NovelToon NovelToon
Dia Dan 14 Tahun Lalu

Dia Dan 14 Tahun Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers / Cintapertama / Romantis / Romansa / TimeTravel
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Spam Pink

ini adalah perjalanan hidup clara sejak ia berumur 5 tahun membawanya bertemu pada cinta sejatinya sejak ia berada di bangku tk, dan reymon sosok pria yang akan membawa perubahan besar dalam hidup clara. namun perjalanan cinta mereka tidak berjalan dengan mulus, akankah cinta itu mempertemukan mereka kembali.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Spam Pink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 30

Pagi itu, matahari belum tinggi ketika Clara duduk di tepi ranjang sambil memegang ponselnya. Matanya masih bengkak karena tangis semalam—tangis bahagia yang bercampur rindu, yang entah bagaimana masih terasa sampai sekarang. Setiap kali ia memejamkan mata, suara Reymon terdengar begitu jelas:

“Aku pulang buat kamu.”

Kalimat itu membuat dada Clara sesak setiap kali ia mengingatnya. Setahun tanpa suara Rey. Tanpa pesan. Tanpa jejak. Dan mendengar suara itu lagi… mematikan setengah logikanya dan membuat separuh hidupnya kembali berdenyut.

Namun pagi ini, satu pesan yang masuk setelah panggilan Rey membuat seluruh tubuh Clara menegang:

“Kamu siap untuk semua konsekuensinya, Clara?”

Nomor tak dikenal. Tidak ada nama. Tidak ada foto. Tidak ada tanda-tanda siapa pengirimnya.

Clara menggigit bibirnya. “Apa maksudnya…?”

Ia belum sempat mencari tahu ketika ponselnya kembali bergetar.

Kali ini panggilan masuk.

Dari seseorang yang… tidak pernah ia harapkan menelepon lagi.

Clara mengerjap.

“Bu Ratri…?”

Ia mengangkat panggilan itu dengan cepat.

“Clara, kamu sudah lihat berita pagi ini?”

Clara mengernyit. “Berita apa, Bu?”

Hening sejenak. Lalu suara Bu Ratri terdengar pelan namun tegas:

“Novel kamu… masuk headline nasional. Bukan hanya soal penjualan. Tapi soal isi ceritanya.”

Clara merasa jantungnya berhenti setengah detik.

“Ada apa dengan isi novelnya, Bu?”

“Kamu buka berita dulu. Lalu kamu segera datang ke kampus. Kita perlu bicara.”

Hanya begitu. Tidak lebih. Lalu telepon terputus.

Clara menatap layar ponsel. Napasnya mulai tidak stabil. Ia membuka portal berita nasional dan memasukkan kata kunci:

“Saat Kamu Pulang – Clara C.”

Dan tepat pada urutan pertama, terpampang satu judul besar:

❝ Novel ‘Saat Kamu Pulang’ Diduga Berdasarkan Kisah Cinta Nyata dengan Seorang anggota militer yang Sedang Jalani Pendidikan Tertutup? ❞

Clara menutup mulut.

“Oh tidak…”

Ia membaca cepat isi berita itu. Setiap kata membuat kulitnya merinding.

“Sumber anonim mengungkap bahwa penulis novel ini memiliki hubungan dengan salah satu peserta pendidikan anggota militer Angkatan 204.”

“Novel yang dianggap fiksi ini ternyata memiliki kemiripan dengan hubungan nyata sang penulis.”

“Publik bertanya-tanya, apakah ini bentuk pelanggaran kerahasiaan pendidikan militer?”

Clara langsung berdiri.

“Tidak… tidak…” Ia menggeleng kuat. “Aku tidak pernah menyebut apa pun soal Rey… aku… aku cuma menulis perasaan…”

Tangannya gemetar keras.

Di bagian akhir berita, ada satu kalimat yang membuat tubuhnya membeku:

Seseorang yang mengaku mengenal calon prajurit tersebut menyatakan, “Pacarnya harus siap menerima risiko karena menulis kisah pribadi yang menyangkut urusan militer.”

Clara terpaku.

Suara di kepalanya berulang:

“Kamu siap dengan semua konsekuensinya, Clara?”

Clara menjatuhkan ponselnya ke kasur.

“Siapa yang… siapa yang mengaku itu? Siapa yang tahu soal aku dan Rey…?”

Hanya orang-orang terdekat.

Atau seseorang dari masa lalu Rey.

Atau…

Seseorang yang ingin masalah.

Clara memijat pelipisnya. “Oke… aku harus tenang. Tenang…”

Namun tubuhnya menolak tenang.

Rey baru menelepon semalam.

Rey baru menguatkan hatinya.

Dan sekarang… masalah ini muncul tanpa peringatan.

Seolah dunia sengaja menguji keteguhannya tepat setelah Rey berkata:

“Aku pulang buat kamu.”

Clara mengambil napas panjang.

“Aku harus ke kampus.”

Clara berjalan cepat melewati lorong fakultas. Mahasiswa lain melihatnya—beberapa berbisik sambil memegang ponsel, mungkin membaca berita yang sama.

“Eh itu Clara C, kan?”

“Beneran ya bukunya tentang cowok militer?”

“Gila sih, berani amat.”

“Kalau bener, bisa bahaya itu…”

“Ya ampun… kasihan banget kalau itu semua bikin cowoknya kena masalah…”

Clara memejamkan mata. Napasnya bergetar.

Ia tak pernah membayangkan akan mengalami siang seperti ini.

Ia hanya menulis rasa rindunya. Ia hanya menulis hati yang penuh.

Apa salahnya?

“Masuk saja, Clara.”

Suara Bu Ratri terdengar pelan saat Clara mengetuk pintu.

Clara masuk dan duduk. Bu Ratri menatapnya lama, seolah ingin memastikan Clara baik-baik saja.

