Naya harus menerima sebuah kenyataan bahwa sang kekasih menjalin hubungan dengan orang terdekatnya
Naya yang bertekad ingin menikmati hidupnya harus terjebak dan menghabiskan malam dengan seorang pria yang selalu bersikap dingin kepada para wanita
Bagaimana bila pria tersebut ingin memiliki Naya untuk selamanya?
Apakah Naya dapat meraih kebahagiaan bersama pria tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triana mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah
Naya hanya terdiam untuk mengendalikan apa yang sedang dia rasakan pada saat itu
"Apa saja yang kamu lakukan hari ini?" tanya Ardi
Naya pun langsung teringat akan sesuatu yang harus dia pastikan kepada si raja neraka
"Boleh saya tanya sesuatu?"
"Kamu mau tanya tentang apa?"
"Tadi saya sempat pergi ke mall untuk mengantar adik saya berbelanja, tapi ada sesuatu yang sedikit aneh terjadi di sana." jelas Naya
"Ada masalah apa?" tanya Ardi dengan serius
Naya pun mulai menceritakan apa yang Rendi alami ketika sedang berbelanja, sedangkan Ardi hanya terdiam dan mendengarkan dengan seksama
"Bagaimana menurut anda?" tanya Naya dengan serius
"Apa salahnya?"
"Saya rasa itu sesuatu yang sedikit aneh, ini bukan cuma sebatas potongan harga di sebuah outlet itu. Tapi adik saya bisa mendapatkan potongan harga sebanyak itu kalau dia berbelanja di mall itu," jelas Naya
"Apa salahnya kalau saya memberikan hadiah terhadap anak itu?"
"Sesuai dengan dugaan aku," batin Naya
"Hadiah?" tanya Naya sambil mengerutkan keningnya
"Saya merasa harus memberikan hadiah ke anak itu karena dia sudah menjaga kamu saat saya tidak ada di samping kamu"
Lagi-lagi Naya harus merasakan debaran di dalam dadanya karena kata-kata yang Ardi lontarkan dari bibirnya, mereka pun berbincang cukup lama dan sesekali Ardi melemparkan kata-kata konyol dari mulutnya yang membuat Naya seketika menjadi panik. Tapi mereka sadari bahwa saat itu Ardi sudah berhasil mengisi kehampaan di dalam hati Naya
Malam pun semakin larut Naya memilih untuk langsung beristirahat, sedangkan Ardi memutus untuk menghabiskan malamnya di tempat sang sahabat. Sudah pasti Nico tak akan membuang kesempatan yang sudah hadir di depan mata untuk meledek seorang Ardiansyah Herlambang
"Apa tujuan lu yang sebenarnya datang ke tempat ini? seharusnya lu menghabiskan waktu lu untuk bermain sama kijang baru lu itu"
Dengan wajah datarnya Ardi hanya melirik sekilas ke arah Nico dan Nico pun tertawa dengan lepas
"Jangan bilang kalau lu sudah di buang sama kijang baru lu itu, atau jangan-jangan lu sekarang berniat cari kijang baru lagi?"
"Isi kepala gw ga sekotor isi kepala lu," jawab Ardi dengan dingin
Tiba-tiba saja Nico mulai menatap ke arah Ardi dengan lekat dan dengan mudahnya Ardi mengetahui hal tersebut
"Ada apa?"
"Gw tau kalau di kijang baru itu benar-benar cantik, tapi gw tetap penasaran dengan sesuatu"
"Apa?"
"Kenapa sekali ini tubuh lu ga menolak perempuan itu? padahal ga cuma sekali gw coba kenalin lu sama perempuan yang cukup cantik, tapi semua perempuan itu selalu aja lu tolak mentah-mentah." ucap Nico dengan serius
Tanpa sadar tiba-tiba saja Ardi tersenyum tipis karena saat itu dia sedang membayangkan semua perbuatan gila Naya pada malam itu, sedangkan Nico langsung bergidik saat melihat seorang Ardiansyah Herlambang tersenyum seperti itu
"Tolong kondisikan senyuman lu itu!! gw benar-benar takut melihat senyuman lu itu!! apa lu mau gw buatkan jadwal untuk bertemu psikiater?!!"
