Bagaimana jadinya jika seorang muslimah bertemu dengan mafia yang memiliki banyak sisi gelap?
Ketika dua hati berbeda warna dan bertemu, maka akan terjadi bentrokan. Sama seperti iman suci wanita muslimah asal Indonesia dengan keburukan hati dari monster mafia asal Las Vegas. Pertemuannya dengan Nisa membawa ancaman ke dunia gelap Dom Torricelli.
Apakah warna putih bisa menutupi noda hitam? Atau noda hitam lah yang akan mengotori warna putih tersebut? Begitulah keadaan Nisa saat dia harus menjadi sandera Dom Torricelli atas kesaksiannya yang tidak sengaja melihat pembunuhan yang para monster mafia itu lakukan.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LiBaW — BAB 24
KE MANSION VESPER
Dengan begitu khusyuk dalam beribadah, Nisa tak memperdulikan tempat yang saat ini dia tempati, meski jantungnya berdegup ketika pertama kali memasuki gudang milik Dom yang begitu dingin, dan sedikit ricuh akan anak buahnya yang sibuk melakukan pekerjaan mereka, seperti menghitung barang-barangan ilegal dan memasukannya ke dalam kotak.
“Siapa wanita tadi? Dia seorang muslim?” tanya salah satu pria yang masih berbincang dengan Dom.
“Ya. Dia istriku.” Jawab Dom terus terang dan tidak peduli akan pikiran dari orang lain.
Mendengar jawaban itu, tentu saja ketiga pria tadi terheran. Seorang mafia seperti Dom Torricelli menikahi wanita muslim? Dan bagaimana bisa wanita muslim menikah dengan seorang pembunuh yang berbisnis ilegal.
“Selera Anda sangat unik!” ucap pria berjas abu-abu yang tersenyum miring.
Dom menggaruk pangkal hidung mancungnya sembari berkacak pinggang menatap tegas ke ketiga tamunya tadi. “Jika sudah selesai, kalian bisa pergi. Soal kerjasama perusahaan, kau bisa tanyakan langsung kepada Christian.” Jelas pria berkaos hitam tadi, lalu melangkah pergi meninggalkan mereka lebih dulu.
Tentu, siapa yang tak kenal dengan Dom Torricelli! Pria angkuh, berkarisma dan sangat dingin, saking dinginnya dia tak segan membunuh musuh tanpa mendengar penjelasan ataupun alasan.
Seperti biasa, saat Nisa masih sholat, pria itu berdiri di belakang nya. Memandangi tanpa henti meski sorot mata silvernya menatap tajam hingga berkerut alis.
“Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah, Ya Rabb!” gumam Nisa mengusap wajahnya yang cantik dan terlihat senyum kecil di bibir istrinya saat Nisa berdiri menyamping.
Sungguh! Dom bertanya-tanya dalam benaknya, apa yang membuat wanita itu tersenyum hanya karena beribadah, tidak ada yang menyenangkan saat itu.
“Kau sudah mendapatkan keinginan mu, sekarang kita harus pergi.”
Suara Dom membuat raut wajah Nisa menjadi kesal, bahkan senyumannya pudar dalam sekejap. “Sekarang kau akan membawaku ke mana? Lebih masuk ke dalam dunia gelap mu itu?”
Keduanya saling beradu pandang tanpa senyum, sampai Dom melangkah maju mengikis jarak di antara keduanya.
“Ya.” Jawab Dom membuat Nisa tersenyum kecil, namun bukan senyuman kesenangan atau kebahagiaan, melainkan tersenyum miris.
“Aku masih tidak tahu siapa yang mengincar ku dan kenapa? Aku juga tidak mengerti, apa maumu dan kenapa harus melindungi ku, padahal kita tidak saling mengenal.” Jelas Nisa yang masih menunjukkan senyuman mirisnya dan menatap lekat ke mata indah milik suaminya.
Sementara Dom masih mendengarkannya dengan tatapan tegas.
“Hanya karena aku yakin dengan Tuhanku, aku akan mencoba menjadi istrimu Mr. Dom! Tapi berikan aku kebebasan seperti seorang istri pada umumnya.”
“Aku tidak pernah percaya dengan wanita.”
“Tapi sekarang kau harus percaya dengan istrimu ini. Karena Allah menjadi saksi atas setiap ucapan hambanya termasuk ucapan ku. Aku tidak akan kabur!” jelas Nisa yang saat ini tanpa tersenyum dan hanya ada keseriusan di matanya.
Dom sekalipun tak pernah mempercayai lidah seorang wanita, dia selalu berpikir bahwa semua wanita itu sama seperti kelakuan ibu kandungnya, tak terkecuali, Amor Vesper.
Sungguh! Mendengar ucapan Nisa, rahang tegas Dom berkedut, sorot matanya semakin tajam hingga keningnya berkernyit. “Ayo.” Balasnya yang malah menyuruh Nisa untuk bergegas keluar dari ruangan tersebut.
