NovelToon NovelToon
Kembalinya Dewa Beladiri

Kembalinya Dewa Beladiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:31.4k
Nilai: 4.3
Nama Author: SuciptaYasha

Setelah mengorbankan dirinya demi melindungi benua Tianlong, Wusheng, Sang Dewa Beladiri, seharusnya telah tiada. Namun, takdir berkata lain—ia terlahir kembali di masa depan, dalam tubuh seorang bocah lemah yang dianggap tak berbakat dalam seni bela diri.

Di era ini, Wusheng dikenang sebagai pahlawan, tetapi ajarannya telah diselewengkan oleh murid-muridnya sendiri, menciptakan dunia yang jauh dari apa yang ia perjuangkan. Dengan tubuh barunya dan kekuatannya yang tersegel, ia harus menemukan jalannya kembali ke puncak, memperbaiki warisan yang telah ternoda, dan menghadapi murid-murid yang kini menjadi penguasa dunia.

Bisakah Dewa Beladiri yang jatuh sekali lagi menaklukkan takdir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32 Pertunjukan Sirkus Yang Tidak Lucu: Ejekan Ye Jiang

He Qingsu menjadi yang pertama bicara. Suaranya tenang, matanya tajam namun hangat. “Karena kami tidak punya tempat lain, Wu Shen. Kami bukan orang-orang berbakat. Kami bukan bintang sekte, bukan juga keluarga bangsawan. Kami semua... orang-orang yang nyaris tak punya nilai dalam sekte ini.”

Ia melirik ke arah anggota tim lainnya, memberi isyarat agar mereka bicara juga.

Lu Jintang menyeringai lebar. “Aku ini pembuat masalah. Dari dulu, aku tidak pernah bisa tunduk pada aturan. Semua kelompok beladiri langsung menolak mentah-mentah saat tahu aku pernah membuat lima kerusuhan dalam seminggu. Tapi Ketua Wu? Dia malah menatapku dan bilang, ‘Kalau kau bisa membuat masalah, berarti kau juga bisa menyelesaikannya.’ Gila, bukan? Tapi... sejak itu aku tahu, aku harus ikut dia.”

Tan Meizhang mengangkat tangannya santai. “Kalau aku... kepribadianku memang menyebalkan. Aku sering bicara tanpa mikir terlebih dahulu, sehingga banyak yang pergi karena sakit hati dengan ucapanku. Tapi Ketua Wu... dia tidak pernah mengeluh. Dia malah bilang kalau aku ini jujur, dan itu adalah hal yang langka.”

Tan Meizi menunduk pelan. “Aku ini lemah. Aku selalu bergantung pada Meizhang. Bahkan saat diterima di kelompok ini pun, aku takut. Tapi Ketua Wu bilang, ‘Kalau kau tahu kau lemah, maka itu awal dari kekuatan.’ Dia tidak pernah memaksaku untuk berubah secepat mungkin. Dia membimbingku perlahan.”

Wu Shen menoleh ke arah Nie Lianhua yang memeluk bantalnya erat-erat.

Dengan suara pelan, Lianhua berkata, “Aku... tidak pintar bersosialisasi. Di keramaian aku membeku, di pertempuran aku ragu mengambil keputusan sendiri. Aku... membenci diriku sendiri. Tapi Ketua Wu tidak pernah membentakku. Dia malah bilang, ‘Diam itu bukan kelemahan. Tapi terlalu lama diam bisa membunuhmu. Maka perlahanlah bicara, agar tak ada yang bisa membungkammu.’ Itu... pertama kalinya aku merasa dihargai.”

Wu Shen menatap mereka semua dengan ekspresi terdiam, sampai akhirnya pandangannya tertuju pada He Qingsu.

Pria berotot itu menghela napas panjang. “Mungkin... Akulah yang paling menyedihkan. Aku mulai kultivasi sejak umur 7, tapi sampai umur 30 pun aku masih belum bisa menembus batas ranah yang dianggap ‘standar’. Bakatku buruk. Tapi aku tak ingin menyerah. Jadi aku terus menempa tubuhku hingga melewati batas."

Ia menoleh pada Wu Shen, wajahnya serius.

"Semua orang meremehkanku dan menyuruhku untuk keluar dari sekte ini. Tapi, hanya Ketua Wu yang berkata, ‘Kalau orang lain bisa dengan mudah menembus dinding, maka kau akan menjadi dinding itu sendiri.’ Dia mengangkatku bukan karena kekuatanku, tapi karena keteguhanku.”

Suasana ruangan mendadak dipenuhi keheningan hangat. Wu Shen menghela napas panjang, menunduk, lalu tertawa pelan.

“Kalian semua... luar biasa,” katanya lirih. “Bukan karena kalian kuat, tapi karena kalian masih bisa tersenyum seperti ini meskipun pernah diremehkan.”

Lu Jintang mengangkat tangan tinggi-tinggi. “Yoi! Karena kita adalah Taring Phoenix! Kita boleh jatuh, tapi selalu bangkit kembali. Seperti burung api yang hidup dari abu!”

Wu Shen mengangguk perlahan, lalu memandang ke luar jendela seperti yang dilakukan ibunya tadi.

Untuk pertama kalinya, ia merasa memahami sisi lain Wu Ruoxi. Sisi seorang pemimpin yang tak hanya melindungi, tapi juga memeluk orang-orang yang telah dibuang dunia.

