Langit tak pernah ingkar janji
Dihina karena miskin, diremehkan karena tak berdaya. Elea hidup di antara tatapan sinis dan kata-kata kejam. Tapi di balik kesederhanaannya, ia menyimpan mimpi besar dan hati yang tak mudah patah.
Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran untuk melanjutkan sekolah di kota.
Apakah elea akan menerima tawaran tersebut? Apakah mimpi elea akan terwujud di kemudian hari?
Penuh teka teki di dalamnya, jangan lewatkan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegabutanku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
"Aden... Ini simbok, boleh simbok masuk?" dirasa tak ada jawaban. Mbok Ijah pun masuk ke dalam kamarnya.
"Astaghfirullah aden...." Teriak mbok Ijah.
Mendengar teriakan mbok ijah Sinta segera berlari menuju kamar sang anak.
"Aden, apa yang aden lakukan. Mengapa harus sepeti ini?" Mbok Ijah sudah tak kuasa menahan tangisnya melihat Candra sudah terkulai lemas.
"Mbok...cepat mbok panggil sopir untuk mengantarnya ke rumah sakit."
"Ba-baik nyonya." Ia segera berlari menuju ke arah pak Jono.
"Pak segera siapkan mobil, aden di dalam tolong pak." Hanya kata itu yang mbok Ijah ucapkan.
Tanpa babibu, pak Jono langsung berlari ke kamar Candra.
"Permisi nyonya." Ia membopong tubuh Candra yang sudah berlumuran dengan darah.
"Astaghfirullah... Den, mengapa kamu harus melakukan hal seperti ini." Gumam pak Jono sambil berlari menuju ke mobil.
Sesampainya di rumah sakit, Candra segera ditangani oleh beberapa dokter.
Mbok Ijah yang menunggunya masih saja mondar mandir sambil meremas jemarinya.
"Sudah satu jam, tapi mengapa dokter belum keluar ruangan juga. Apa yang sebenarnya terjadi?" Ucap mbok Ijah.
"Sudah mbok, duduk dulu." Ucap Pras papa Candra.
"Ta-tapi tuan, mengapa lama sekali."
"Dokter pasti melakukan yang terbaik, percayalah Candra akan baik- baik saja dan dia bisa selamat."
Mendengar penuturan Pras yang masih tenang membuat mbok Ijah juga sedikit tenang.
Pras sebenarnya juga sangat cemas, namun ia memilih untuk bersikap tenang.
Lalu kemana Sinta? Ya, seperti biasanya Sinta lebih memilih menghadiri meeting bersama Clientnya.
Hingga beberapa saat, ia tiba dengan langkah buru- buru.
Hal ini juga akibat Pras yang menghubunginya agar segera datang ke rumah sakit.
"Pah, gimana keadaan Candra?"
"Seperti yang kamu lihat, dokter masih di dalam." Ucapnya tanpa ekspresi.
Hubungan mereka berdua akhir - akhir ini memang sedikit renggang.
Bukan tanpa sebab, Pras sebenarnya sudah mengetahui apa yang istrinya lakukan dibelakangnya.
Namun, dia lebih memilih bersabar dan memberikan kesempatan agar dia bisa berubah.
Sinta yang sejak dulu tidak begitu menyayangi Candra ia bertingkah biasa saja. Bahkan, saat dirumah sakit pun Sinta lebih asyik dengan ponselnya.
Dibelahan bumi yang lain, Elea dan Vita tengah asyik ngobrol.
Tiba- tiba, ponselnya berdering kencang sudah seperti sirine kebakaran.
"Siapa sih El? Ponselmu kenceng banget suaranya." Ucap Vita sambil menutup telinganya.
"Maklum aja sih, anak baru punya ponsel." Jawab Elea sambil nyengir.
"Haloo..."
"....."
"Apa? Kok bisa?"
"...."
"Baik, saya kesana."
"Ada apa El? Kok sepertinya gawat?"
"Kak Candra masuk rumah sakit."
"Haaa? Kok bisa? Terus yang nelpon siapa?"
"Pembantunya."
"Terus hubungannya sama loe apa?"
"Aku juga nggak tau, gimana dong ini? Harus kesana apa nggak? Tadi aku juga sempat cek cok sama dia."
"Sebentar deh, kalian pacaran?"
"Pacaran? Aku nggak tau pacaran apa nggak? Ahhh... Sudahlah, aku kesana dulu. Nanti aku ceritakan lagi." Jawab Elea sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Mau gue temenin?"
"Hmmm... Sepertinya tidak deh." Ucap Elea sambil menggelengkan kepalanya.
"Hmm... Oke kalau begitu, tapi loe ganti baju dulu dong. Masak pergi dengan wajah kusut gini rambut loe juga acak- acakan."
