Entah nasib sial, atau memang sudah menjadi takdir dari seorang Zakiya Alarice. Kedua kabar buruk menimpanya dalam satu waktu, yang pertama kabar kebangkrutan keluarganya hingga ia kehilangan semua aset-aset berharganya, dan yang kedua kabar penangkapan kakaknya yang selama ini menjadi satu-satunya pelindung untuknya karena kasus pembunuhan.
Kia yang selama ini hanya tahu tentang bersenang-senang, tiba-tiba dihadapkan pada masalah yang rumit. Tanpa tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengembalikan kekayaannya dan juga menolong kakaknya.
Disaat kebingungan itu, Kia menemui seorang pengacara atas perintah kakaknya. Namun, sang pengacara justru meminta dirinya untuk menjadi istri sirri sebagai imbalan untuk penyelesaian masalahnya.
Maukah Kia menjadi istri sirri sang pengacara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon annin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.31
"Terima kasih ya Kak atas bantuannya, mudah-mudahan kita bisa bekerja dengan baik di sini," ucap Rena pada Juna.
Sejak mereka jadi additional waiters saat itu, Juna menawari mereka untuk jadi waiters tetap di restoran tempat Juna bekerja. Tak mau melewatkan kesempatan ini Rena dan Kia langsung datang membawa surat lamaran pekerjaan. Gaji menjadi waiters di restoran ternama menjadi daya tarik untuk Rena yang memang harus membiayai kuliah dan hidupnya sendiri. Sementara untuk Kia, bisa untuk tambahan uang jajan, syukur-syukur bisa menabung.
Benar kata Satria waktu itu, dengan bekerja kita akan lebih bisa menghargai uang, dan dengan bekerja menjadi seorang dishwasher dulu, membuat sifat buruk Kia perlahan berubah. Lebih dari itu, yang lebih menyenangkan adalah, dia bisa bekerja sama lagi dengan Rena, rasanya Kia cocok berteman dengan gadis pendiam seperti Rena.
"Bekerjalah dengan baik, di sini sering dapet bonus lho kalau kerjanya bagus," ucap Juna memotivasi keduanya.
"SIAP!!!" jawab Kia dan Rena bersamaan yang membuat mereka berdua langsung tertawa.
"Jadi kita langsung kerja nih?" tanya Kia pada Juna.
"Tentu saja."
Dengan semangat Kia dan Rena langsung pergi untuk mengganti bajunya dengan seragam restoran tempat barunya bekerja. Setelahnya mereka mendapatkan arahan dari Juna tentang apa saja yang harus mereka lakukan untuk menjamu tamu dengan baik.
Baru saja Kia akan memulai pekerjaannya namun pemandangan yang ia lihat langsung merusak moodnya. Kia berusaha sembunyi agar tak terlihat oleh dua orang yang baru saja keluar dari private room di restoran ini. Sungguh menyebalkan jika harus bertemu dan bertatap muka dengan mereka berdua. Tak ingin ambil pusing, setelah memastikan dua orang yang dikenalnya itu pergi, Kia melanjutkan tugas pertamanya sebagai waiters.
Semua berjalan lancar, dengan cepat Kia bisa langsung belajar bagaimana menjadi seorang waiters yang baik. Itu semua berkat bantuan Rena dan Juna.
"Beneran nggak mau aku antar?" tawar Juna pada Kia dan Rena.
"Nggak usah, kita sudah pesan taksi online kok." jawab Kia.
Juna pun meninggalkan mereka menunggu taksi online-nya. Tak lama taksi yang mereka pesan datang, tanpa menunggu lagi Rena dan Kia langsung masuk. Mereka sengaja memesan satu taksi, karena arah rumah mereka searah. Semua demi menghemat biaya, lumayan bisa patungan.Rena sampai lebih dulu daripada Kia.
Kia membuka pintu rumahnya yang kali ini nampak terang, mungkin Satria pulang kali ini. Sudah sering, sejak Sarah ada di negara ini Satria jarang pulang ke rumah yang ia tempati. Menurut Kia, Satria pasti di rumah Sarah saat ia tak pulang ke rumahnya.
"Tumben pulang ke sini?" sapa Kia pada Satria yang sedang duduk di sofa sambil membaca berkas yang ada ditangannya.
"Sudah pulang?" tanya Satria balik, masih fokus dengan berkasnya.
"Ya." Kia mengambil duduk di samping Satria.
"Bagaimana pekerjaan barumu?" tanya Satria.
Satria tahu Kia mulai bekerja lagi, karena tanpa ijin dari suaminya ini Kia tak akan berani melamar pekerjaan.
"Semua lancar, dan teman -teman baru ku juga menyenangkan," jawab Kia.