Dan untuk pertama kalinya juga... Wu Shen merasa ia mulai mengagumi ibunya lebih dari sekadar sebagai seorang ibu.

Di balik pintu kayu, ternyata Wu Ruoxi belum pergi. Ia bersandar di sebelah pintu dan mendengar semua perkataan bawahannya itu.

Hatinya hangat, sementara senyum tulus mulai terukir dalam wajahnya. 'Kalian ini... benar-benar pembuat masalah...' ucapnya dalam hati sebelum beranjak pergi.

...

Siang harinya, matahari menggantung tinggi di atas langit Sekte Phoenix. Cahaya terangnya memantul di atas batu-batu pelatihan yang memanaskan permukaan arena terbuka, tempat para murid berkumpul dalam barisan rapi.

Seragam pelatihan berwarna merah gelap berkibar seragam saat mereka bergerak, dipimpin oleh seorang pria jangkung dan bersuara lantang: Guru Ye Jiang.

“SATU! DUA! TIGA!” teriak Ye Jiang dengan keras.

Serentak, puluhan murid muda menggerakkan tubuh mereka—pukulan ke depan, diikuti tendangan memutar, lalu tangkisan diagonal yang diakhiri dengan posisi bertahan.

Semua dilakukan secara serempak, suara hentakan kaki dan desiran lengan mengisi udara, membentuk irama yang terdengar disiplin namun... bagi Wu Shen, terasa hampa.

Dari sisi pelataran, Wu Shen berdiri dengan tangan disilangkan di dada, matanya tajam mengamati.

Ekspresinya datar, bahkan hampir malas.

'Tenaga besar, tapi terlalu boros,' pikirnya.

Gerakan tangkisan itu terlalu lebar. Kalau musuh cukup gesit, serangan balik sudah masuk sebelum mereka bisa menyesuaikan posisi.

Ia menggeleng pelan, lalu bergumam sendiri, “Itu bukan pelatihan, itu hanya tarian... hanya menghabiskan stamina untuk gaya yang bagi mereka keren.”

Sayangnya, gumam itu terdengar cukup jelas bagi seseorang dengan telinga yang selalu mencari alasan untuk melampiaskan kebencian.

Ye Jiang menghentikan pelatihan, tubuhnya menegang saat matanya mengarah lurus ke arah Wu Shen. Rahangnya mengeras.

“Wu Shen!” bentaknya, suara tajam seperti cambuk yang memecah keheningan. “Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau dihukum?! Atau kau ingin kembali dan memohon untuk diizinkan berlatih? Hmp, kau harus berlutut di depanku jika ingin diampuni!”

Beberapa murid langsung menoleh. Tidak ada yang tidak mengenali anak itu. Di anggap sebagai anak yang tidak diinginkan, tidak memiliki bakat, namun pernah mempermalukan Ye Jiang di depan umum.

Beberapa orang menganggap jika saja tanpa dukungan dari ibunya, Wu Shen mungkin sudah lama diusir dari Sekte itu.

Wu Shen menoleh santai, bahkan menguap kecil sebelum menjawab.

“Aku hanya lewat,” katanya tenang. “Dan tak sengaja melihat pertunjukan sirkus yang terlalu buruk untuk disebut lucu.”

Ye Jiang mendengus, wajahnya memerah. “Berani sekali kau berbicara seperti itu di hadapan gurumu.”

Wu Shen menyipitkan mata. “Guruku?” Ia melangkah perlahan mendekat, namun tetap menjaga jarak. “Guru adalah orang yang mengajar dengan ilmu dan keteladanan. Kau hanya orang yang memaksakan ego lewat gerakan kosong. Yang kau ajarkan bukan seni bertarung, tapi ilusi tentang kekuatan.”

Murid-murid menahan napas. Bahkan angin pun seolah berhenti bertiup.

Ye Jiang mencengkeram tongkat kayunya, napasnya memburu. “Kau... bajingan kecil. Aku seharusnya mematahkan lidahmu waktu pertama kali kau membangkang!”

Wu Shen hanya mengangkat bahu. “Dan aku seharusnya lebih keras saat menendang egomu waktu itu. Tapi ternyata bahkan pukulan keras tak cukup untuk membuatmu sadar kapan harus menyerah.”

1
Nanik S
Lanjut Terus Tor
arumazam
mungkin xieran adl keturunan asli kerajaan
arumazam
semakin rumit
didik iswahyudi
wu shen bakal ketahuan karena lukanya
didik iswahyudi
besok sudah ada pertandingan, akan ada yg mencelakai ibunya dan dia skarang lg sakit
Rinaldi Sigar
lnjut
Rinaldi Sigar
lanjut
Rinaldi Sigar
lnjut
Rinaldi Sigar
lanjut
Lanjutkan Tor
Akhirnya kembali kerumah
Xieran kasihan... gadis kecil mungkin merasa punya teman dan kakak buat hatinya
Yuga Pratama
ini nih yg mulai bikin ruet hidup
Lanjut terus
Cerita yang bagus Tor 👍👍
arumazam
mungkin xieran adl turunan longsen
didik iswahyudi
lanjut
didik iswahyudi
lanjut...
didik iswahyudi
up
Gas Pooooool
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!