Sebagai anak perempuan tertua di keluarganya, Ayesha di tuntut untuk segera mencari pasangan hidup. Namun, trauma di masa lalunya, membuat Ayesha tidak jua mencari jodoh di saat umurnya yang sudah mencapai 30 tahun.
Begitu pula dengan Azlan yang merupakan anak tunggal dari keluarga terkaya yang sampai saat ini masih melajang di karenakan sebuah penyakit yang di deritanya.
Bagaimana jadinya, jika kedua insan tersebut bertemu dan melakukan kesepakatan untuk menikah. Akan kah Ayesha menerimanya? atau malah tidak menyetujuinya, karena ia hanya ingin menikah satu kali seumur hidup dan tentunya ingin memiliki keturunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rafasya Alfindra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kinanti mendatangi rumah sakit
Azlan membuka dompetnya dan mengeluarkan satu lembar uang berwarna merah. Lalu Azlan menurunkan kaca mobilnya dan memberikan uang tersebut kepada pengamen yang sebenarnya itu adalah Ayesha.
Ayesha terkejut, ternyata sang pemilik mobil tersebut adalah Azlan. Ingin rasanya Ayesha lari dari tempat itu agar tidak diketahui oleh Azlan. Namun, melihat nominal uang yang diberikan Azlan, membuat Ayesha membuang rasa malunya. Lagi pula, Azlan sama sekali tidak melihat kearahnya. Itulah yang ada di pikiran Ayesha.
"Terimakasih ..." Ayesha langsung mengambil uang tersebut dan membalikkan tubuhnya dengan segera. Untung saja, lampu jalannya sudah berubah warna dan Azlan sepertinya tidak mengetahui kalau itu adalah Ayesha.
Mobil Azlan bergerak menjauh, sebenarnya Azlan sudah tahu kalau itu adalah Ayesha. Tadi Azlan hanya berpura-pura agar Ayesha tidak merasa rendah diri.
Ayesha begitu bahagia menerima uang pemberian Azlan. Baru hari ini ia mendapatkan uang sebesar itu dari hasil mengamen.
"Aku harus segera ke rumah sakit, kasihan Ayuna sendirian disana." Ayesha sudah bersiap, ia akan mengambil angkot dengan tujuan rumah sakit.
Angkot yang di tumpangi Ayesha sudah sampai di depan gerbang rumah sakit. Ayesha segera turun dan berjalan memasuki area rumah sakit.
Ayesha menuju ruangan dimana semalam Adiknya dirawat.
"Ayuna? Dimana Ayuna?" Ayesha bertanya di dalam hati. Rasa cemas semakin menghantuinya. Bagaimana kalau terjadi sesuatu hal dengan sang adik sepeninggal dirinya.
Ayesha berlari keluar saat mendapati Ayuna tidak berada di dalam ruangan itu. Ayesha akan menanyakan keberadaan Ayuna di bagian administrasi saja.
Ayuna perlahan menarik nafasnya dan menghembuskannya saat sudah mendekati bagian administrasi, ia terlihat ngos-ngosan akibat berlari.
"Mbak ...! Saya mau menanyakan keberadaan adik saya atas nama Ayuna?" Ayesha langsung menanyakan keberadaan adiknya, ia begitu sangat mencemaskan kondisi adiknya.
Bagian administrasi langsung mengeceknya langsung.
"Maaf Mbak, karena berhubung Mbaknya belum sama sekali melakukan pembayaran atas nama pasien yang bernama Ayuna. Oleh karena itu, kami tidak bisa menindak lanjuti perawatan atas nama nona Ayuna."
Ayesha tertunduk lesu, ia bingung harus mencari uang kemana lagi. Semalam dokter yang menangani Ayuna sudah memberitahu, jikalau Ayuna mesti segera melakukan operasi. Oleh karena itu, setelah dokter keluar dari ruangan Ayuna, Ayesha juga ikut keluar dengan tujuan mencari uang untuk melakukan operasi sang adik. Namun sampai sepagi ini, Ayesha belum juga mendapatkan uang tersebut.
"Lalu adik saya dimana sekarang, Mbak?" Ayesha menanyakan keberadaan sang adik.
"Untuk Nona Ayuna sendiri sudah kami alihkan keluar ruangan yang berada di pojok sana. Mbak bisa lurus saja, nanti belok ke kanan."
Ayesha langsung berjalan sesuai arahan yang di beritahu tadi. Ia tidak menyangka sang adik malah di letakkan diluar ruangan bukan di dalam kamar pasien.
Dari jauh Azlan memperhatikannya, tanpa berniat membantu Ayesha. Azlan malah berlalu begitu saja, setelah melihat bagaimana masalah yang Ayesha alami.
"Assalamualaikum ..." Setelah mengetok ruangan sang Papa di rawat, Azlan berjalan masuk.
