Neo terbiasa hidup dalam kekacauan.
Berantem, balapan liar, tawuran semuanya seperti rutinitas yang sulit ia hentikan. Bukan karena dia menikmatinya, tapi karena itu satu-satunya cara untuk melampiaskan amarah yang selalu membara di dalam dirinya. Dia tahu dirinya hancur, dan yang lebih parahnya lagi, dia tidak peduli.
Setidaknya, itulah yang dia pikirkan sebelum seorang gadis bernama Sienna Ivy masuk ke hidupnya.
Bagi Neo, Sienna adalah kekacauan yang berbeda. Sebuah kekacauan yang membuatnya ingin berubah.
Dan kini, dia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan dikirim ke Swiss jauh dari Sienna, jauh dari satu-satunya alasan yang masih membuatnya merasa hidup.
Sienna tidak terima. "Biar aku yang atur strateginya. Kamu nggak boleh pergi, Neo!"
Neo hanya bisa tersenyum kecil melihat gadis itu begitu gigih memperjuangkannya.
Tapi, bisakah mereka benar-benar melawan takdir?
Yuk, kawal Neo-Siennaꉂ(ˊᗜˋ*)♡
Update tiap jam 14.59 WIB
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leo.Nuna_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CYTT(Part 32) Pertanda yang Tak Ingin Dipercaya
Happy Reading (。•̀ᴗ-)✧
⋇⋆✦⋆⋇
Jika Max sedang diliputi kegelisahan tentang hubungannya dengan Amara, maka di tempat lain, Sienna pun tak kalah gelisah—menanti kabar dari seseorang yang berarti dalam hidupnya, Neo.
Siang menjelang. Sinar matahari Swiss menyelinap masuk melalui celah tirai kamar apartemen, menciptakan pantulan cahaya lembut di dinding putih yang tenang. Suasana masih sunyi, seolah waktu berjalan lebih lambat dari biasanya.
Sienna terbangun dari tidur panjangnya. Tubuhnya terasa sedikit lebih baik, suhu panas yang semalam membuatnya menggigil kini mulai mereda. Namun kepalanya masih berat, dan denyut halus di pelipisnya membuatnya enggan bergerak terlalu banyak.
Dengan pandangan masih samar, ia menoleh ke arah jendela dan mendapati seorang perempuan—perawat yang dikirim Noah pagi itu—duduk santai di kursi, asyik membaca majalah.
“Nona sudah bangun?” sapa sang perawat lembut, begitu menyadari gerakan Sienna.
Sienna mengangguk pelan, lalu perlahan menyandarkan diri di kepala ranjang. “Apa Neo sudah pulang?”
“Belum, nona,” jawab perawat itu sopan.
Sienna mengangguk pelan. Tidak ada kata lanjutan yang keluar dari mulutnya. Ia hanya duduk diam, membiarkan tubuhnya yang masih lemah menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Namun yang membuatnya benar-benar tak tenang bukan lagi kondisi fisiknya, melainkan pikirannya—yang mulai dipenuhi rasa tak enak.
Sejak pagi, Neo belum menghubunginya.
Dengan cemas, ia meraih ponsel dari nakas samping tempat tidur dan membuka pesan terakhir dari Neo. Dikirim empat jam lalu.
Tak ada pesan lanjutan, tak ada panggilan tak terjawab. Hanya hening.
Sienna menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa cemas yang mulai merambat dalam diam. Tapi firasatnya—yang selama ini jarang meleset—mulai berbisik hal-hal yang tak ia inginkan.
Dan entah kenapa, pikirannya melayang pada sosok Luna. Sejak awal, ada sesuatu dari gadis itu yang membuatnya tak tenang. Bukan karena rasa cemburu, bukan pula karena iri. Tapi lebih kepada sebuah intuisi… halus, samar, namun menghantui.
Tak tahan oleh rasa penasaran, Sienna membuka akun media sosial sekolah. Everest Academy memang punya forum terbuka antar siswa. Tempat berbagi kabar, opini… dan kadang, drama yang tak terduga. Dan benar saja.
Sebuah unggahan anonim muncul pagi ini.
“Cowok hits + cewek pemalu? Mungkinkah ada cinta tersembunyi di Everest?"
Sienna menggulir ke bawah. Sebuah foto candid terlampir. Di dalamnya, terlihat sosok Neo yang tengah menggenggam tangan Luna, menariknya menjauh dari kerumunan. Meski sudut pengambilannya jauh, wajah dan gestur mereka cukup jelas untuk dikenali.
Sienna menatap layar ponselnya lama. Bukan karena cemburu membara, melainkan karena perasaan tidak nyaman yang menusuk perlahan—halus tapi dalam.
Perawat yang sejak tadi memperhatikannya, maju beberapa langkah dengan khawatir.
“Apakah Anda baik-baik saja, nona?”
Sienna hanya mengangguk kecil. Tak ada jawaban yang keluar, hanya sorot mata yang mulai dipenuhi tanda tanya… dan sedikit ketakutan.
