Mikayla Zaneta bertemu lagi dengan Nicholas Jayandru, mantan pacarnya waktu SMA yang sudah menenggut kehormatannya.
Tapi laki laki itu sudah bertunangan, dan sebentar lagi akan menikah
Mikayla membencinya. Semudah itu Nicholas mendapatkan pasangan, sedangkan Mikayla sudah insecure. Ngga mungkin ada laki laki yang mau menerimanya yang sudah tidak virgin lagi.
Semoga suka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tujuan hidup Mika sekarang
Mikayla ngga tau kenapa perasaannya jadi lemah begini saat di dekat Nicho.
Harusnya dia tidak terintimidasi oleh hal hal yang menyakitkan hatinya.
Harusnya dia tetap kuat.
Saat terpuruk begini Mikayla ingin segera pergi.
Oke, dia harus sadar sekarang. Dia ngga boleh terombang ambing oleh perhatian laki laki yang ngga jelas ini.
Dia harus tegas untuk menjaga harga dirinya.
Kalimat kalimat itu terus bergaung di dalam benaknya seolah akan menjadi support system untuk dirinya sendiri.
Alea memegang lengannya. Dia tau saat ini pasti perasaan Mikayla pasti sedang down.
*
*
*
"Masih lama, kan, waktu istirahatnya," ucap Ringgo sambil melirik jam tangannya ketika Alea pamit. Dia masih ingin menahan Mikayla lebih lama.
"Biar ngga kena macet." Mikayla ikut memberi alasan.
"Oh, iya. Oke lah," sahut Ringgo kemudian tersenyum simpatik.
Nicholas ngga menahan kepergian Mikayla bersama ketiga temannya. Dia memperhatikan Mikayla yang tampak menghindarinya.
"Kapan kapan kita bisa lunch bareng lagi, kan....," tawar Ringgo sebelum keempat perempuan muda itu pergi.
"Ya," senyum Mikayla sebelum pergi. Dia sudah tidak mempedulikan lagi keberadaan Nicholas.
Mereka berempat jalan bareng ke arah mobil Alea.
"Kamu ngga apa apa, kan?" tanya Alea. Nala dan Rumi juga menatap Mikayla prihatin.
"Aku ngga apa apa," ucap Mikayla setelah beberapa saat terdiam.
Tadi pun dia hanya makan sedikit saja. Sama sekali tidak berselera. Padahal menu yang dipesan sangat enak dan menggugah selera.
"Masih ada setengah jam lagi. Kita makan mie ayam, yuk. Tadi aku makannya rada jaim jadi ngga kenyang," tawa Nala berderai.
"Iya, aku juga. Bayangkan kita makan bersama bos bos yang punya harta mungkin nyampe trilyunan. Ngga keselek aja udah syukur," sambung Rumi juga kemudian tergelak gelak.
"Karena itu tadi aku ajak kalian pulang cepat cepat. Ususku gemetar, ngga bisa mencerna makanan kelewat mahal itu," timpal Alea juga tergelak.
Mikayla juga jadi ikut tertawa. Sedikit demi sedikit kegundahannya berkurang.
"Mie ayam biasa, Lea," tukas Nala.
"Oke."
Tempat mie ayam itu ngga jauh dari perusahaan mereka. Jadi mereka ngga akan telat sampai ke kantor
Memang lambung lambung mereka lebih bisa menikmati makanan yang harganya merakyat.
"Okta nanti mau kuliah dimana, Mika?" tanya Nala.
"Okta belum punya pilihan apa pun."
"Ooh... Biasalah anak laki laki," cetus Rumi.
"Masih labil," lanjut Nala santai.
"Iya." Mikayla teringat omelan Samira-adiknya pada Okta. Samira juga mengata-i Okta remaja labil.
"Kamu dan Mira bisa bisa dilangkahi Okta kalo dia lebih milih nikah dari pada kuliah," canda Alea.
Mikayla dan yang lainnya tergelak
"Tapi awet juga, ya, pacaran Okta," puji Alea.
"Cewenya sabar banget," ucap Mikayla apa adanya.
Dia saja dan Samira suka gemas karena adik mereka Okta hobi tantrum.
"Iya, ya. Udah cantik, pintar, kaya raya lagi. Paket komplit tuh," cetus Rumi.
Kembali mereka tertawa bersama.
"Mika, Ringgo boleh tuh diprospek," usul Rumi.
"Nggaklah. Aku mau konsen nyari uang yang banyak. Mau halan halan," kekeh Mikayla. Dia sudah membulatkan tekad.
"Kadang aku berpikir jadi jomblo juga asyik," sela Alea.
"Ngga ada yang larang larang," sambungnya lagi.
"Kalo jomblo tuh, ngga perlu memikirkan perasaan pasangan, karena ngga ada, kan." Rumi tertawa tergelak gelak.
Begitu juga Nala.
"Kenapa, sih, Mika, kamu ngga mau diprospek Ringgo?" tanya Nala setelah tawa mereka reda.
"Aku mau nyari yang satu kasta saja. Yang samaan kondisi ekonominya."
"Belum tentu orang tua Pak Ringgo sama matrenya dengan orang tua Pak Nicholas," sergah Rumi memberikan harapan.