Tentu, itu bukan jawaban yang Nisa inginkan. Tapi wanita itu tak ingin terpancing emosi dan memilih menurutinya dengan berjalan terlebih dahulu sedangkan Dom mengikutinya dari belakang.
Nisa terus berjalan melewati anak buah Dom yang terlihat sangar dengan tatto, tubuh kekar dan senjata yang mereka bawa. Bahkan mereka kini menatap ke arah Nisa juga Dom.
“Apa yang kalian lihat?” tegas Dom yang terlihat santai namun mereka langsung berpaling dan melanjutkan pekerjaan nya masing-masing.
Saat tiba di mobil. Itt si asisten Christian baru saja tiba dengan mobil lain dan langsung menghampiri Dom. Sementara Nisa sudah masuk ke dalam mobil dan hanya melihat kedua pria tadi dari balik kaca mobil.
“Tuan Christian meminta Anda untuk datang ke mansion nya, Tuan.” Ucap pria yang lebih tua darinya itu penuh hormat.
“Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Dom penuh kecurigaan saat tak seperti biasanya Christian memanggilnya tanpa alasan selain keadaan genting.
“Saya tidak begitu mengerti, dia hanya memintaku menyampaikan hal itu saja.”
Sungguh! Dom sendiri masih mencoba menahan diri dan tidak gegabah saat harus berurusan dengan ayah tirinya itu. Dia tak tahu apa yang pria tua itu inginkan darinya sebenarnya?
...***...
“Kau akan di antar oleh Campbell! Ibu ada urusan pekerjaan.” Ujar Sarai kepada Dustin yang siap berangkat ke sekolah.
“Kenapa bersama Campbell? Dia sangat cerewet, aku ingin dengan yang lain saja jika Ibu tidak bisa.” Ujar anak itu menolak terus terang saat si kepala pelayan pria bernama Campbell itu ada di sana dan mencibirkan bibirnya saat mendengar balasan dari Dustin.
“Tidak ada lagi? Ayahmu juga sibuk, dan nenekmu— ”
“Aku saja mengantarnya! Sekalian aku ingin menikmati kota Las Vegas yang sudah ku tinggal beberapa bulan!” ujar Jones tiba-tiba datang dan tersenyum.
Sedikit ragu, namun Dustin menyetujuinya. “Tidak masalah, yang terpenting bukan dengan Campbell!” balas Dustin dengan wajah pasrah.
“Apa... Saya seburuk itu di mata Anda Tuan muda?!” Ucap Campbell cemberut.
Sarai hanya memutar bola matanya dan segera menyuruh Jones untuk mengantar Dustin ke sekolah sebelum terlambat.
Melihat kepergian putranya, Sarai menjadi lebih tenang. “Kau akan pergi ke mana?” tanya Jesse yang akan bersiap pergi ke kantor.
Ya! Sebenarnya dia keturunan seorang pengusaha, namun karena hampir bangkrut, akhirnya Jesse harus bekerjasama dengan Christian lewat Sarai. Entah mereka saling cinta atau tidak, yang pasti mereka sudah memiliki seorang anak.
“Ayah menyuruhku pergi ke kantor, dia tidak datang hari ini.” Ucap Sarai menatap ke suaminya dengan percaya diri.
“Kenapa dia tidak datang? Apa— ”
Belum selesai bicara, Jesse menoleh saat sebuah mobil hitam baru saja masuk ke halaman Mansion Vesper. Tak cuman Jesse, Sarai pun ikut menoleh melihat kehadiran Dom yang akhirnya mau juga datang ke Mansion.
“Selamat datang! Aku harap kau suka di sini!” sambut Sarai tersenyum lebar menyapa Nisa yang tersenyum tipis.
Jika seseorang baik kepadanya, maka Nisa juga akan membalas dengan senyum tulus.
“Apa ada sesuatu sehingga kau mau datang kemari?!” tanya Sarai sedikit bercanda menatap ke kakak tirinya itu.
“Christian yang memintaku datang. Apa dia ke kantor?” tanya Dom.
“Dia ada di ruangannya sedang menunggu mu.” Suara Ada membuat Sarai tak sempat menjawab pertanyaan Dom.
Tentu pria tampan bermata silver tadi melirik ke ibu tirinya yang kedua. Dengan senyuman lebar Ada menyambut kedatangan Dom. “Senang akhirnya kau datang berkunjung, Dom!” Ucapnya.
“Senang bisa mendengar mu berkata seperti itu.” Balas Dom dengan dingin sehingga Ada harus tetap menahan senyumannya.
Pria itu berbalik menatap ke istrinya tepat di hadapan, Sarai, Jesse, Ada dan Campbell yang merupakan pelayan setia Vesper.
“Kau akan tetap di sini, atau ikut denganku?” Tawar Dom.
Nisa sekilas melirik ke mereka yang juga ada di sana. “Aku akan menunggu di luar.” Jawab Nisa yang tidak memilih keduanya dan memilih sendirian.