Journey Of Love

****

Waktu berlalu begitu cepat, jam sudah menunjukkan pukul 17.00. Bhia yang melihat ke arah jam pun segera memberi kode pada Gio. Bhia menyikut lengan tangan Gio bermaksud memberinya kode, dan Gio dengan tanggap mengerti maksud Bhia.

Bhia merasa cukup lelah hari ini dan ia ingin cepat-cepat pulang dan istirahat. Bhia merasa tubuhnya lelah, seperti tidak ada tenaga di sekujur tubuhnya.

" Rai, gue sama Bhia balik duluan yah," pamit Gio sambil membereskan buku-buku nya.

" Yah, kan gue belom kelar Yo," keluh Raisa yang masih mengerjakan tugasnya.

" Yaudah besok lagi aja, besok kan masih ada waktu Rai," bujuk Bhia pada Raisa.

" Iya deh," ujar Raisa sedikit kecewa.

Bhia dan Gio pun segera menuju mobil Gio dan langsung pulang ke kost-kost an. Sesampainya di kost Bhia langsung turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam kost-an nya. Ia membuka pintu kamarnya dengan sangat kasar, dan bergegas menuju kamar mandi.

" Huhh, untung nggak bocor, pantes hari ini badan gue lemes banget," gumam Bhia pada dirinya sendiri.

Ternyata hari ini Bhia datang bulan, dan itu alasannya mengapa hari ini tubuhnya terasa lelah dan lemas tidak bertenaga.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Bhia segera keluar dari kamar kostnya dan berjalan menuju rumah Gio yang berada tepat di samping kost-an nya itu.

Bhia berniat mengambil tas nya yang tadi tertinggal di mobil Gio, karena tadi ia yang terlalu terburu-buru. Bhia mengetuk pintu rumah Gio, dan menunggu Gio keluar.

Gio yang mendengar ketukan pintu rumahnya segera membukakan pintu nya dan melihat Bhia yang sedang berdiri tepat di depan pintu rumahnya.

" Siapa ... " ucap Gio sambil membuka pintu rumahnya.

" Gue Yo, mau ngambil tas gue tadi ketinggalan di mobil lo kan? " tanya Bhia yang memastikan bahwa memang benar tas nya tertinggal.

" Oh, bentar Bhi gue ambil kunci mobil dulu," jawab Gio yang berbalik masuk kembali ke dalam rumahnya untuk mengambil kunci mobilnya.

Lalu Bhia duduk di bangku teras rumah Gio, sembari menunggu Gio yang sedang mengambil kunci mobilnya itu.

" Hayu," ajak Gio yang sudah mendapatkan kunci mobilnya.

Bhia pun mengikuti langkah Gio dari belakang menuju mobil Gio. Setelah itu Gio mulai membuka mobilnya dan mengambil tas Bhia yang tertinggal tadi. Karna Gio penasaran, kenapa Bhia pergi dengan segera dan terburu-buru itu. Akhirnya Gio menanyakan pada Bhia apa yang terjadi.

" Bhi, sorry mau nanya, Lo tadi kenapa? kok buru-buru banget, " tanya Gio dengan seksama.

" Oh itu, biasalah cewek kalo setiap bulan ada tanggal merahnya Yo," jelas Bhia sambil mengambil tasnya yang ada di kursi yang ia duduki tadi.

" Tanggal merah? " Gio bertanya pada Bhia karna ia tak mengerti maksud Bhia, maklumlah selama ini Gio hanya tinggal dengan papa nya.

" Gimana ya jelasinnya," ucap Bhia sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu.

Gio masih menatap Bhia dengan tatapan bingung.

" Kalo dateng bulan lo tau? " tanya Bhia berbisik pada Gio.

Gio hanya mengangguk dengan polosnya, dan dengan tatapan Gio yang datar seketika membuat Bhia yang melihat ekspresi Gio itu mulai tertawa.

" Kok ketawa? " tanya Gio yang terkejut melihat Bhia yang sedang menertawainya.

" Lagian, muka lo tuh lucu banget, " lanjut Bhia masih dengan tawanya.

Gio masih melihat Bhia yang menertawainya, lalu ia menutup pintu mobilnya dan berlalu meninggalkan Bhia begitu saja.

" Lah, kok gue di tinggal," rengek Bhia yang berlari kecil mengejar Gio.

" Lagian lo ngetawain gue, ada yang lucu geh enggak," gerutu Gio yang merasa kesal pada Bhia, Gio yang bertanya sungguh-sungguh tapi Bhia malah tiba-tiba tertawa melihatnya.