Mikayla menggeleng. Di sudah menemukan tujuan hidupnya. Ngga menikah.
*
*
*
Mikayla sedang membereskan pekerjaannya yang sudah selesai. Dia akan pulang.
Pintu ruangan bosnya terbuka dan tunangan bosnya datang lagi, kali ini bersama mami pak bos.
"Belum pulang, Mika?"
"Mau pulang sekarang, nyonya." Mikayla ngga akan lagi memanggil tante pada mami Nicho. Keadaannya sudah ngga seperti dulu.
Liza menatap mami Nicholas heran.
"Tante kenal?"
Nastiti-Mami Nicholas tersenyum.
"Dia, kan, pegawai Nicho. Sama seperti Rido," jelasnya tenang.
Liza manggut manggut.
"Saya permisi."
Mikayla hanya mengangguk hormat pada mami Nicho dan melangkah keluar.
Tapi dia terkejut ketika melihat Ringgo sudah ada di samping meja Vara.
"Hai...," sapa laki laki itu ramah
Mikayla hanya tersenyum.
"Aku sudah ijin sama teman teman kamu, mau antar kamu pulang."
Mikayla ngga langsung menjawab. Dia menatap Vara yang memberikan dua jempol tangan padanya
"Saya pulangnya ke rumah sakit."
"Ngga apa, saya juga mau melihat kondisi adik kamu," keukeh Ringgo, seolah ngga menerima penolakan.
Mikayla baru saja akan membuka mulutnya, tapi terdengar suara teguran bernada kaget di belakangnya.
"Ringgo?"
Mami Nicholas menatap Ringgo heran. Di sampingnya ada Liza dan di belakangnya ada Nicholas
"Apa kabar, tante?" Ringgo menyalim tangan nyonya Nastiti.
"Baik. Kamu ngapain ke sini?" Nastiti mengulang lagi pertanyaannya.
"Mau jemput Mikayla, tante."
Kening Nastiti berkerut.
"Kamu kenal dengan asisten Nicho?"
"Iya, tante," senyum Ringgo. Dia berpaling pada Mikayla
"Ayo, kita pulang."
Mikayla yang ngga ingin berlama lama ada di sini, langsung mengiyakan saja.
Dia mengangguk setuju membuat wajah Ringgo tampak senang.
"Kita duluan, tante."
"Oke." Nastiti masih menatap ngga percaya pada kepergian keduanya.
Tatapan Nicholas berubah ngga suka melihat Mikayla yang mau saja diantar pulang Ringgo.
Rido masih mengamati wajah tuan mudanya diam diam.
Tuan muda masih cemburu?
"Mami heran, kok, bisa Ringgo mengantar Mikayla pulang?"
Liza menatap bingung pada calon mertuanya yang terlihat semakin aneh di matanya.
"Ringgo hanya mau bertanggungjawab."
"Maksud kamu?" Mereka sudah mulai melangkah pergi
"Ringgo yang menabrak adiknya Mika, mam."
"Ooo...." Nastiti terdiam sejenak, kemudian senyum sinis terkembang di bibirnya.
"Jadi sekarang sasarannya Ringgo."
Nicholas ngga nyaman mendengarnya, tapi dia ngga berkata sepatah kata pun untuk menyangkalnya.
Maminya pasti akan balik membantah dan dia sedang ngga ingin berdebat.
'Sasaran apa, tante?" tanya Liza kepo.
"Sasaran suami super kaya. Sudah biasa dia."
"Mami ngomong apa?" Ngga tahan juga Nicholas mendengar tuduhan maminya.
"Maminya Ringgo pasti ngga akan terima kalo anaknya diperas."
"Mami, cukup!" Nicholas tanpa sadar membentak maminya. Dia jadi menyesal sudah mengatakan alasan Ringgo mendekati Mikayla.
Hatinya tadi sudah terlalu panas karena cemburu, hingga dia keceplosan.
"Nicho! Kamu bentak mami demi perempuan itu?" Nastiti ganti membentak putra tunggalnya.
Liza menatap Nicholas bingung.
"Maaf, mam."
Nastiti mendengus kesal. Kebenciannya semakin bertambah saja pada Mikayla.
"Tante, sebenarnya ada apa?" tanya Liza sambil memegang lengan mami Nicholas.
Dia butuh jawaban.
"Kamu harus hati hati dengan perempuan itu."
Liza tercengang.
Maksud tante, aku harus takut dengan asisten itu?
Liza tersenyum sinis.
Malah kebalik, tante!
Hidup lagi capeknya di buat tertekan ama Mantan dan Mama Mantan
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
Mika klu punya saudara kelakuan'nya begitu mending end aja
Menyala lah Oma suci
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
semoga aja bener si nyonya adalah anak yatim piatu yg kere ,yg ga punya keluarga, karna kebaikan Oma suci dan suami, jadi si nyonya di pungut jadi menantu
kepo abis, di tambah lagi ngegibahin bos Nicko lancar banget, ga ada jaim jaimnya.😂😂😂
Untuk Mika sama siapa saja oke asal dia dan keluarganya bahagia.