"Waalaikumsalam, ternyata kamu sudah sampai kesini Nak? Padahal Mama baru saja menghubungi Mbok untuk mengantarkan makanan buat Mama." Vira tersenyum ke arah puteranya yang masih berada diluar pintu. Hari ini, Vira sedikit berbahagia karena sang suami sudah mulai sadar.
"Bagaimana keadaan Papa, Ma?" Azlan meletakkan kotak makanan yang dibawanya barusan.
"Alhamdulillah beberapa jam yang lalu, Papa sudah mulai sadar dan sekarang karena masih pengaruh obat yang di berikan dokter. Papa masih tertidur." Azlan mengangguk mengerti, ia berharap sang Papa bisa kembali sembuh seperti sebelumnya.
Tok
Tok
Tok
Seseorang berjalan masuk kedalam ruangan Rezel. Dengan langkah angkuh, ia berjalan menghampiri Azlan dan Vira yang terlihat terperangah akan kehadirannya. Vira maupun Azlan tidak menyangka, wanita itu mengetahui Papa Rezel saat ini sedang sakit dan dirawat di rumah sakit ini.
Ya, wanita itu adalah Kinanti. Dengan dandanan yang begitu menor dan pakaian minim yang melekat ketubuhnya, ia berjalan mendekati Rezel yang masih tertidur.
Tangan Kinanti terulur membelai kepala Rezel. Ada rasa tidak rela di hati Vira sendiri, saat melihat sang suami di dekati oleh wanita yang ada di masa lalunya.
"Sayang bangunlah ..., aku datang menjengukmu." Kinanti perlahan mengecup kening Rezel dihadapan Vira dan Azlan. Tentu itu semua dilakukan Kinanti agar keluarga Rezel semakin terpecah.
"Sayang ..., kamu begitu nyenyak tidurnya sampai-sampai saat aku datang malah tidak tahu." Suara Kinanti mendayu-dayu, ia ingin melihat istri dari Rezel semakin sakit hati akan kedatangannya.
"Brengsek kau wanita sialan ...!" Vira menarik tangan Kinanti yang tadinya ingin menyentuh sang suami kembali.
Kinanti yang diperlakukan seperti itu oleh Vira tidak terima dan berusaha melepaskan pegangan tangan Vira yang sangat menyakiti pegelangan tangannya.
"Eits ... kau tidak boleh marah! kau hanya seorang istri yang hanya di jadikan pajangan tapi ... aku adalah selingkuhannya yang selalu memanjakannya di ranjang." Kinanti tertawa culas setelah mengatakan itu, ia yakin setelah ini Vira akan kembali mengamuk dan tentunya tidak terima akan hal itu.
Dada Vira kembali sesak mendengarnya. Ternyata sang suami hanya menganggapnya sebagai istri pajangan, pantas saja Rezel jarang sekali meminta haknya. Ternyata wanita inilah yang memanjakan sang suami dan pernah Rezel tidak pulang ke rumah beberapa hari, apakah karena wanita ini?
Kinanti kembali mendekati ranjang Rezel. "Kamu dengar sendiri sayang, aku sudah memberitahukan istri sahmu. Setelah ini kita bakal bebas bersama kembali, tampa takut ketahuan!" Kinanti kembali bersorak kegirangan saat melihat Vira maupun Azlan hendak maju mendekatinya. Sebenarnya, Kinanti mengharapkan Azlan lah yang maju menamparnya atau melakukan hal lainnya. Namun tentu pemikirannya tidak akan mungkin terjadi, karena Azlan sendiri masih berada di dekat jendela sana. Vira malah menghentikan langkah sang putera untuk mendekati Kinanti.
"Kau benar-benar brengsek! kau pikir, aku bakal percaya dengan ucapanmu! Kau salah, karena aku lebih mempercayai suamiku sendiri ketimbang kau yang hanya orang luar." Vira menahan sesak di dadanya, ia tidak ingin memperlihatkan rasa benci kepada sang suami didepan pelakor. Vira berusaha terlihat baik-baik saja meskipun didalam hatinya mempercayakan ucapan Kinanti.
Azlan meremas jari-jari tangannya, ada rasa sesak dihati yang berusaha ditahan. Ingin mendekat dan mencekik Kinanti, namun rasa takutnya lebih besar ketimbang apapun.
Melihat Kinanti di depan matanya saja sudah membuat Azlan berkeringat dingin, wajah Azlan terlihat pucat dan tubuhnya seakan menggigil. Vira yang menyadari hal itu dengan segera menarik tangan Kinanti agar segera keluar dari ruangan suaminya di rawat. Meskipun dengan butuh perjuangan akhirnya Kinanti keluar.
"Jangan pernah kau mendatangi suamiku lagi atau jangan salahkan aku untuk mencelakaimu!" Vira menatap Kinanti dengan tatapan tajam. Namun ternyata seringaian dari wajah Kinanti membuat Vira terperangah dan merasa di jebak.
siapa itu pengamen ?
semogga Marco menemukan Ayesha