau aku lapar?!”

Bibir Celline langsung mengkerut. James yang umurnya lebih tua, tapi sikapnya seperti anak kecil. Dia tidak mau kalah ataupun disalahkan oleh orang lain.

Tidak terasa, satu kotak pizza dengan toping keju pedas sudah berhasil James habiskan. Tapi, perut pria itu jadi terasa tidak nyaman. Berkali-kali dia ke kamar mandi pada saat tengah malam.

James mau dibuatkan teh hangat, tapi malas membangunkan pelayan mansion. Dia lebih memilih mengetuk pintu kamar Celline.

“Celline….. Celline…..!” Panggil James lirih, supaya tidak membangunkan penghuni mansion itu.

Celline pun menajamkan pendengarannya saat mendengar ada suara lirih memanggil namanya di depan pintu kamarnya. Karena penasaran, dia pun membuka pintu kamarnya. Baru saja dibuka, James jatuh ke arahnya.

“Tuan….. Tuan James!”

Melihat tubuh James terhuyung, Celline lantas membantu memapah James ke dalam kamarnya.

“Tuan kenapa?” Celline memegang kening pria itu.

“Tuan sakit? Sebentar, tuan. Celline panggil Tuan Denny, supaya diantar ke dokter.” Baru akan berdiri, namun tangan James menarik tangan Celline.

“Tidak usah. Sepertinya aku salah makan.” Suara James terdengar lirih tidak sekuat biasanya.

“Terus? Tuan tunggu sebentar, Celline mau ambil kotak obat dulu!” Celline pun keluar mencari kotak obat P3K.

Sambil menunggu Celline datang, James sudah bertambah lemas. Dia memilih merebahkan tubuhnya. Tiba-tiba saja James diserang diare.

Begitu Celline masuk ke dalam kamar, dia heran. Mengapa James tidur di ranjangnya? Pria itu tidak pingsan, tapi sudah tertidur. Terdengar dari dengkuran yang pelan dan berirama.

Celline mengamati wajah tampan milik James itu, sambil mencari obat diare. Tak bosan-bosannya Celline melirik ke arah wajah James. Kalau diam dan tidak mengomel-ngomel seperti ini, James membuat Celline semakin terpikat saja.

Tak terasa hari sudah berganti. Matahari sudah muncul dengan berani, menyinari semua makhluk hidup dengan sinar yang hangat. Seberkas cahaya matahari juga menerobos kamar Celline, masuk lewat jendela yang terbuka lebar.

James mengerjapkan matanya saat sinar matahari masuk menyilaukan matanya. Ditatapnya langit-langit kamar Celline. “Ini bukan kamarku!” Ucapnya dalam hati saat matanya mulai terbuka dengan sempurna.

James sadar kalau dia sudah salah kamar. Dia langsung beranjak. Di luar samar-samar mendengar suara Denny yang mendekat.

Takut ketangkap basah tidur di kamar Celline, dengan seribu langkah James pun mencari tempat persembunyian. Saat pintu akan dibuka, James langsung masuk ke dalam lemari.

“Celline, Kak James kemana ya? Sudah pagi, tapi masih tidak kelihatan. Di kamarnya juga kosong.”

Celline dan Denny sedang berbicara di depan kamar Celline. Sedangkan orang yang ada di dalam kamar sana sedang ketar-ketir takut keciduk. Nanti kalau ketahuan bisa-bisa James jadi malu tidak ketulungan.

“Mungkin Tuan James sedang olahraga pagi, tuan.” Kata Celline mencari alasan.

Semoga Denny percaya dan tidak curiga. Pasalnya Celline tidak enak kalau membangunkan suaminya itu. Apalagi, James semalam kurang enak badan, diserang diare akibat salah makan semalam.

Bersambung…….

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!