"Perawan tua' itulah hinaan yang selalu Alya terima dari tetangga bahkan dari keluarganya dikarenakan usianya yang sudah 32 tahun dan Alya masih belum menikah. Merasa lelah dengan semua hinaan yang diterima, Alya memutuskan untuk menenangkan pikirannya dengan pergi ke Makkah, Alya berdoa agar segera dipertemukan dengan jodohnya.
Ketika Alya tengah berada di Masjidil Haram, Ibu-ibu datang menghampirinya dan mengatakan ingin memperkenalkan anaknya pada Alya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Alya akan menerima tawaran Ibu-ibu tersebut?
Siapakah pria yang akan dikenalkan pada Alya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istrinya Gus Rayhan
Tak lama setelah itu, Rayhan pun turun dari lantai dua dan menuju meja makan, "Kamu mau berangkat?" tanya Umi Fatimah.
"Iya, Umi," jawab Rayhan.
"Umi titip bakpia ya," ucap Umi Fatimah.
"Siap Umi," ucap Rayhan.
"Makan dulu Mas," ucap Alya dan menyiapkan sarapan untuk Rayhan.
Setelah itu, Rayhan pun menghabiskan makanannya dan ia harus segera berangkat. "Mas pergi dulu ya, insyaallah Mas pulang cepat," ucap Rayhan.
"Iya, Mas hati-hati ya," ucap Alya dan diangguki Rayhan.
Sebelum Rayhan pergi, Rayhan mengecup kening Alya. "Mas udah bilang Mbak Inggit, nanti kamu cari Mbak Inggit aja mungkin Mbak Inggit sama Zahira," ucap Rayhan
"Iya Mas," jawab Alya.
"Assalamualaikum," salam Rayhan.
"Waalaikumsalam," balas Alya.
Umi Fatimah yang sejak tadi melihat interaksi Rayhan dan Alya merasa gemas pasalnya pasangan suami istri baru itu masih tampak malu-malu terutama Alya, terlihat jelas wajahnya yang memerah karena sikap romantis Rayhan.
"Wajahnya merah gitu sayang," ucap Umi Fatimah.
"Umi," ucap Alya dengan malu-malu.
Beberapa saat kemudian, Alya selesai mandi dan membersihkan kamar, ia keluar kamar dan pergi ke halaman belakang dimana Mbak Inggit tengah mengobrol dengan Bu Dian.
"Assalamualaikum," salam Alya.
"Waalaikumsalam, eh Ning Alya. Ning mau jalan-jalan ya, ayo Ning saya temani soalnya tadi Gus Rayhan sudah menyuruh saya untuk menemani Ning Alya," ucap Mbak Inggit.
"Boleh Mbak," ucap Alya.
Setelah itu, Alya pun berkeliling melihat-lihat sekitar pondok, Alya hanya pergi ke asrama dan sekolah khusus santri putri.
"Mbak Inggit sudah lama kerja bareng Abi dan Umi?" tanya Alya.
"Saya cukup lama bekerja dengan Pak Kyai dan Bu Nyai, saya dulu mondok disini juga terus saya butuh pekerjaan dan alhamdulillah Pak Kyai dan Bu Nyai menerima saya," ucap Mbak Inggit.
"Mbak Inggit alumni pondok pesantren Al-Faruq?" tanya Alya.
"Iya, Ning," jawab Mbak Inggit.
"Begitu ternyata," ucap Alya.
"Kalau boleh tau Ning Alya dulu juga mondok kah?" tanya Mbak Inggit.
"Gak Mbak, saya gak mondok. Saya sekolah di sekolah negeri, mungkin karena saya tinggal di kota, jadi pondok pesantren itu masih awam bagi lingkungan saya," ucap Alya.
"Tidak apa-apa Mbak, keimanan dan kebaikan seseorang bukan dilihat dia pernah mondok atau tidak, zaman sekarang banyak kok yang mondok, tapi lebih nakal daripada yang tidak mondok," ucap Mbak Inggit.
"Mbak Inggit gak takut nanti kalau ada yang marah?" tanya Alya.
"Kenapa harus takut Ning, saya pernah mondok di beberapa pondok pesantren sebelum saya mondok disini. Selama saya mondok, baik itu teman atau saudara saya, semuanya pasti pernah pacaran yang jelas-jelas itu dilarang dalam islam, belum lagi mereka yang tidak bisa menjaga lisannya. Salah satu alasan saya suka mondok disini adalah karena ketegasan Pak Kyai dalam mendidik para santri dan saya merasakannya sendiri karena itu saya tidak mau pergi dari sini dan memilih bekerja di ndalem," ucap Mbak Inggit.
"Mbak Inggit," panggil seorang santri putri.
"Bunga, ada apa?" tanya Mbak Inggit.