Karena dalam diamnya, ia tahu—ada sesuatu yang sedang berubah. Dan ia belum siap untuk itu.
Di tempat lain, tepatnya di koridor lantai dua gedung sekolah, Neo berdiri diam. Pandangannya tertuju pada layar ponsel, tapi tak ada satu pun pesan yang benar-benar ia baca.
Notifikasi terus berdatangan, tapi jarinya enggan menyentuh apa pun. Pikirannya kacau, dadanya dipenuhi amarah yang belum sepenuhnya reda.
Peristiwa pagi tadi masih membekas jelas—saat ia mendapati Luna diperlakukan seperti pembantu pribadi oleh Amara dan teman-temannya.
Tapi yang lebih mengganggunya adalah tatapan Luna ketika ia menarik gadis itu menjauh dari kerumunan. Bukan tatapan lega, bukan pula rasa terima kasih.
Tapi tatapan bersalah. Seolah Luna memang pantas menerima perlakuan itu. Seolah… semua beban itu harus ia tanggung sendiri.
Neo mengepalkan tangan. Ia benci melihat Luna seperti itu. Benci pada cara Luna selalu memilih diam dan menerima perlakuan orang lain begitu saja.
Tapi di sisi lain, ia juga mulai menyadari… keterlibatannya dalam hidup Luna justru membawa dampak lain yang tak terduga.
Kini, banyak mata mulai memperhatikan mereka. Bisikan dan gosip menyebar dengan cepat, seperti api yang menyambar bensin.
Salah satunya—unggahan anonim yang kini beredar luas di forum sekolah. Entah siapa yang memulai, tapi Neo tahu… Sienna pasti sudah melihatnya.
Sementara itu, jauh dari sana, di sebuah kamar apartemen yang sepi, Sienna masih duduk diam.
Sienna masih terpaku pada foto itu. Ia memperbesar gambar, berusaha mencari penjelasan. Tapi semakin ia mengamati, semakin kuat rasa tak nyaman mencengkeram dadanya.
Ia memejamkan mata, mencoba mengendalikan emosinya. Tapi bayangan Neo yang menggenggam tangan Luna terus membayangi pikirannya. Ia tahu betul—Neo bukan tipe yang mudah menunjukkan perhatian, apalagi di depan umum. Ia terlalu tertutup untuk itu.
Jadi ketika Neo melakukannya… pasti ada makna di baliknya. Dan justru itulah yang membuat hati Sienna terasa hancur perlahan.
Rasa sakitnya sulit dijelaskan. Seperti benang yang mulai terurai… tapi ia tak tahu harus menarik dari mana untuk merapikannya.
Dengan napas tertahan, Sienna mengusap wajahnya. Lalu perlahan membuka galeri di ponselnya. Foto-foto bersama Neo terpampang di sana. Senyum mereka, tawa mereka, semua terekam dalam bingkai kenangan.
Tapi di antara semua kebahagiaan itu, satu pertanyaan mulai muncul di hatinya:
"Apa semua ini masih sama?"
Dan di sanalah, dua hati—yang dulu saling mencari dan menemukan—kini tengah dilanda badai dari arah yang berbeda.
Max mulai meragukan cinta yang selama ini ia perjuangkan.
Sienna mulai takut pada kebenaran yang mungkin tak ingin ia dengar.
Sementara Neo… terjebak di tengah pusaran yang ia sendiri tak tahu bagaimana harus keluar—tanpa melukai siapa pun di dalamnya.
Sienna mengembuskan napas pelan, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia tahu, terlalu dini untuk menyimpulkan… tapi ketika keheningan dibarengi bukti visual yang menyakitkan, siapa yang bisa benar-benar tetap tenang?
Tiba-tiba, suara notifikasi terdengar. Satu pesan masuk.
Dengan tangan sedikit gemetar, Sienna membaca pesan itu berulang kali. Setiap huruf terasa seperti dentuman halus di dadanya—mengaduk-aduk emosi yang sejak tadi berusaha ia redam.
"Aku tahu kamu lihat foto itu. Aku bisa jelasin, tapi tolong… jangan percaya apa pun sebelum kamu dengar langsung dari aku."
Pesan itu baru masuk satu menit lalu.
Sienna menatapnya lama. Ingin percaya. Ingin yakin bahwa semuanya hanya kesalahpahaman. Tapi keraguan telah lebih dulu menancap dalam.
Ia mengetik balasan—lalu menghapusnya. Mengetik lagi—dan menghapusnya lagi. Berkali-kali. Tak ada satu pun kata yang terasa tepat untuk mewakili apa yang berkecamuk di hatinya.
»»——⍟——««
Hallo semua✨
Sebelum makasih udh mampir🐾
Buat yg suka cerita aku mohon dukungannya ya, biar aku semangat updatenya💐
Dan jangan lupa follow akun ig aku @nuna.leo_ atau akun tiktok aku @im.bambigirls. Karena disana aku bakal post visual dan beberapa cuplikan.
Oke see you semua!(◠‿◕)