NovelToon NovelToon
I Am Morgan Seraphine

I Am Morgan Seraphine

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Ayah Darurat
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Maeee

Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Car

Agar tak ada perasaan canggung setelah kesalahan pahaman terjadi, Morgan dan Cherry memutuskan untuk makan malam bersama di restoran favorit mereka. Bahkan Cherry pun masih mengenakan seragam sekolahnya.

Lampu-lampu kota memantul di kaca mobil saat Cherry dan Morgan meninggalkan restoran.

Cherry menyandarkan punggungnya di kursi, mengelus perutnya yang terasa penuh dan nyaman. "Haaah..." desahnya lega. Ia merasa makan malam kali ini sangat enak.

Morgan meliriknya, sudut bibirnya tertarik membentuk senyum. Ia senang karena kesalahpahaman di antara dirinya dan Cherry tidak berlangsung lama. "Bagaimana makan malamnya, Nona?"

"Enak sekali," jawab Cherry antusias, matanya berbinar. "Terima kasih banyak untuk malam ini."

"Oh, iya!" Cherry teringat, ia merogoh saku roknya dan mengeluarkan dua black card yang sempat ia simpan. Ia menyodorkan kartu itu kepada Morgan. "Ini, aku kembalikan. Aku percaya padamu sepenuhnya."

Morgan menggeleng pelan, tetap fokus pada jalanan yang mulai ramai. "Simpan saja. Siapa tahu suatu hari nanti kamu membutuhkannya."

"Aku tidak ingin memakainya," kata Cherry, menatap kartu itu di tangannya. "Tapi, kamu benar, mungkin akan ada saatnya aku membutuhkannya."

Morgan mengangguk singkat. "Gunakan saja kartu itu sesukamu. Mmm, balas dendam kecil dengan cara menghabiskan banyak uang mereka, bagaimana? Kurasa itu bukan ide buruk."

Cherry menatap lurus ke depan, sorot matanya menerawang. "Mungkin kamu benar," gumamnya pelan, menimbang sebuah kemungkinan yang baru terlintas di benaknya.

"Mmm, dengan ini masalah orang tua mu selesai, kan?" tanya Morgan setelah keheningan cukup lama.

"Aku harap juga begitu. Semoga mereka benar-benar menepati janjinya," sahut Cherry, mengingat orang tuanya selalu berhasil menyentil hatinya.

"Tapi kamu tahu tidak?" Cherry berusaha untuk antusias kembali.

"Apa?"

"Drake tidak seburuk itu."

"Huh? Bukannya kalian sering bertengkar dan kamu sangat membencinya?" Morgan membagi perhatiannya antara Cherry dan jalanan.

"Iya, tapi itu dulu. Dia memang masih menyebalkan, tapi dia baik juga padaku. Dia melindungi ku saat di sekolah, dia banyak membantuku tentang orang tua kita, dan dia juga menginginkan kebahagiaan ku. Karena itulah aku sekarang menganggapnya sebagai saudaraku."

Morgan mengelus kepala Cherry. "Aku ikut senang untuk mu."

"Apa ada tempat yang ingin kamu kunjungi sebelum pulang?" tanya Morgan. Saat lampu merah menyala, ia menggunakan kesempatan itu untuk menatap Cherry sepenuhnya. Gadis itu membalas tatapannya, tapi keduanya malah sama-sama diam.

Tiba-tiba saja Cherry menyandarkan kepalanya di pundak Morgan dan melingkarkan tangannya di tangan kekar pria itu. "Aku ingin menghabiskan malam berdua saja denganmu."

"Maksud mu...." Morgan ragu melanjutkan ucapannya.

"Aku ingin mandi bersama mu, terus kita saling memijat, berciuman, lalu tidur bersama saling memeluk. Dan aku siap saja kalau kamu mau...."

"Tidak." Morgan langsung membekap mulut Cherry. Dugaannya tidak salah. Jika gadis itu Cherry maka yang dia inginkan hanyalah melakukan hal-hal seperti itu. Ia tidak tahu darimana Cherry memiliki sifat frontal begitu. Ia juga merasa tidak mengajarkannya.

Morgan kembali melajukan mobilnya.

"Morgan, boleh aku pinjam ponsel mu?" tanya Cherry, langsung mengulurkan tangannya.

"Ponsel ku? Untuk apa?"

"Aku ingin memastikan sesuatu."

"Apa?" tanya lagi Morgan.

