Ayah kandung yang tega menjadikan putra keduanya bayang-bayang untuk putra pertamanya. Menjerumuskan putra kedua menuju lembah kehancuran yang menimbulkan dendam.
Ayah dan saudara yang di cari ternyata adalah sosok manusia namun tak berperasaan. Sama seperti iblis yang tak punya hati.
"Rahmat Rahadian"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neng Syantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IZINKAN AKU BERHENTI MENCINTAI MU!
Perlahan Jack mengejapkan matanya, tangannya sibuk memijat kepalanya yang masih sedikit terasa berat dan berdenyut. Kesadarannya mulai terkumpul ketika ia mendengar suara isakan tangis seseorang yang ada di sampingnya.
Jack segera menoleh pada seseorang yang ada di sampingnya itu. Matanya membola penuh, ia begitu terkejut saat melihat Mayang yang meringkuk di sampingnya sedang menangis.
“Ma-ma-yang..” Ini kali pertamanya Jack menyebut nama Mayang dengan gagap dan juga dengan suara yang bergetar. “Apa yang terjadi? Apakah aku, apakah aku melakukan nya padamu?” tanya Jack dengan sangat hati hati. Pasalnya, ia sudah menyadari. Bahwa saat itu, dirinya sedang tidak berpakaian sama sekali alias polos tanpa sehelai benang yang melekat di tubuhnya.
“Kenapa? Kenapa setelah melakukannya, Kak Rahmat malah bertanya seperti itu pada Mayang? Apakah kakak lupa?” Mayang menghapus air matanya yang terus menetes tanpa di minta dan di inginkan itu.
Jack mencoba mengingat kejadian yang telah ia lakukan semalam. Setelah ia mengingat semuanya, ia mendekat dan meyentuh bahu Mayang dengan perlahan. “Ma-maaf kan aku, aku tidak bermaksud untuk menyakiti bahkan merenggut kesucianmu. Aku di luar kendali saat itu, ku mohon maafkan aku,” lirih Jack yang begitu merasa bersalah.
“Kenapa? Kenapa Kak Rahmat begitu jahat kepada Mayang? Kenapa Kak Rahmat begitu tega? Hiks..” Mayang tak dapat lagi menahan rasa kesal yang ada di hatinya selama ini kepada Jack. Ia pun melupakan semua kesedihan yang ia rasakan. “Puaskah Kakak sekarang? Sudah berhasil membuat pertahanan Mayang runtuh, bukan hanya menyakiti hati Mayang yang berhasil, kini Kakak sudah berhasil menyakiti seluruh yang ada pada diri Mayang. Sekarang Mayang menyerah, menyerah dengan semua keadaan, menyerah pada cinta Mayang terhadap kakak. Tidak kah Kakak berpikir? Bahwa selama ini Mayang sangat terluka, Mayang sakit.” Mayang terus berbicara dengan suara yang keras.
Jika selama ini, Mayang selalu menerima perlakuan kasar dari Jack. Kini berbanding terbalik, Mayang lah yang melontarkan kata-kata pada Jack. Dan tentunya, Jack hanya bisa diam. Karena kata-kata yang di lontar kan Mayang, tidak ada satu pun yang salah.
“Mulai hari ini! Izinkan Mayang untuk menutup dan menghapus perasaan Mayang untuk Kakak! Mayang sudah pernah bilang, bahwa Mayang akan berhenti untuk mengejar di saat Mayang lelah dan tak mampu lagi untuk bertahan,” ucap Mayang. “Dan sekarang, Mayang sudah benar-benar lelah!” Mayang bangkit perlahan dari ranjang itu, tetap menutup tubuhnya dan berjalan tertatih menuju kamar mandi.
Jack masih terus terdiam, matanya menatap bercak darah yang ada di sprei ranjang itu. Dadanya terasa sesak, bukan hanya Mayang yang tersakiti, hatinya juga ikut terluka. Sungguh, bukan ini yang ia harapkan!
“Pasti ada yang tidak beres!” batin nya, ia segera memungut kaos dalamnya dan juga celananya yang berserakan.
“Aku harus segera menyelidiki semuanya,” gumannya, setelah selesai memakai pakaiannya secara asal. Ia segera menelpon Dean.
Tut tut tut.. Suara sambungan telpon, tak butuh waktu lama. Panggilan itu terhubung. Belum sempat Dean bertanya, Jack sudah melontarkan perintah pada terlebih dahulu.
“Tolong selidiki Pelayan yang melayani kita tadi malam!”