"Oke..oke... Wait." Elea sedikit berdandan ia memakai sweater dan berlari melintasi lorong rumah sakit.
"Permisi sus, untuk pasien bernama Candra Mahesa berada di ruangan mana ya?"
"Pasien berada di ruang VIP, berada di lantai 3. Kamar paling ujung." Jawabnya menjelaskan sedetail mungkin.
"Baik, terima kasih sus."
Elea segera berlari menuju ke ruangan Candra, hingga ia sampai di depan ruangan tersebut dengan nafas ngos- ngos an.
Tok...tok...tok...
"Masuk." Jawab seorang perempuan yang ada di dalam.
Elea memberanikan diri ia masuk ke dalam ruang VIP tersebut.
"Selamat malam om tante." Ucapnya dengan sopan.
"Kamu siapa?" Tanya Sinta dengan nada datarnya. Sedangkan Pras hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Sa-saya teman kuliah Kak Candra tante."
"Ada perlu apa kesini?" dengan nada yang jutek dan tatapan kurang suka.
"Sa-saya ingin menjenguknya tante." Mendengar penuturan dari Elea, Sinta menatap dengan tajam ke arahnya.
"Pergi kamu, anak saya nggak butuh perempuan seperti kamu." Candra yang masih mengalami koma tidak bisa melakukan apapun.
"Ma... Cukup." Sentak Pras kepada istrinya.
"Tapi pa, bener kan apa yang mama bicarakan?" Pras justru tidak memperdulikan perkataannya.
"Dek, ini sudah malam lebih baik kamu pulang ya. Besok kesini lagi." Ucap pras dengan nada lembut.
"Ba-baik om, saya permisi dahulu. Salam buat kak Candra jika nanti dia siuman." Lalu ia menyalaminya dan ia meninggalkan ruangan Candra.
Saat menutup pintu, ia bertemu mbok Ijah di depan ruangan Candra.
"Non ini siapa? Mengapa keluar dari ruangan den Candra?"
"Selamat malam bi, perkenalkan saya Elea."
"Oalah kamu to cah ayu yang tadi tak telepon, maaf ya non tadi simbok nelpon malam- malam soalnya simbok sering mendapatkan curhat dari den Candra." Elea menatap heran ke arah mbok Ijah.
"Hmm... Maksudnya mbok?"
"Sini non, duduk dahulu." Ajak mbok Ijah kepada Elea.
Mbok Ijah menceritakan dengan detail semua yang di ceritakan oleh Candra. Wajah Elea memerah mendengarkan curhatan dari mbok Ijah.
"Tolong ya non, bantu jaga den Candra ya non kasian dia."
"Maaf bi, aku tidak bisa berjanji aku sendiri juga tidak mengerti hubunganku dengan dia."
"Jadi, kalian tidak pacaran?" Elea menggeleng pelan.
"Yaudah non, maaf ya simbok tidak bermaksud apa- apa."
"Tidak apa- apa bi, saya sebagai temannya juga khawatir dengan keadannya."
"Memang kasian dia sejak kecil kurang kasih sa..."
"Ehh mbok ternyata disini, aku menunggumu di dalam." Ucap pras.
"Loh masih disini juga ternyata? Kamu mau pulang dengan siapa? Sepertinya kamu sendiri." Ucap Pras.
"Sa-saya nanti mau pesan ojek online om." Jawabnya gugup.
"Yaudah kalau begitu, kamu bareng aku saja biar aku antar."
"Tidak usah om, saya bisa sendiri kok."
"Tidak baik anak perempuan sendirian malam- malam di luar. Yaudah ayo pulang sama saya saja." Elea menatap lekat ke arah Pras ia memastikan jika Pras memang lelaki baik.
"Ta-tapi om..."
"Bi, tolong jaga Candra ya saya pulang dulu mau ambil barang- barang dan besok saya kesini lagi." Ucapnya dengan nada lembut.
"Siap tuan."
Tak berselang lama, Sinta keluar dengan wajah yang terlihat kusut.
"Pah, aku bareng ya pulangnya." Ucapnya manja.
"Bawa mobilmu sendiri."Jawabnya dengan nada datar.
"Mari dek." justru sebaliknya, ia malah mempersilahkan Elea untuk bareng bersamanya.
"Heee kamu, anak bau kencur sudah beraninya menggoda suami orang." Ucapan tersebut terlontar dari mulut Sinta.
"Maaf tante, saya tidak pernah menggoda suami tante. Saya permisi..." Ucapnya lalu ia meninggalkan Sinta di koridor rumah sakit.
.
.
Memang sangat pemberani Elea sekarang.
Buat readers setiaku, terima kasih sudah mampir, tinggalin jejak juga ya gais. See you di bab berikutnya . Lop sekebonnn ❤️❤️❤️