" Ya maaf, abis muka lo tadi lucu banget Yo, beneran deh nggak boong gue, " jelas Bhia sambil meminta maaf pada Gio.

Lalu tiba-tiba saja mobil Arkan datang, Arkan yang turun dari mobilnya dengan segera berjalan menghampiri Bhia dan Gio yang kini sedang mengobrol itu.

" Kalian ngapain di sini malem-malem? " tegur Arkan sambil melihat jam di tangannya.

" Aku abis ambil tas aku tadi yang ketinggalan di mobil Gio kak, " jawab Bhia sambil menunjukan tas yang sedang ia pegang.

" Oalah, kakak kira lagi ngapain berduaan di halaman depan rumah, yaudah kakak masuk dulu ya, capek nih, " ujar Arkan yang kemudian berjalan melewati mereka berdua.

Bhia dan Gio mengangguk bersamaan sambil melihat Arkan yang masuk ke dalam rumah Gio.

" Udah malem, tidur sana, " pinta Gio sambil menggerakkan janggutnya ke arah kost-an.

" Baru geh jam 20.00 noh, malem dari mana? " ujar Bhia menunjukan jam di tangannya.

" Trus mau ngapain? " tanya Gio sambil menaikkan kedua alisnya.

" Ngobrol yuk, " jawab Bhia yang langsung berjalan meninggalkan Gio menuju teras rumah Gio dan duduk di bangku yang ada di teras itu.

Lalu Gio mengikuti Bhia dari belakang dan duduk di samping Bhia. Baru saja mereka duduk tiba-tiba saja handphone Bhia berdering. Bhia melihat layar handphonenya dan melihat siapa yang menelfon nya lalu ia mengangkat panggilan itu.

[ Via telfon ]

" Iya halo Fer, " Bhia menjawab telfonnya yang ternyata itu panggilan dari Fero.

" Lo lagi apa Bhi? "

" Lagi duduk-duduk aja ni sama Gio," Bhia menjawab pertanyaan Fero dengan sangat santainya.

Gio yang saat ini berada di samping Bhia hanya tersenyum kecil mendengar jawaban Bhia. Namun di seberang sana Fero yang sedang menelfon Bhia merasa sangat cemburu mendengar jawaban Bhia.

" Halo Fer? kok diem? "

" Oh, sorry Bhi gue ganggu ya," ucap Fero yang mulai terbakar api cemburu.

" Enggak kok, santai aja Fer, "

" Yaudah Bhi besok lagi aja, gue mau istirahat," pamit Fero yang langsung menutup telfonnya.

Setelah Fero menutup telfonnya, Bhia yang merasa heran hanya melihat handphone nya sambil memutarkan bola matanya dan menaikkan bibirnya ke sudut sebelah kanannya,1 ia berfikir. " Kenapa tiba-tiba di tutup? aneh banget, " fikirnya.

" Sepupu lo aneh deh Yo, " ucap Bhia sambil menoleh ke arah Gio yang saat ini ada di sampingnya.

" Kenapa? " tanya Gio yang pura-pura tidak tahu kalau Fero sebenarnya cemburu.

" Kan dia yang telfon, dia juga yang buru-buru matiin, " jelas Bhia sambil memperlihatkan telfonnya.

" Kenapa? lo kecewa telfonnya cuman sebentar? " tanya Gio yang kini mulai cemburu juga.

" Ya nggak gitu Yo, maksud gue itu, ya kan dia yang telfon, masa cuma nanya gue lagi apa doang, pas gue jawab malah abis itu di matiin, kan aneh, " jelas Bhia mencoba menjelaskan maksud perkataannya pada Gio agar tidak salah paham padanya.

" Masa? " tanya Gio lagi, kali ini Giliran Bhia yang malas menjawab pertanyaan Gio.

" Ah capek jelasin ke lo mah Yo, yaudah gue balik ke kamar aja deh, " Bhia yang kesal dengan Gio pun lalu beranjak dari kursinya dan berjalan meninggalkan Gio yang masih duduk di depan teras rumahnya.

TERIMAKASIH BANYAK BUAT YANG UDAH SETIA BACA NOVEL KARYA PERTAMA KU INI,JANGAN BOSEN BOSEN LIKE COMMENT AND VOTE YAH, TRUS KLIK TOMBOL FAVORIT YAH, TERIMAKASIH ATAS DUKUNGANNYA. ❤️♥️🙏🙏