Hanya dengan tinjunya, dia menghancurkan gunung.
Hanya dengan tinjunya, dia membuat lawan gemetar.
Hanya dengan tinjunya, dia menjadi yang terkuat di bawah langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARDIYANSYAH SALAM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31.
Pengumuman Juri Utama masih menggema di udara ketika ketegangan di arena mencapai tingkat yang baru.
Ini adalah pertarungan pertama dari babak Semi-Final, sebuah duel antara dua gaya bertarung yang sangat kontras: Kecerdikan Dingin melawan Kelincahan Elegan.
Pertama, Yao Huang melangkah memasuki ring, jubah resmi Klan Yao menyelimuti postur tubuhnya yang tegap.
Ia berjalan dengan langkah yang sangat terukur, tidak tergesa-gesa, dan matanya menyapu tribun dan lawannya dengan pandangan menghakimi.
Wajahnya memancarkan keyakinan mutlak; bagi Yao Huang, kemenangan ini adalah haknya sebagai pewaris utama Klan Yao.
Kemudian, muncul Lin Xue dari Klan Lin.
Berbeda dengan kegagahan lawannya, Lin Xue bergerak seperti selembar kain sutra yang ditiup angin.
Ia mengenakan pakaian bertarung berwarna biru muda dengan aksen perak, dan di tangannya, energi qi terlihat sangat seimbang.
Ia adalah seorang master dalam Teknik Jari Angin Cepat Klan Lin, mengandalkan kecepatan dan serangan yang menusuk titik vital.
Mereka berdua berdiri berhadapan di tengah ring, aura keduanya saling beradu.
Yao Huang mengandalkan kekuatan internal dan teknik keras Gaya Elang Besi, sementara Lin Xue adalah perwujudan kecepatan dan kelembutan yang mematikan.
Juri Kepala berdiri di tengah, matanya menilai kedua petarung itu.
"Yao Huang! Lin Xue! Bertarunglah sesuai martabat klanmu!"
Juri itu mundur.
Ketegangan memuncak, dan ribuan penonton menahan napas.
"BERSIAP!"
"MULAI!"
Bel arena berdentum.
Lin Xue mengambil inisiatif, sesuai dengan gayanya. Ia tidak menyerang secara frontal; sebaliknya, ia bergerak dalam pola zigzag yang cepat mengitari Yao Huang.
Tubuhnya nyaris tidak menyentuh lantai kanvas, membuat kehadirannya terasa seperti hembusan angin yang sulit ditangkap. Ia berusaha membuat Yao Huang merasa tertekan dan bingung.
Yao Huang tetap diam di posisinya, memancarkan ketenangan. Ia adalah seorang ahli strategi; ia tahu, melawan kecepatan, bergerak sia-sia hanya akan menguras energi.
"Tunjukkan serangannya, Nona Lin. Jangan hanya menari," sindir Yao Huang, suaranya terdengar jelas.
Mendengar provokasi itu, Lin Xue akhirnya menyerang. Ia melesat dengan kecepatan penuh.
Tangan kanannya melesat ke depan, bukan dalam pukulan, melainkan dalam Teknik Jari Angin yang Tajam.
Ujung jari-jarinya berkilau dengan qi berwarna kehijauan, menargetkan bahu dan leher Yao Huang dengan serangan yang sangat presisi dan cepat.
Yao Huang mencibir. Ia tidak menghindar.
Begitu jari-jari Lin Xue berada dalam jangkauan, Yao Huang menghentakkan kakinya ke lantai, mengaktifkan pertahanannya.
"Pelindung Elang Besi!"
Energi internal yang tebal dan berwarna coklat kemerahan menyelimuti tubuh Yao Huang.
Ketika jari-jari Lin Xue menghantam bahunya, terdengar suara gesekan logam yang menusuk telinga.
Serangan itu berhasil diblokir total, namun energi balasan yang kuat membuat Lin Xue terpaksa melompat mundur.
Yao Huang tersenyum dingin. "Pertahananmu secepat angin, tapi kekuatannya seringan udara."
Lin Xue kini tahu: pertarungan ini tidak bisa dimenangkan dengan pukulan qi cepat.
Ia harus memaksa Yao Huang bergerak dan mencari titik lemah di pertahanan besinya.
Lin Xue menyadari sepenuhnya bahwa serangan jarinya yang cepat dan berbasis qi tipis tidak akan mampu menembus Pelindung Elang Besi milik Yao Huang.
Ia harus mengubah dinamika pertarungan.
Lin Xue segera melompat mundur sejauh lima langkah, menciptakan ruang yang aman.
Gerakannya mundur itu sama cepatnya dengan serangannya, membuatnya terlihat seperti bayangan yang tiba-tiba menghilang.
Yao Huang, puas dengan keberhasilan pertahanan awalnya, tetap berdiri di tempatnya, menantikan langkah Lin Xue selanjutnya.
"Menarik, Nona Lin. Apakah Anda sudah selesai dengan permainan lincah Anda?" ejeknya.
Lin Xue mengabaikan ejekan itu. Matanya yang tajam kini memindai sosok Yao Huang.
Ia tidak lagi mencari celah untuk serangan frontal. Sebaliknya, ia mencari pola dalam pertahanan dan postur lawan, fokus pada kelemahan struktural:
Pijakan Kaki: Apakah Yao Huang memindahkan bebannya setelah menangkis?
Kecepatan Reaksi: Apakah Pelindung Elang Besi memerlukan waktu singkat untuk diaktifkan ulang?
Titik Buta: Sudut mana yang paling sulit dipertahankan oleh lawan dengan tubuh yang kokoh?
Sambil mundur, Lin Xue mengumpulkan qi di kedua telapak tangannya, bersiap untuk serangan yang berbeda.
Serangan kali ini bukan tentang menghancurkan, melainkan tentang mengganggu dan menekan.