"Baguslah." Satria masih fokus membaca.
"Bagaimana perkembangan kasus Kakak ku, apa kamu sudah menemukan siapa orang yang tertangkap cctv itu?"
Satria menutup berkasnya, membuka kaca matanya dan meletakkan dua benda itu di atas meja. "Aku belum tahu, tapi orang-orang ku sedang berusaha."
Kia mengangguk paham, mungkin jalan kakaknya untuk keluar akan lebih lama karena sulit mengungkap siapa pembunuh yang sebenarnya. Kekasih kakaknya itu ditemukan tewas dengan gunting tertancap di perutnya. Hal yang membuat kakaknya jadi tersangka adalah asisten rumah tangganya melihat Keenan keluar terburu-buru dari kamar tempat Fira ditemukan tewas dan Fira menulis nama Keenan di samping jasadnya.Tulisan dengan darah Fira sendiri.Itu semua membuat dugaan pembunuhan mengarah pada Keenan, karena saksi mata juga melihat Keenan bertengkar dengan kekasihnya sehari sebelum kejadian.
Tapi Kia yakin dan percaya kakaknya tidak mungkin melakukan itu. Karena Keenan sangat mencintai Fira, kekasihnya. Alasan itulah yang membuat Kia ingin kakaknya bebas selain dari membalas budi pada keluarga Keenan yang telah merawatnya dari bayi.
"Kamu belum menjawab pertanyaan ku tadi, tumben pulang ke sini?"
"Sarah sedang keluar kota untuk pemotretan, dan aku bilang pada papa mertua ku kalau aku akan membahas kasus yang baru aku tangani bersama Wira, jadi aku tidak bisa pulang ke sana."
Mendengar Satria menyebut soal Sarah, Kia jadi teringat bahwa tadi siang Kia melihat Sarah di restoran tempat barunya bekerja. Dia juga mengingat dengan siapa Sarah tadi keluar, Erik. Kakak dari Shila, sahabatnya.
Mungkin mereka bertemu untuk urusan bisnis, mengingat usaha keluarga Shila bergerak di bidang fashion.
"Pintar sekali kamu berbohong," cibir Kia.
Satria memutar tubuhnya agar bisa menghadap Kia, mengangkat satu kakinya untuk bersila. "Aku melakukan ini hanya untuk bisa bersama mu malam ini," jawab Satria menggoda, menanggapi cibiran istrinya.
Kia memutar bola matanya malas. "Gombal!!!"
Satria terkikik geli dengan apa yang ia ucapkan tadi, merayu. Bahkan saat dengan Sarah dulu dia tidak seperti ini. Sarah adalah tipe wanita dominan, dia tidak terlalu suka dirayu. Karena hubungan mereka terjalin di bawah kendali Sarah. Sementara Kia, mungkin gadis ini terlihat tidak suka dirayu, tapi gampang terbawa suasana saat Satria memaksakan apa yang ia inginkan.
"Kenapa bengong, teringat Sarah!" tebak Kia langsung.
Satria jadi salah tingkah, ketahuan memikirkan Sarah saat bersama Kia bahkan sempat membandingkan istri pertama dan keduanya.
"Untuk apa aku mengingat Sarah, bagiku wanita yang harus kupikirkan saat ini adalah istri ku." Satria menarik pinggang Kia agar tubuh mereka semakin dekat.
"Kamu membuat ku semakin jatuh cinta setiap kali kita bertemu," ucapnya kembali
merayu.
"Apa kamu sedang menginginkan ku?"
Satria tersenyum, tebakan istrinya ini selalu tepat. "Kalau aku tidak menginginkan mu, untuk apa aku datang kemari," jawab Satria jujur.
Kia menolehkan kepalanya, malas sekali rasanya menatap suaminya ini, yang datang jika hanya dia butuh. Apa seperti ini nasib istri kedua, yang serasa seperti simpanan.
Satria meraih dagu Kia, yang membuat Kia menoleh kembali menatap wajah tampan suaminya. Dibawanya bibirnya untuk memagut bibir istrinya.
"Jangan berfikir kalau aku hanya datang ke sini karena aku membutuhkanmu, Aku ke sini karena memang di sinilah rumahku. Bersamamu," ucap Satria setelah melapas pagutannya.
Kia tersenyum, tak bisa dipungkiri kalau kata-kata yang keluar dari bibir suaminya membuat Kia merasa senang. Kia, gadis muda ini perlahan-lahan mulai menikmati hubungannya dengan Satria. Meskipun status istri kedua terkadang membuatnya merasa tidak aman.
Melihat senyum tersungging di bibir Kia, membuat Satria merasa istrinya ini bertambah cantik saja. Dipagutnya kembali bibir istrinya dan membawanya pada hasrat suci.