“Kamu kelihatan pucat sekali.”

“Kamu lihat beritanya, Bu…” suara Clara hampir tidak keluar.

Bu Ratri mengangguk. “Aku sudah baca semuanya. Kampus juga sudah membahas isu ini.”

Clara menelan ludah.

Isu ini sampai ke kampus?

Bu Ratri membuka map berisi cetakan berita. Ia menggesernya ke arah Clara.

“Kamu harus tahu sesuatu. Berita ini tidak muncul sendiri. Ada seseorang yang mengirim surat elektronik ke beberapa media besar dan menyebutkan bahwa novel kamu adalah kisah cinta nyata yang berhubungan dengan institusi militer.”

Clara menggigit bibirnya.

“Ada nama pengirimnya?”

“Kosong. Alias anonim.”

Clara mengusap wajahnya. “Bu… aku nggak pernah menyebut detail apa pun tentang Rey… tentang latar belakangnya… tentang apa pun. Aku cuma menulis perasaan.”

“Aku tahu.” Bu Ratri menatapnya lembut. “Tapi dunia tidak selalu membaca sesuatu sebagaimana niat penulisnya.”

Clara menunduk.

Bu Ratri melanjutkan, suara lebih pelan namun serius:

“Clara… kamu harus siap. Jika rumor ini semakin besar, kamu bisa dipanggil untuk klarifikasi. Bahkan pihak militer mungkin juga ingin tahu.”

Clara terdiam. Punggungnya seketika dingin.

“Pihak… militer?”

Bu Ratri mengangguk. “Kalau mereka merasa ada indikasi informasi sensitif yang dibocorkan… kamu bisa dalam masalah.”

Clara memejamkan mata. “Tapi aku nggak menulis hal-hal sensitif, Bu…”

“Aku percaya kamu. Tapi mereka belum tentu melihatnya begitu.”

Clara mengusap dadanya yang terasa sesak. “Terus… aku harus apa?”

“Satu-satunya yang bisa kamu lakukan sekarang adalah tetap tenang. Jangan bicara ke media mana pun. Jangan posting apa pun. Dan…” Bu Ratri menatapnya lebih dalam. “…jangan panik.”

Clara mengangguk pelan, walau jelas ia sedang panik habis-habisan.

“Baik, Bu… terima kasih.”

Clara berdiri dan membungkuk sedikit, lalu berjalan keluar sebelum air matanya jatuh di depan dosennya.

Clara berjalan ke taman belakang kampus—tempat ia sering menyendiri kalau pikirannya terlalu berat.

Ia duduk di bawah pohon besar, memeluk lutut, menatap tanah basah setelah gerimis.

“Rey…”

Suara itu hanya sebuah bisikan.

“Baru semalam aku denger suara kamu… baru semalam aku ngerasa dunia baik-baik aja…”

Air mata mengalir diam-diam.

“…kenapa harus ada masalah sekarang?”

Angin menerpa daun-daun, mengantar rasa dingin yang menjalar di leher Clara.

Ia meremas gelang Rey.

“Kalau ini sampai ganggu pendidikan kamu… kalau ini sampai bikin kamu kena masalah… aku…”

Ia menutup wajah.

“Aku bener-bener nggak kuat…”

Clara menunduk, tubuhnya bergetar.

Namun di saat ia hampir tenggelam dalam kecemasannya sendiri—

Sesuatu terjadi.

Ponselnya bergetar lagi.

Pesan masuk.

Dari nomor tak dikenal yang sama dengan pesan aneh semalam.

Clara membuka pesan itu dengan tangan gemetar.

Dan kali ini tulisannya lebih panjang:

“Berhenti menulis tentang dia. Kalau tidak, aku pastikan bukan cuma kau yang kena masalah… tapi juga dia. Kamu tahu siapa aku.”

Clara terbelalak.

“A-Apa… maksudnya…”

Sebelum ia sempat memproses ancaman itu, ponselnya kembali berdering.

Nomor berbeda.

Tapi nama yang muncul di layar membuat darah Clara berhenti mengalir.

“Ares.”

Clara menatap layar dengan mulut terbuka.

Ares.

Nama yang seharusnya sudah hilang dari hidup mereka.

Ares yang dulu membuat Reymon marah.

Ares yang dulu membuat Clara takut.

Ares yang dulu mencoba mendekati Clara saat Reymon tidak ada.

Clara merasa seluruh dunia berhenti.

Ia tidak berani mengangkatnya.

Namun panggilan itu terus berdering.

Terus memaksa.

Terus mengetuk sisi hati Clara yang penuh kekhawatiran paling gelap:

Apa Ares ada hubungannya dengan pesan-pesan itu?

Apa Ares yang menyebarkan rumor?

Apa Ares ingin menghancurkan Rey?

Dan… apa yang sebenarnya dia inginkan?

Tangan Clara gemetar.

Telepon itu masih berdering.

Clara menutup mulut, mencoba menahan ketakutan.

Sampai akhirnya—

Ia menggeser tombol hijau.

Dan mengangkat panggilan yang bisa saja mengubah segalanya.

BERSAMBUNG…...

1
mindie
lanjut dong author ceritanya, ga sabar part selanjutnya
mindie
AAAAAA saltinggg bacanya😍😍🤭
Caramellmnisss: terimakasih kak☺️
total 1 replies
mindie
layak di rekomendasikan
Charolina Lina
novel ini bagus banget 👍🏻
Caramellmnisss: terimakasih kak😍🙏
total 1 replies
mindie
baguss bngt tidak sabar menenunggu updatetanny author🤩
Caramellmnisss
kami update tiap malam yah kak, jangan ketinggalan setiap eps nya yah☺️
Miu miu
Jangan lupa terus update ya, author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!