"Kamu bilang tidak pernah memesan lagi kupu-kupu malam, aku tidak percaya sebelum melihatnya. Mungkin saja diam-diam kamu melakukan transaksi."

"Aku bersumpah tidak pernah melakukannya lagi. Lihat saja!" Morgan memberikan ponselnya ke tangan Cherry.

Cherry tersenyum bahagia. "Kita hidup bersama sampai saat ini, tapi ini kali pertama aku memeriksa ponsel mu. Benar, kan?"

"Mungkin."

"Boleh mulai sekarang aku sering memeriksanya?"

Morgan mengangguk. "Silakan."

Cherry tersenyum salah tingkah. "Hei, Morgan, bukankah kita sudah terlihat seperti sepasang kekasih?"

"Tidak. Sesama anggota keluarga boleh memeriksa ponsel satu sama lain kok."

"Tch." Cherry berdecak. Morgan masih saja menghindar dari topik tentang hal-hal berbau romantis dengannya.

Cherry mulai memeriksa ponsel Morgan. Jari-jarinya bergerak lincah di layar ponsel Morgan, menelusuri setiap aplikasi tanpa terlewat satu pun. Rasa ingin tahu membawanya hingga ke galeri pria itu.

Sebuah senyum spontan merekah di bibirnya saat melihat betapa banyaknya foto dirinya yang diam-diam diabadikan oleh Morgan. Ia menggeser satu demi satu, menikmati ekspresi wajahnya yang tertangkap tanpa ia sadari, hingga jarinya berhenti bergerak di sebuah video.

Cherry memutarnya. Video tersebut menunjukkan pasangan yang tengah duduk di kursi mobil. Sorot matanya tertuju pada tangan wanita itu yang dengan gerakan menggoda mengusap paha pria yang tengah mengemudi. Usapan itu kian berani merayap ke bagian tengah sehingga menciptakan gerakan $ensual yang tak terelakkan. Tangan wanita itu meremas m1l1k pria itu berulang kali membuat si pria men99el1njan9. Ia yang menontonnya saja bisa merasakan sensasi itu, apalagi pria itu. Dia pasti sangat menikmati permainan tangan wanitanya.

Morgan yang sedari tadi memerhatikan Cherry dengan ekor matanya kini menoleh sepenuhnya. Rasa penasaran membuncah melihat konsentrasi gadis itu yang begitu dalam. Apa yang sedang dia lihat di ponselku? pikirnya.

Tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangannya dari layar, tangan Cherry terulur ke arahnya. Morgan membeku sesaat. Ia biarkan saja, bertanya-tanya apa yang akan dilakukan gadis itu. Matanya langsung membulat sempurna saat merasakan sentuhan lembut di pahanya. Sentuhan itu bergerak semakin ke atas, semakin berani, hingga akhirnya jari-jari Cherry melingkari bagian tengah tubuhnya. Napas Morgan tercekat. Dengan gerakan cepat ia menepis tangan gadis itu.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Morgan, nada suaranya bercampur panik dan keterkejutan. Ia merasakan tenggorokannya mengering, buru-buru meneguk salivanya.

"Bukannya kamu ingin melakukan juga seperti yang ada di video ini?" tanya Cherry, dengan polos menunjukkan video nya pada Morgan.

"Ja-jangan menontonnya! Kenapa kamu menontonnya?" Morgan merebut paksa ponselnya dari tangan Cherry, menyembunyikannya di belakang punggung.

Cherry memajukan bibir bawahnya, ekspresi merajuk menghiasi wajahnya. "Kalau kamu tidak mau melakukannya, kenapa menyimpannya?"

"Aku hanya suka..., suka... Videonya terlihat aesthetic, jadi aku menyukainya dan menyimpannya," jawab Morgan terbata-bata, berusaha mencari alasan yang masuk akal.

"Jangan melakukannya dengan wanita lain!" peringat Cherry, alisnya bertaut, menciptakan kerutan di dahinya.

Morgan menggelengkan kepala. "Tidak. Aku tidak berencana melakukannya dengan orang lain maupun denganmu."

"Tsk, kamu tidak menyenangkan, Morgan. Padahal aku juga bisa melakukannya untukmu," ucap Cherry, mendengus kesal dan memalingkan wajahnya.

"Saat kamu dewasa nanti,-"

"Aku sudah dewasa," sergah Cherry. "Hanya di mata mu saja aku terlihat masih anak kecil, padahal aku sudah sangat dewasa."