Ardi seolah tidak perduli sama sekali dengan ucapan sang sahabat dan terus membayangkan semua hal gila yang telah dia lakukan bersama Naya
"Apa sekarang otak lu cuma di penuhi dengan perempuan itu?" tanya Nico dengan sinis
Ardi hanya terdiam tapi senyuman di bibirnya menunjukkan dengan jelas jawaban dari pertanyaan Nico saat itu
"Kalau begitu ngapain lu datang ke tempat ini? lebih baik lu temui perempuan itu dan temani dia," lanjut Nico
"Karena sekarang ada sesuatu yang harus gw lakukan di tempat ini"
Nico pun langsung menatap Ardi dengan wajah yang bingung
"Maksud lu?"
"Gw rasa gw harus banyak belajar dari lu"
Nico pun terlihat semakin bingung mendengar jawaban dari sang sahabat
"Gw gagal paham dengan maksud lu, orang sehebat lu bisa belajar apa dari produk gagal seperti gw?"
"Gw mau belajar caranya mendapatkan hati seorang perempuan," jawab Ardi dengan serius
Nico pun membelalakkan kedua bola matanya mendengar ucapan Ardi pada saat itu, dia pun langsung menatap ke arah Irvan yang saat itu berjaga tak jauh dari mereka
"Woi!! bos lu kenapa? apa dia ada salah minum obat hari ini?!!"
Irvan hanya bisa terdiam dengan wajah datar seperti biasanya
"Itu belum seberapa tuan, anda belum melihat secara langsung perubahan tuan muda kami saat berurusan dengan nona Naya." batin Irvan
Ardi pun mulai bertanya dengan serius kepada Nico cara untuk mendapatkan hati seorang wanita secara sepenuhnya, karena seorang Ardiansyah Herlambang sudah tidak ingin melepaskan Naya untuk selamanya. Tapi Ardi ingin memiliki hati Naya sepenuhnya tidak hanya sekedar mendapatkan tubuh Naya
"Intinya biarin semuanya mengalir begitu aja, semakin lu terlalu mengekang dia dengan banyak peraturan dia akan merasa terkekang dan merasa sesak. Ada saatnya lu harus memberikan dia perhatian, tapi ada saatnya lu harus memberikan dia kebebasan untuk memilih." jelas Nico
Saat itu seorang Ardiansyah Herlambang bagaikan seorang murid yang baik dan mendengarkan semua penjelasan Nico dengan serius
"Tapi kalau gw mau jujur sama lu, ada sesuatu yang membuat gw sedikit takut," ucap Nico dengan serius
"Apa?"
"Seandainya ya, ini cuma seandainya dia membuat kesalahan fatal di masa depan. Entah kesalahan itu dia sengaja ataupun ga," ucap Nico
"Contohnya?"
Nico terdiam untuk sejenak karena dia sedang memikirkan sesuatu yang bisa membuat Ardi merasa sedikit terguncang
"Lu lihat dia berduaan dengan laki-laki lain atau mantan dia"
Tiba-tiba saja Ardi langsung memancarkan aura dingin yang mematikan khas dirinya dan Nico pun langsung menghembuskan nafasnya dengan kasar
"Ini yang gw takutkan, gw baru kasih perumpamaan lu udah bersikap seperti ini. Bagaimana kalau hal itu benar-benar kejadian? apa lu mau langsung pukul dia atau mengurung dia di suatu tempat?" ucap Nico dengan nada sinis
Ardi terlihat terdiam dan memikirkan itu semua dengan seksama
"Seandainya dia melakukan kesalahan apa yang harus gw lakukan?" tanya Ardi
"Hal pertama yang harus lu lakukan adalah mengendalikan amarah lu, para perempuan lebih banyak menggunakan hati mereka dari pada logika mereka. Mereka bisa memaafkan kesalahan kecil kita untuk pertama atau kedua kalinya, tapi kalau terus berulang maka lu harus siap untuk kehilangan hati dia untuk selamanya." jawab Nico dengan serius
"Jadi maksud lu gw harus diam aja, walaupun perempuan itu melakukan sebuah kesalahan yang fatal?!!" tanya Ardi penuh penekanan
"Bukan diam, tapi hal pertama yang harus lu lakukan adalah mengendalikan amarah lu. Karena gw yakin lu termasuk dalam golongan orang ga waras saat lu marah." jawab Nico dengan tegas
Padahal Ardi sudah belajar berubah untuk lebih baik.
Ardi lebih mengutamakan Kamu.
Hubungan yang langgeng harus ada timbal balik nya.