"Kak please jangan kayak gini" cicitnya saat deril memeluk Almira dari belakang dan mengendus ceruk lehernya menghadap jendela kelas yang tembus ke lapangan sekolah.
"Why? padahal lo nikmatin posisi ini kan?" ucap Deril sambil menyunggingkan bibirnya.
"Aku mohon kak ja- hmmmptt" ucapannya terpotong dan tesumpal oleh benda kenyal milik Deril.
Deril melumat bibir Almira dengan rakus dan menuntut, yang membuat si empu terbelalak kaget tak bisa bergerak.
-----
Yahhhh, bagaimana ceritanya ketika seorang Almira yang pindah sekolah tujuan ingin mencari ketenangan tetapi malah menemukan kemalangan dengan bertemu dan mengenal seorang Deril sendiri.
Mau tau kelanjutannya? yukkk baca novel Obsession Deril ini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Siti padilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Cemburu
Sepulang sekolah Almira menunggu Deril keluar dari kelas. Deril sedikit terlambat karena sedang ulangan harian. Sekarang Almira memilih duduk di samping motor Deril sambil bermain ponsel. Hingga tiba-tiba
"Almira." Panggil seseorang yang Almira kenal.
Mendengar ada yang memanggil Almira menoleh ke belakang seketika bola matanya melebar. Ia terkejut karena keberadaan Arlan disana. Dia masih mengingat kejadian terakhir di antara mereka. Jujur dia merasa takut saat ini.
"Ka-kamu mau apa?" Tanya Almira takut.
"Aku?" Tunjuk Arlan pada dirinya.
"Jelas mau nemuin kamu dong Al. Gue mau minta maaf soal yang terakhir kali. Gue khilaf Al. Gue tahu cara gue salah buat milikin lo. Jadi gue mau minta maaf sama lo." Ucap Arlan dengan mencoba untuk terlihat tulus.
"Apa? Khilaf? Kak kamu udah hancurin kepercayaan aku. Selama ini aku cuman percaya sama kamu di sekolah itu, orang lain bully aku tapi kakak tetep bela aku. Aku seneng akan hal itu, bahkan aku yakin kalau kakak gak akan ngelukain aku. Tapi apa? Terakhir kali kamu datangin aku dan dengan satu pertemuan kamu hapus kepercayaan aku kak." Launa menahan tangisnya agar tidak pecah, tapi ternyata gagal. Dirinya yang memang sensitif membuat dia tidak bisa menahan isak tangis itu.
"Maaf Al. Aku janji gak akan kayak gitu oke. Kita temenan aja kayak awal, aku akan pupus perasaan ini, okey. Tapi kamu gak boleh diamin aku kayak gini Al." Ucap Arlan dengan ekspresi memelas.
Melihat ekspresi Arlan yang seperti merasa bersalah membuat Almira sedikit luluh. Tapi hatinya tak benar-benar luluh.
"Aku takut. Aku takut kalau nanti aku percaya lagi sama kamu aku akan kecewa lagi." Batin Almira menatap Arlan dengan tatapan tak terbaca.
Arlan mendekat mencoba berbicara lebih intens lagi. "Al. Lo mau kan maafin gue?" Tanyanya sekali lagi.
"Maaf kak, aku belum bisa." Ucap Almira lirih.
Kata-kata Almira barusan bagaikan hantaman batu yang begitu besar. Dia melihat dimata yang dulu penuh keyakinan padanya kini penuh dengan keraguan, mata itu yang dulu menatapnya dengan tatapan terobati sekarang menatapnya dengan luka.
Arlan meremas jari-jari nya dengan kuat membuat kukunya berwarna putih. Urat tangannya menonjol berwarna hijau kontras dengan kulitnya yang berwarna putih. Arlan menarik napas sedalam-dalamnya dan mengeluarkan nya secara perlahan. Lalu dia menundukan kepalanya.
"Oke. Kalau itu mau lo. Tapi jangan salahkan gue bertindak kasar kayak gini." Seketika Arlan mencengkram tangan Almira dan memeluknya.
