Misteri Proyek Mangkrak (Hantu Pohon Duwet)

Yayuk dan Respati mengernyitkan keningnya menatap Tarno.

“Surat kuasa apa?” tanya Yayuk dan Respati secara bersamaan.

Yayuk dan Respati malah semakin penasaran dengan kasus Tarno dan Yatmi.

“Bapak dan Ibu tidak usah berpura pura. Anda berdua teman Bu Waspo kan?” ucap Tarno masih dengan nada ketus tidak ramah sedikit pun. Ekspresi wajah Tarno sangat dingin dan kaku.

“Bu Waspo? Apa perempuan yang baru keluar dari sini tadi itu Bu Waspo? Apa dia habis menemui kamu?” tanya Yayuk sambil menarik kursi di depan Tarno lalu duduk di kursi itu.

“Pura pura tidak tahu.” Gumam Tarno sambil menunduk, tampak wajah kesal Tarno menatap meja di depannya.

“Santai saja Mas Tarno, kami benar benar tidak kenal mereka. Kami tahu Mas Tarno berada di sini dari orang tua Yatmi, karena kami membeli bambu di tempat mereka.” Ucap Respati sambil menaruh oleh oleh di atas meja.

Tarno kembali mendongak menatap Respati. Ekspresi wajah Tarno masih datar datar saja.

Respati pun lalu duduk di dekat Sang istri.

“Untuk apa datang ke sini?” tanya Tarno masih dengan nada ketus tidak bersahabat.

Yayuk begitu memaklumi sikap Tarno yang seperti itu. Yayuk menatap wajah Tarno sambil tersenyum ramah.

“Saya Rahayu Tejo, teman Pak Duta pemilik proyek Puri Argo Nirmala. Saya mendapatkan nomor hand phone Mas Tarno di data karyawan. Saya chat nomor itu terkirim dan terbaca.” Ucap Yayuk sambil membuka tas tangannya.

Yayuk mengambil selembar kartu nama nya. Dia mengulurkan kartu namanya tersebut pada Tarno. Akan tetapi Tarno hanya membaca sekilas saja.

Mungkin Tarno masih curiga dan tidak percaya dengan orang yang baru saja dikenalnya itu. Apa lagi kedatangan Yayuk dan Respati setelah Bu Waspo baru saja keluar.

“Apa Mas Tarno masih memiliki nomor itu atau nomor itu sudah dipakai orang lain?” tanya Yayuk selanjutnya sambil menatap wajah Tarno yang kembali tertunduk.

“Saya tidak boleh pegang hand phone.” Ucap Tarno masih dengan nada dingin.

Sesaat Respati mengulurkan tangan kanannya.

“Kalau saya suami Bu Rahayu Tejo, sekaligus merangkap sebagai asisten pribadinya. Mas Tarno jangan khawatir maksud kedatangan kami baik baik Mas.” Ucap Respati sambil tersenyum.

Tarno kini menatap Respati dan menerima uluran tangan Respati. Kedua laki laki itu berjabat tangan sebentar saja.

“Ini sekedar oleh oleh sebagai tanda perkenalan kita.” Ucap Respati lagi sambil memegang kantong plastik besar di atas meja itu.

“Terima kasih.” Ucap Tarno pelan.

“Kami juga sudah mendengar informasi tentang Mas Tarno dari Pak Manto dan istrinya. Kami merasa ada yang janggal di kasus Mas Tarno.” Ucap Yayuk sambil menatap wajah Tarno yang kembali tertunduk menatap meja.

Tarno pun kembali mendongak dan menoleh ke arah Yayuk. Saat mendengar nama Pak Manto tampak wajah Tarno sedikit rileks tidak lagi terlalu kaku.

“Sekarang, saya selaku wakil dari Pak Duta pemilik proyek Puri Argo Nirmala. Saya mau bertanya pada Mas Tarno kenapa Mas Tarno menggantung mayat Yatmi di lokasi proyek?” tanya Yayuk dengan pelan dan hati hati.

Tarno hanya diam saja. Pandangan matanya kini menatap ke depan. Ekspresi wajah dingin nya kini tersirat ada kesedihan yang begitu dalam dari hatinya.

“Katakan yang sejujurnya Mas. Kami berada di pihak Mas Tarno . Kami sebagai orang luar meragukan kalau Mas Tarno yang membunuh Yatmi.” Ucap Respati dengan nada serius.

Tarno menatap wajah Respati sambil berkata pelan, “Saya memang tidak membunuh Yatmi dan tidak menggantung dia. Mana mungkin saya tega membunuh Yatmi, orang yang sangat saya cintai.”

“Meskipun saya sempat marah dan sangat kesal padany, saat tahu dia hamil dengan laki laki lain.. tapi.. accchhh.. “ ucap Tarno lagi, tampak dia mengepalkan telapak tangannya kuat kuat dan memukul pahanya sendiri.

