Kepercayaan Stella dihancurkan seketika oleh kedua orang yang sangat dipercayanya. Sahabat dan pasangan, dua kata itu menjadi nilai tambah dalam pelengkap kebahagiaan Stella, tapi semua salah setelah Stella tahu jika sahabat dan pasangan adalah penghancur kebahagiaannya.
Stella sama sekali tak menyangka jika mimpi buruknya yang memperlihatkan sahabat dan kekasihnya tengah memadu kasih dibelakangnya ternyata nyata. Kenyataan pahit yang harus Stella terima, dikhianati oleh dua orang terdekatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Akan Pernah Melepaskanmu
Pagi-pagi sekali sebelum berangkat bekerja, Garry menyempatkan diri untuk menjemput Stella. Untung saja perusahaan tempat Stella bekerja dan perusahaan dia bekerja terletak di satu arah yang sama.
Tadi malam, setelah mendengar jika Stella sudah mulai bekerja, ia berjanji kepada Stella jika dia akan mengantar wanita itu ke kantornya. Ia juga akan memastikan jika Stella tidak akan terlambat bekerja sebab dia paham sekali bagaimana macetnya jalanan ibukota setiap pagi.
“Stella, aku sudah menunggu di depan kosmu,” ucap Garry pada Stella melalui telepon.
“Tunggu sebentar, Gar. Aku akan keluar,” balas Stella.
“Tidak usah buru-buru. Aku akan sabar menunggumu,” ujar Garry sebelum mematikan sambungan teleponnya.
Meski Garry berkata demikian, Stella tetap saja buru-buru menyambar tas kerjanya. Setelah memakai stiletto-nya, Stella berjalan cepat keluar dari kamar kosnya.
Keluar dari kosan, Stella melihat Garry saat ini tengah berdiri sambil bersandar di kap mobilnya.
Stella terhenyak. Wanita itu tersenyum tipis. Setelah Garry menyatakan niatnya untuk melamar Stella, jujur saja Stella bisa melihat perubahan dalam diri Garry. Garry kini jauh lebih perhatian dengannya. Garry bahkan juga mulai menjaga jarak dari Feby.
Andai saja Garry tidak berselingkuh dengan sahabatnya, semuanya pasti akan terasa sempurna. Memiliki pasangan yang perhatian dan sangat mencintai adalah impian setiap wanita, tidak terkecuali Stella. Stella sangat menyayangkan hal tersebut karena kini, segalanya berbeda. Stella tak bisa lagi menyambut cinta dari Garry dengan kebahagiaan.
Karena pada akhirnya, satu kesalahan yang dilakukan oleh Garry telah menghancurkan segalanya. Kini, yang tersisa hanyalah rasa sakit dan kekecewaan.
“Stella, ayo kita berangkat.”
Ucapan Garry menyadarkan Stella dari lamunan. Wanita itu tersentak, lalu memaksakan seulas senyum. Ia mengangguk.
Garry membukakan pintu untuk Stella seperti biasa, memperlakukan Stella layaknya ratu di hidupnya. Ingin sekali Stella merasa beruntung mendapatkan perlakuan seperti itu dari Garry. Tapi, lagi-lagi pengkhianatan yang dilakukan Garry membuat Stella tak bisa merasakannya.
“Terima kasih, Gar,” ucap Stella sebelum Garry menutup pintu mobilnya.
Garry tersenyum. “Sudah kewajibanku,” jawabnya hangat.
Garry pun mengantar Stella ke kantornya sebelum dia pergi ke kantornya sendiri.
Setibanya di kantornya, Garry dikejutkan dengan kehadiran Feby di ruang kerjanya. Ia tidak tahu sejak kapan Feby berada di ruang kerja. Yang pasti, Garry tidak suka.
“Feby, kenapa kau berada di ruang kerjaku? Kau masuk ke ruang kerjaku tanpa izin. Tidak sopan sekali,” omel Garry.
Pria itu menatap Feby sinis. Suasana hatinya yang awalnya berbunga setelah mengantar Stella bekerja berubah menjadi kacau. Ia paling tidak suka jika ada seseorang yang masuk ke dalam ranah pribadinya tanpa izin darinya.
“Kenapa kau marah-marah begini? Biasanya juga kau biasa saja,” balas Feby.
Senyum wanita itu ketika menyambut kedatangan Garry telah digantikan dengan satu garis lurus. Jujur saja, dia kecewa dengan sikap Garry yang berubah dingin terhadapnya. Dia merasa kesal karenanya.
“Ruang kerjaku adalah privasiku, Feb. Seharusnya kau tahu batasan untuk tidak masuk ke sini seenaknya,” jelas Garry bersungut-sungut.
Pria itu berjalan melewati Feby, lalu duduk di kursi kebesarannya. Feby lantas membalik tubuhnya, menatap Garry sambil melipat tangan di depan dada.
“Batasan? Bukankah selama ini tidak pernah ada batasan di antara kita, Gar? Aku juga biasanya masuk ke ruang kerjamu dan kau tidak mempermasalahkan itu,” protes Feby, tidak terima dengan ucapan Garry yang seolah-olah dia adalah hama pengganggu.
“Ya, memang benar. Tapi, itu dulu.” Garry berdeham, lalu melanjutkan kalimatnya, “Mulai hari ini, akan ada batasan di antara kita karena aku berniat untuk segera menikah dengan Stella.”
Feby mendengus kesal. “Bukankah kita sudah membahas ini waktu itu? Kau juga sudah setuju jika kau akan menjadikanku simpananmu,” cecar Feby.
“Sekarang aku sadar jika itu bukanlah keputusan yang bijak. Memangnya, kau mau terus-menerus menjadi yang kedua?”
Garry sadar, tidak ada wanita yang mau menjadi yang kedua. Suatu saat, mereka pasti akan berubah pikiran dan memaksa untuk menjadi yang pertama. Sebelum hal itu terjadi, Garry ingin mencegahnya.
“Gar ....”
“Jika kau menyayangi Stella, kau harus menghormati keputusanku, Feb.”
Mendengar ucapan Garry, Feby justru menangis. Garry yang bingung lantas bangkit berdiri dan menghampiri Garry.
“Kau jahat, Gar! Kau hanya memanfaatkan aku dan tubuhku selama ini,” cicit Feby dengan air mata yang berlinang membasahi pipi.
“Feb, maafkan aku. Aku tahu aku salah. Tapi, aku berniat berubah karena aku ingin menikah dengan Stella,” jelas Garry.
Feby mendengus. “Hanya Stella yang kau pikirkan selama ini, Gar. Kau hanya memanfaatkanku saja,” cibir Feby.
"Ingat Feb, kita melakukan semua itu atas kesepakatan bersama. Aku tidak pernah memaksamu, kau sendiri yang menyarankan untuk menjadi simpananku," ucap Garry.
“Aku mohon maafkan aku, Feb. Tolong lepaskan aku. Aku sangat mencintai Stella,” pinta Garry lebih lembut.
Feby yang sudah muak mendengar itu lantas pergi meninggalkan Garry. Sebelum keluar dari ruangan Garry, dia berkata, “Aku tidak akan pernah melepaskanmu.”
Cari pasangan yg lbih baik dri Garry...ngapain lama" klo sdh tau selingkuh...kelamaan..mendua itu pilihan Stela...cukup diselesaikan dn balas dgn elegan yaitu mati kita akhiri...