Dan saat Arlan memeluk Almira bertepatan dengan kedatangan Deril di parkiran. Hatinya terasa sakit melihat Almira di peluk oleh laki-laki yang sudah ingin melecehkan nya kemarin. Seketika pikirannya berkelana tentang perasaan Almira. Apakah dia mencintainya? Apakah dia adalah cinta pertamanya? Lalu aku dijadikan apa oleh Almira? Mungkin itulah pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya.
Di tempatnya Almira tidak bisa bergerak karena pelukan Arlan sangat erat. Almira mencoba melepaskan tubuhnya dengan menggerakan tubuhnya agar terlepas dari pelukan itu.
Almira takut jika nanti ketahuan oleh Deril. Ia tidak mau membuat Deril salah paham dan membuat mereka bertengkar di awal hubungan mereka. Tapi ketakutan itu malah menjadi nyata kala dia mendengar suara langkah berat di belakangnya.
Dengan sekuat tenaga Almira melepaskan pelukan Arlan lalu membalikan badannya. Dan yah, saat dirinya berbalik Deril sudah ada di belakangnya.
"Nyaman?" Tanyanya dengan suara berat.
Satu kata saja sudah membuat bulu kuduk Almira meremang. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan Deril seakan-akan otaknya di blokir. Dia tidak bisa berpikir karena takut oleh aura Deril saat ini.
"Aku Tanya Almira. Kamu nyaman dipeluk dia?" Masih dengan nada rendah tapi tatapannya meningkat lebih gelap.
Almira hanya bisa membuka mulutnya tanpa bisa ia berbicara membuat Deril semakin murka.
"Gue Tanya sekali lagi Almira lo nyaman di peluk sama dia hah?" Bentak Deril tanpa bisa menahan emosinya.
"Woy jangan kasar lo sama cewek." Arlan tersulut emosi kala Almira di bentak seperti itu.
"Gue gak ada urusan sama lo." Dengan tegas sambil menunjuk Arlan dengan jari telunjuknya.
Kejadian itu membuat perhatian kelas Deril yang memang terakhir keluar jadi berpusat ke arah Deril, Almira serta satu laki-laki yang tidak mereka kenal.
Almira hanya bisa melihat sekeliling yang terdapat orang-orang memerhatikan nya. Dia langsung menunduk takut karena dirinya di bentak seperti itu oleh Deril.
Deril tidak mendapatkan jawaban lagi. Kali ini emosi Deril meluap. Ia langsung mencengkram tangan Almira dengan kasar membuatnya meringis kesakitan.
"Akh kak sakit hiks." Ucap Almira dengan isak tangis yang semakin jadi.
"Diem. Ikut gue sekarang."
Deril terus menarik tubuh Almira dengan cara menyeret tubuh itu. Bahkan dia tidak mendengarkan rintihan yang terus keluar dari mulut Almira.
"Pake." Titahnya.
Deril menyerahkan helm yang ia siapkan untuk Almira. Kemudian dia menaiki motornya dan menghidupkan nya. Tapi ternyata Almira belum naik juga membuat dia emosi dan membentak Almira sekali lagi.
"Naik Almira." Dengan nada tinggi.
Merasa kaget dengan buru-buru Almira menaiki motor sport Deril itu. Bahkan helmnya pun ia pakai saat di atas motor.
Setelah Almira naik motor Deril pun menjalankan motornya meninggalkan sekolah dengan perasaan berkecamuk. Kecewa, marah, cemburu menjadi satu.
Saat Deril dan Almira pergi dari sana, Arlan tersenyum penuh ke menangan ke arah seseorang yang berada di salah satu kerumunan siswa. Dan itu di balas juga oleh wanita yang di senyumin oleh Arlan.
"Berhasil. Setelah ini gue yakin Deril bakal marah sama Almira dan ngejauhin Almira. Terus Deril jadi milik gue deh." Batinnya.