Ekspresi wajah Tarno kini berubah menjadi sangat kesal. Urat urat wajahnya pun tampak kembali menegang. Wajahnya memerah. Ada api kembali membara di hati Tarno. Memendam rasa marah. Marah pada keadaan, marah pada situasi, marah pada nasib, marah pada sistem, marah.... Tetapi dia tidak bisa berbuat apa apa. Hanya bisa memendam. Menerima keadaan dan mendekam di tahanan.

Tarno mengusap wajahnya dengan kasar...

“Sudahlah Pak, Bu jangan mengingatkan hal itu lagi.” Ucap Tarno kemudian.

“Mas, harus diingat lagi harus dibuka lagi, harus diungkap, jika memang Mas Tarno yang bukan membunuh Mbak Yatmi. Kami akan membantu Mas Tarno.” Ucap Respati sambil menatap wajah Tarno dengan serius namun juga penuh rasa iba dan prihatin .

“Sulit Pak. Keluarga saya yang jadi taruhan. Saya tidak ingin adik perempuan saya bernasib seperti Yatmi. Biarlah saya yang jadi korban mendekam di sini.” Ucap Tarno pelan sambil menatap Respati.

“Dan saya tidak mau menanda tangani surat kuasa Itu. Kalau mereka mau membunuh saya biar saja. Tapi sebelum saya mati saya akan lakukan suatu buat mereka.” Ucap Tarno lagi masih dengan suara pelan. Tetapi di akhir kalimat ada nada penuh dendam. Sepertinya Tarno memiliki kartu As.

Tarno berusaha agar hanya Respati dan Yayuk yang mendengar ucapan nya. Karena petugas lapas berjalan mondar mandir di ruangan itu.

“Mas, percayalah pada kami. Katakan yang sebenar nya pada kami. Kami punya relasi yang bisa melindungi adik perempuan Mas Tarno. Saya pun mendapat teror dan ancaman. Tetapi kita tidak boleh takut. Kita harus berusaha untuk melawan kebusukan.” Ucap Yayuk dengan suara pelan pula.

“Jika Mas Tarno di sini juga mendapat tekanan dan ancaman kami juga akan mencarikan perlindungan buat Mas Tarno.” Ucap Yayuk lagi .

“Mas Tarno disuruh menanda tangani surat kuasa apa?” saut Respati yang masih penasaran.

“Hmmm saya tidak lagi percaya pada Polisi dan aparat Bu, mereka memihak yang punya uang dan kuasa.” Gumam Tarno lirih.

“Tidak semua polisi dan aparat seperti itu Mas. Tapi mungkin polisi yang menangani kasus Mas Tarno seperti itu. Maka kami tidak melaporkan pada polisi, ta...” ucap Yayuk.

Kalimat Yayuk tidak berlanjut karena terdengar suara langkah kaki bersepatu mendekat ke arah meja mereka bertiga.

Dan sesaat kemudian...

“Maaf Pak, Bu waktu kunjungan anda sudah habis. Silakan segera keluar dari ruang ini.” Suara petugas lapas.

Respati tampak kaget dan menoleh ke arah petugas yang sudah berdiri di dekatnya.

“Kok cepat sekali Pak.”ucap Respati mengandung nada protes. Ekspresi wajah Respati juga terlihat kecewa. Dia belum mendapat jawaban dari Tarno tentang surat kuasa.

“Sudah sesuai aturan Pak. Gantian pengunjung lain juga mau menemui napi yang lainnya.” Ucap petugas lapas sambil memandang Tarno. Memberi kode agar Tarno bangkit berdiri.

Mau tak mau Respati dan Yayuk pun juga bangkit berdiri. Yayuk dan Respati pamit pada Tarno.

“Terima kasih Pak, Bu..” ucap Tarno sambil menjabat tangan Yayuk dan Respati secara bergantian.

“Sama sama..” ucap Yayuk dan Respati sambil tersenyum menatap Tarno.

Tarno pun mengangkat oleh oleh dari Respati dan Yayuk, lalu melangkah di dampingi oleh petugas untuk ke luar ruang itu, kembali ke ruang tahanannya, lewat pintu belakang.

Sedang Yayuk dan Respati melangkah menuju ke pintu depan di ruang itu..

Sesaat telinga Yayuk mendengar suara Tarno memanggilnya..

“Bu Rahayu...”

Yayuk pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Tarno.

“Tolong temui adik saya di rumah dusun Argo Sari. Katakan saya yang meminta Ibu untuk datang pada dia. Hand phone saya dia yang membawanya. Nama dia Tami, Utami Sukesi.” Ucap Tarno dengan nada serius sambil menatap Yayuk.