Morgan memarkirkan mobilnya di garasi rumah dengan sempurna. Ia melepaskan sabuk pengamannya, tiba-tiba saja Cherry mendorong bahunya hingga punggungnya membentur ke sandaran kursi. Gadis itu tiba-tiba duduk di pangkuannya.

"A,-apa yang akan kamu lakukan?" Morgan mengangkat tangannya.

"Lihat!" perintah gadis itu. "Lihat, aku sudah dewasa, kan?"

Morgan terkekeh. Jadi Cherry ingin pengakuan dewasa darinya, ya?

"Lihat!" Cherry memegang dua buah d*danya yang terbalut seragam lumayan ketat. "Hanya orang dewasa yang buah da*danya besar. Dan kamu pun pernah mencukur bulu di bawah sana. Saat itu kamu bilang itu tanda kedewasaan, lalu kenapa sekarang kamu tidak mau mengakui kedewasaan ku?"

"Oke, oke, baiklah. Kamu sudah dewasa. Puas?" Morgan merengkuh dua pinggang Cherry.

Cherry tersenyum lebar, merasa puas. Ia melingkarkan tangannya di leher Morgan. "Apa kamu mau mewujudkan satu keinginanku?" bisiknya, napasnya menerpa wajah Morgan.

"Selama aku bisa, semua keinginanmu adalah perintah bagiku," sahut Morgan. Tanpa disengaja pandangannya jatuh pada paha Cherry yang mulus, terekspos menggoda karena rok pendek gadis itu tersingkap saat ia duduk di pangkuannya. Ia buru-buru mengangkat pandangannya, kembali menatap manik mata Cherry yang kini berbinar penuh misteri. Senyum lebar di wajah gadis itu menimbulkan firasat aneh dalam dirinya.

"Aku ingin mencoba melakukan yang ada di video itu," ungkap Cherry, nada suaranya penuh keingintahuan yang membara.

"Tidak," tolak Morgan tegas, tanpa jeda sedikit pun. Cherry mendengus kecewa, bibirnya mengerucut lucu.

"Ayolah, hanya kali ini saja," rayu Cherry, jarinya bermain-main di tengkuk Morgan. "Aku janji tidak akan memaksamu lagi. Aku hanya ingin merasakannya. Jika kamu mengabulkannya, kamu juga boleh meminta apa pun dariku."

Morgan terdiam, matanya mengunci tatapan intens Cherry. Ada kobaran rasa ingin tahu dan sedikit kenakalan di sana. "Baiklah," putusnya, menarik napas dalam. "Setelah kamu melakukan apa yang kamu inginkan, aku akan memberitahumu permintaanku." Ia akhirnya menyerah pada keingintahuan gadis itu, mempersilakannya untuk mengambil kendali.

Senyum Cherry kembali merekah, kali ini lebih lebar dan penuh kemenangan. Ia semakin mempererat lilitan tangannya di leher Morgan, lalu tanpa ragu b0k0n9nya bergerak, memberikan sentuhan provokatif pada kejantanan Morgan di bawah sana.

Mata Morgan melebar, terkejut. "Apa? Kenapa kamu melakukan ini? Di video tidak seperti ini," protesnya, suaranya tercekat.

"Tapi aku juga ingin mencoba ini," balas Cherry, nada suaranya polos namun penuh g0daan. Ia mulai menggerakkan pinggulnya naik dan turun perlahan, memperhatikan setiap perubahan ekspresi di wajah Morgan.

Morgan memejamkan mata, rahangnya mengatup rapat. Gelombang panas menjalar ke seluruh tubuhnya, berusaha keras menahan diri agar tidak kehilangan kendali. Ia membasahi bibirnya yang tiba-tiba terasa kering, mencoba mengumpulkan sisa kesabarannya. Gerakan Cherry yang semula lembut kini berubah, pin99ulnya mulai berg0yang melingkar, menciptakan ges3kan yang semakin membakar dan menyiksa bagian tubuhnya yang sudah mene9an9.

3rangan nyaris lolos dari tenggorokannya. Kedua tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya, menahan gejolak yang semakin tak tertahankan. Sementara itu, Cherry menyunggingkan senyum smirk penuh kemenangan, merasa puas karena berhasil membuat Morgan menunjukkan ekspresi itu.

Cherry meluncur turun dari pangkuan Morgan, lalu dengan santai mendudukkan diri di kursinya. Saat Morgan menoleh, Cherry men99igit bibir bawahnya, tatapannya penuh godaan yang sulit diabaikan.

