Dilarang memplagiat karya!
"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"
"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."
"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."
Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.
Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.
Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.
Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26 Mantra Ajaib
Happy reading
Aluna masih terlelap ketika Ryuga membuka mata. Wajahnya terlihat damai dan ... cantik.
Semalam, mereka tidur di atas ranjang yang sama dan saling berpeluk. Mengikis jarak dan berusaha usir keraguan. Ciptakan sentosa dengan dekapan.
"Lun, bangun. Sudah subuh." Ryuga mengusap lembut pipi Aluna. Membangunkan istrinya agar segera terjaga dan membuka mata, karena mesin waktu sudah menunjuk pukul empat pagi. Saatnya menunaikan ibadah di subuh hari.
"Sebentar, lima menit lagi." Aluna menyahut. Namun sepasang mata indahnya masih terpejam.
Lima menit, Ryuga benar-benar menunggu. Biarkan Aluna mengeratkan peluk.
Desiran halus terasa ketika sepasang indra penglihatan Ryuga menatap pahatan indah dari jarak yang teramat dekat. Bulu mata lentik dan melengkung alami. Kulit putih bersih dan cantik tanpa polesan. Bibir ranum tak berlipstik. Sungguh, maha karya Illahi yang hampir tanpa cela. Menuntun bibir untuk melafazkan kata pujian.
"Masya Allah --"
Maha sempurna Illahi yang telah menciptakan makhluk indah bernama 'Aluna Kirana'.
"Lun, udah lima menit. Ayo bangun. Kita sholat subuh." Ryuga berbisik dan melabuhkan kecupan di kening.
Bukannya membuka mata, Aluna malah kian mengeratkan peluk dan membenamkan wajah di dada bidang Sang Presma--suaminya.
"Lima menit lagi, Ma. Aku kangen dipeluk mama," gumamnya--mengigau.
What? Mama?
Ryuga mendengus geli dan mengacak pelan rambut Aluna.
"Love," panggilnya--lirih, tapi sukses membuat sepasang mata Aluna terbuka perlahan.
Love, seperti mantra ajaib. Satu kata. Namun mengalahkan kalimat yang tadi terucap.
Cukup dengan kata itu, Ryuga berhasil menarik Aluna dari alam mimpi dan memaksanya terjaga.
"K-kak Ryu --" ucap Aluna terbata. Sepasang mata indahnya mengerjap--menatap pahatan tampan yang tersuguh. Sangat dekat. Bahkan, hidung mereka hampir bersentuhan.
"Love." Lagi, Ryuga memanggil Aluna dengan sebutan 'Love'. Tentu disertai sebaris senyum yang membingkai paras tampannya.
Aluna kembali mengerjap. Terpana dan serasa tak percaya dengan apa yang didengar sekaligus dilihat.
"Love, gue mau sholat. Kalau masih dipeluk gini, gimana gue bisa gerak." Ryuga tertawa kecil dan mencubit pelan pipi Aluna. Gemas.
"Eh --" Ucapan Ryuga menyadarkan Aluna sekaligus melukis rona merah di wajah.
Refleks, Aluna menjauhkan tangannya. Ciptakan jarak dan sembunyikan wajah di balik bantal.
Malu.
Aluna teramat malu. Serasa ingin bersembunyi di Planet Pluto saat mengingat dirinya memeluk erat tubuh Ryuga dan benamkan wajah di dada bidang yang membuatnya merasa nyaman--seperti bantal yang diimpor dari Korea. Bantal oppa. Ehem.
"Love, ngapain sembunyi? Lo malu?" Ryuga menarik bantal yang menutupi wajah Aluna.
Tawanya kembali muncul ketika mendapati wajah sang istri memerah. Bukan karena alergi atau marah, tapi karena terhias rona malu.
Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa yang dikenal galak, cuek, tak tersentuh, dan kadang dingin. Kenyataannya memiliki sisi lain ... 'usil'. Suka bercanda dan menggoda.
"Wajah lo lucu banget. Merah. Kaya' didempul pake blush on," candanya.
Wajah Aluna serasa panas. Bukan panas karena terbakar api. Tapi panas karena malu yang dirasa kian menjadi.
Aluna bergegas membawa tubuhnya beranjak dari ranjang. Lantas berjalan menuju kamar mandi dan buru-buru masuk ke dalam.
"Lo lucu banget, Lun." Bibir Ryuga melengkung seusai mengucap kalimat itu.
Lima belas menit berlalu, tapi Aluna masih berada di dalam kamar mandi. Membasahi seluruh bagian tubuhnya dan mahkota hitam yang tergerai. Memanjakan diri dengan kesejukan air yang mengalir dari shower.
Karena tadi terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi, ia terlupa membawa handuk dan pakaian ganti.
Sial !!!
Aluna bingung.
Ia malu jika harus meminta Ryuga--mengambilkan handuk dan pakaian ganti, meski status mereka sudah 'halal'.
"Love, kok lama banget? Kita bisa kesiangan sholat nya."
Terdengar suara khas Ryuga disertai ketukan pintu.
Aluna meraup udara dalam-dalam dan sekejap pejamkan mata. Abaikan suara itu dan berusaha untuk tetap tenang. Berpikir, mencari cara agar bisa keluar tanpa meminta bantuan Ryuga.
"Nggak ada pilihan lain," gumamnya lirih sambil mengulurkan tangan--meraih piyama yang tergantung di pintu dan berniat untuk mengenakannya lagi.
Sial !!! Lagi-lagi sial.
Piyama itu malah terjatuh di lantai dan basah.
Aluna serasa ingin menangis. Merutuki kecerobohannya.
"Love, kamu nggak kenapa-napa kan?" Ryuga kembali mengetuk pintu.
Tak ada balasan. Aluna fokus membalut tubuhnya dengan piyama. Kemudian membuka pintu--perlahan.
Dahi Ryuga mengerut. Bibirnya terlipat ke dalam. Sebisa mungkin menahan tawa yang hampir terlepas ketika Aluna muncul dari balik pintu kamar mandi. Seperti anak kucing yang baru saja tercebur di kolam.
"Lo kenapa? Kecebur di bathub?" cecarnya--geli.
"Aku lupa nggak bawa handuk dan pakaian ganti," cicit Aluna sambil menggigit bibir bawahnya dan sedikit menunduk, sembunyikan wajahnya yang masih terbingkai air.
"Kenapa nggak minta tolong gue buat ngambilin?"
"Aku ... malu." Usai mengucap kata itu, Aluna berlalu dari hadapan Ryuga dan berjalan menuju almari untuk mengambil pakaian ganti.
Lagi dan lagi, ucapan serta polah tingkah Aluna membuat Ryuga mendengus geli.
🍁🍁🍁
Bersambung
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
aku nyimak ya..sambil goleran
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄
ada sesuatu nih dgn nama ini