“Memang nya ada a-,” belum selesai Dean mengucapkan kata-katanya, Jack sudah menutup panggilan itu.
Di meja makan. “Biar, Rahmat saja, Mbok,” ucap Jack saat Mbok Jum hendak melayaninya di meja makan.
Mbok Jum terdiam, ia menatap heran pada Jack. “Dia bilang Rahmat? Apa telinga tua ku sudah bermasalah?” batin Mbok Jum.
“Tuan Muda, mau kemana?” tanya Mbok Jum pada Jack yang pergi meninggalkan meja makan dengan nampan yang berisi makanan dan minuman di tangannya.
“Mengantarkan sarapan untuk Mayang,” jawab Jack pelan, namun Mbok Jum masih bisa mendengarnya.
“Pasti ada yang tidak beres! Apakah Tuan Muda yang kembali dalam keadaan tidak baik-baik saja semalam, sudah melakukan sesuatu kepada Mayang?” guman Mbok Jum.
Kini Jack sudah berada di depan kamar Mayang, ia membuka pintu kamar itu dengan perlahan.
Ceklek.. Pintu terbuka, dan terlihat lah pemandangan di mana Mayang sedang menatap keluar jendela kamar itu.
“Mayang, aku membawakan sarapan untukmu!” Jack mendekati Mayang yang sedang melamun itu.
“Mayang..” panggil Jack.
“Aku tidak ingin makan, aku tidak lapar!” timbal Mayang dingin.
“Jangan seperti ini Mayang, kau belum sarapan. Sedangkan sekarang sudah jam sepuluh,” ucap Jack, padahal ia sendiri juga belum sarapan.
“Sudah Mayang bilang, Mayang tidak lapar,” ucap Mayang yang terus menatap ke luar jendela.
“Ku mohon, Jangan seperti ini. Aku tidak ingin kamu sakit,” kata Jack sambil meletakan nampan yang ia bawa ke atas nakas.
“Kakak bilang tidak ingin membuat Mayang sakit, tapi kenapa selama ini kakak selalu menyakiti hati dan juga perasaan Mayang?” Mayang bangkit, ia tak kuasa lagi menahan sesak di dadanya. Air matanya kembali mengalir deras, seperti sungai yang tak pernah surut dan mengering.
“A-a-aku minta maaf,” lirih Jack. Setelah mengatakan maaf, Ia pun segera meninggalkan Mayang sendirian.
.
.
.
Setelah menerima telpon dari Jack, Dean berdecak sebal. Sebab belum sempat ia berbicara ataupun bertanya, panggilan itu sudah di matikan oleh Jack.
Meski ia sebal dengan Jack, tapi ia tetap segera bergegas menuju ke Club bersama Sam.
Setengaj jam kemudian. Dean dan Sam tiba di Club Butterfly. Namun mereka di buat terkejut dengan keadaan Club itu yang ramai di pagi hari. Bagaimana tidak, area Club itu di batasi dengan garis Polisi.
“Ada apa ini?” tanya Dean.
“Ada pembunuhan yang terjadi di dalam Club ini tadi malam,” jawab seseorang yang di tanyai oleh Dean.
“Seseorang, siapa?” tanya Dean lagi.
“Seorang pelayan wanita muda, dia di sembelih seperti hewan ternak di belakang Club ini!” jelas orang itu.
“Apa? Bagaimana bisa?” pekik Dean dan Sam bersamaan. Mereka sangat terkejut mendengar dan mengetahui hal tersebut.
“Jangan-jangan!” Sam segera berlari ke arah mayat pelayan wanita yang sedang di gotong dengan tandu oleh beberapa petugas.
“Tunggu sebentar, Pak!” Sam menghentikan petugas yang membawa mayat pelayan wanita itu.
Petugas itu berhenti sejenak, agar Sam dapat melihat mayat itu. Setelah Sam selesai memastikan. Petugas itu segera membawa mayat itu untuk di autopsi.
“Pelayan wanita yang di bunuh itu, adalah pelayan yang semalam memberi kita minuman,” bisik Sam pada Dean.
“Apa!?” Pekik Dean. Ia tidak menyangka, semua pembunuhan itu berkaitan dengan mereka.
“Pasti sudah terjadi sesuatu pada, Jack!” gumannya.
Dean pun menjadi begitu panik, dengan segera, ia menarik tangan Sam pergi dari tempat itu. Ia dan Sam kembali ke mobil dan segera menancap gas menuju Apartemen Jack.