Morgan hanya bisa menggelengkan kepala pelan, berusaha menyembunyikan gej0lak yang mulai terasa.

"Aku akan memulainya," ucap Cherry seperti sebuah bisikan. Tangannya bergerak perlahan, mengulur dan menyentuh paha Morgan persis seperti adegan yang baru saja ia lihat. Sentuhannya merayap naik dan berakhir tepat di bagian tengah. Jemarinya kemudian meremas lembut sesuatu yang terasa besar dan keras di balik kain celana.

"Morgan, ternyata m1l1k mu besar, ya!" bisik Cherry, matanya menyipit men99oda, membentuk bulan sabit yang nakal.

Morgan kembali menggeleng, rahangnya mengeras berusaha menahan diri. "Dari mana kamu belajar kata-kata dan tindakan tidak sopan seperti itu?" tanyanya dengan suara tertahan.

"Dari Abigail," jawab Cherry sambil menunjukkan deretan giginya. "Dia mengajarkan banyak hal padaku."

Morgan mengusap wajahnya. "Sialnya dia mengajarkan hal yang tak perlu," rutuknya. "Sebaiknya kamu jauhi saja Abigail itu. Dia tidak baik untuk mu."

Remasan Cherry semakin berani, membuat bentuk di balik celana Morgan semakin jelas tercetak.

Morgan memejamkan mata, merasakan pinggulnya tanpa sadar terangkat saat sentuhan Cherry semakin 1ntens. Ia menoleh pada Cherry meski gadis itu sedang fokus pada bagian bawahnya. Ia merasa tiba-tiba sentuhannya semakin kuat. Kenapa? Apa karena dirinya melarang dia berteman lagi dengan Abigail itu?

Diam-diam Morgan men99igit bibir bawahnya. Ia tidak tahu apa alasan Cherry tiba-tiba memberikan sentuhan dan r3masan yang semakin kuat, yang pasti dirinya semakin tersiksa. Melihat wajah Cherry semakin membuatnya menderita. Tapi tidak, dirinya tidak boleh kehilangan kendali.

"Oh, shit," umpatnya tak sengaja. Ia tidak bisa mengendalikan yang di bawah, dia malah mengeluarkan sesuatu yang tak seharusnya.

Kehangatan menjalar dan Morgan merasakan celananya mulai terasa l3mbap. Rasa malu menyeruak. Ia membenturkan keningnya ke setir. Sial. Ia tak menyangka akan mencapai kl1m4ks hanya dengan sentuhan tangan Cherry, di dalam mobil seperti ini lagi.

Cherry terkekeh melihat tingkah malu-malu Morgan.

"Kamu pasti menyukainya, kan Morgan? Aku juga senang melakukannya untuk mu." Cherry mengambil tisu dan membersihkan tangannya.

"Jadi, apa keinginan mu dariku?"

"Malam ini kamu boleh melakukan apapun sesuka mu. Tapi mulai besok jangan lakukan hal seperti ini lagi. Ini yang pertama dan terakhir. Itulah keinginan ku," ungkap Morgan.

Lanjut part 2?

1
Esti Purwanti Sajidin
sweet bgt morgan
Elmi Varida
cherry msh anak2 blm dewasa.
Esti Purwanti Sajidin
cery yg di rayu aq yg senyum2 malu
Esti Purwanti Sajidin
rubah kecil hadechhhhh
Esti Purwanti Sajidin
pindah yg jauh morgan bawa cery
Esti Purwanti Sajidin
oh no morgan mna morgan
Esti Purwanti Sajidin
syemangat ka sdh aq vote 1
Esti Purwanti Sajidin
makane si drak nakal bgt ya sama cery
Vanilabutter
agresif kali si cherry
Vanilabutter
ini kenapa dar der dor sekali baru chap awal /Facepalm/.... semangat thor
my_a89
Kein Problem Thor, santai aja..semangat Thor✊
Elmi Varida
lanjut thor
Elmi Varida
kasihan sih sebenernya cherry...
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲
Elmi Varida
ikut nyimak thor. lanjut ya..
Elmi Varida: Amen, sama2 Thor. sukses terus dan tetap semangat ya..
Fairy: Makasih udah baca cerita aku yang tak sempurna ini☺️ kakaknya semoga sehat selalu, dikasih rezeki yang berlimpah, dan selalu dalam lindungan Tuhan☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!