"Gus Rayhan mana Mbak?" tanya Bunga.
Alya yang mendengar pertanyaan Bunga pun sedikit terkejut karena tiba-tiba saja Bunga bertanya keberadaan suaminya.
'Apa ini perempuan yang suka sama Mas Rayhan, dia ini suka mengejar-ngejar Mas Rayhan kayak di novel-novel,' batin Alya.
"Kenapa kamu tanya Gus Rayhan?" tanya Mbak Inggit.
"Itu Mbak Inggit, Mbak Dira tanya soalnya kok gak pernah ketemu Gus Rayhan lagi," ucap Bunga.
"Bilang sama Mbak kamu, jangan berharap lagi sama Gus Rayhan karena Gus Rayhan sudah menikah," ucap Bak Inggit.
"Hah, Gus Rayhan sudah menikah, sama siapa? kapan Mbak?" tanya Bunga.
"Ini Ning Alya, istrinya Gus Rayhan," ucap Mbak Inggit.
"Astaghfirullah, maaf Ning saya gak tau kalau Ning Alya ini istri Gus Rayhan. Saya salah, saya sungguh-sungguh minta maaf," ucap Bunga.
"Iya, gapapa," ucap Alya.
"Ingat, bilang ke Mbak kamu. Lagipula Gus Rayhan juga tidak pernah menjanjikan apapun sama Mbak kamu," ucap. bak Inggit.
"Iya, Mbak. Maaf ya Ning," ucap Bunga dan diangguki Alya.
Setelah itu, Bunga pun pergi meninggalkan Alya dan Mbak Inggit, Alya pun penasaran ada hubungan apa Dira dan Rayhan.
"Maaf Mbak Inggit, kalau boleh tau memangnya ada hubungan apa Mbaknya Bunga tadi sama Mas Rayhan?" tanya Alya.
"Maaf Ning, bukannya saya tidak mau menjawab atau bagaimana. Tapi, ini bukan kapasitas saya untuk menjawab, saya hanya takut nanti ada jawaban saya yang salah dan menyimpang, jadi saya tidak berani menjawabnya," ucap Mbak Inggit.
"Yaudah gapapa Mbak," jawab Alya.
Alya dan Mbak Inggit pun melihat sekeliling asrama, Alya dibuat kagum lantaran bangunan pondok tersebut bagus dan terawat dengan baik serta bersih.
"Bagus ya Mbak, gak kotor sama bangunannya juga kayak baru gitu," ucap Alya.
"Alhamdulillah Ning, ini semua juga karena Gus Rayhan. Sekarang ini kepengurusan pondok kan diserahkan ke Gus Rayhan, jadi Gus Rayhan yang mengatur dan menata semuanya. Mungkin Ning Alya penasaran kenapa para santri tidak disuruh membersihkan ndalem kan," ucap Mbak Inggit.
"Iya, Mbak. Kok gak ada santri yang bersih-bersih di ndalem ya soalnya setau saya kalau di pondok pesantren pasti ada santri yang bersih-bersih di ndalem," ucap Alya.
"Semua itu karena para santri disuruh membersihkan area pondok saja, maksudnya gini Ning. Di pondok memang sudah ada yang bersih-bersih, tapi hanya saat pagi sedangkan untuk siang dan malam itu para santri yang membersihkan. Tapi, tidak ada jadwal siapa yang membersihkannya, semua itu tergantung dari kesadaran masing-masing," ucap Mbak Inggit.
"Kenapa gitu Mbak? bukannya kalau gak ada jadwal malah gak ada yang mau bersih-bersih?" tanya Alya.
"Seharusnya begitu, tapi disini beda Ning, dari awal mereka masuk, pondok pesantren sudah menekankan jika cara didikan di pondok pesantren ini sangat tegas, tapi dengan cara yang manusiawi. Pondok pesantren ingin para santri menghormati dan mengabdi tanpa dipaksa, mereka akan menentukannya sendiri dan bentuk penghormatan dan pengabdian dari pondok pesantren ini adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan pondok," ucap Mbak Inggit.
"Kok bisa gitu ya Mbak, jadi kalau saya simpulkan, cara ini justru bukan hanya menguntungkan pondok saja, tapi juga para santri sendiri karena mereka menjaga lingkungan yang mereka tinggali," ucap Alya.
"Benar sekali Ning, saya juga setuju dengan cara ini. Cara ini bisa membentuk jiwa sosial mereka dan tanpa sadar mereka jadi terbiasa, jadi nanti dimanapun mereka ada maka kebiasaan itu akan tetap tertanam sampai kapanpun meskipun mereka sudah keluar dari pondok," ucap Mbak Inggit.
.
.
.
Bersambung.....
semangat Alya
Rayhan demi persturan tega bngt istrinya d hukum
Lanjut Ka
lajut ka