Rania Kirana seorang penjual cilok berprinsip dari kontrakan sederhana, terpaksa menerima tawaran pernikahan kontrak dari Abimana Sanjaya seorang CEO S.T.G. Group yang dingin dan sangat logis.
Syarat Rania hanya satu jaminan perawatan ibunya yang sakit.
Abimana, yang ingin menghindari pernikahan yang diatur keluarganya dan ancaman bisnis, menjadikan Rania 'istri kontrak' dengan batasan ketat, terutama Pasal 7 yaitu tidak ada hubungan fisik atau emosional.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!!
FOLLOW ME :
IG : Lala_Syalala13
FB : Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PKCD BAB 4_Senang Bisa Membantu
Gerbang Sarana Tirta Global
Di sudut jalan kecil, tepat di belakang gedung pencakar langit utama S.T.G. Group, Rani berdiri mematung. Gedung itu menjulang tinggi, dengan fasad kaca gelap yang memantulkan awan.
Di puncak gedung terpampang logo emas elegan yang ia lihat di mobil tadi Sarana Tirta Global (S.T.G.).
Rania merasa kakinya agak goyah. Ia memegang erat flash drive perak di saku celana training-nya.
Ia sadar, flash drive kecil ini adalah tiket sementaranya untuk melewati gerbang mewah yang dijaga ketat oleh dua satpam berpostur tinggi dan rapi.
Ia mendekati pos keamanan yang lebih kecil di belakang gedung, tempat mobil-mobil staf yang lebih rendah atau delivery biasa masuk. Ia memilih jalur ini karena merasa gerbang depan terlalu mengintimidasi.
"Permisi, Bapak. Saya mau bertanya," sapa Rania sopan kepada seorang satpam paruh baya yang sedang mencatat daftar tamu.
Satpam itu menatap Rania dengan pandangan penuh tanda tanya. "Ada perlu apa, Mbak? Ini bukan jalur umum. Kalau mau melamar kerja, silakan ke gerbang utama."
"Tidak, Bapak. Saya bukan melamar kerja. Saya hanya ingin mengembalikan barang milik salah satu petinggi perusahaan ini," jelas Rania, mengeluarkan flash drive itu.
"Barang ini jatuh tadi pagi di warung kopi dekat terminal. Saya yakin ini sangat penting." ucap Rania.
Satpam itu mengambil flash drive itu dan meninjaunya. Matanya melebar sedikit saat melihat kualitas dan model flash drive yang tidak biasa. "Ini... Tuan siapa, Mbak?"
"Saya tidak tahu namanya, Bapak. Dia memakai jas hitam, mengendarai sedan hitam, dan tadi sedang menelepon seseorang bernama Rendra," kata Rania, berharap deskripsi itu cukup spesifik di lingkungan kantor ini.
Satpam itu berpikir keras, lalu wajahnya berubah cerah. "Ah! Kalau jas hitam, sedan hitam, dan ada Rendra-nya... itu pasti Tuan Abimana Sanjaya! Beliau adalah Chief Strategy Officer (CSO) di sini, dan Rendra itu kepala asistennya. Benar, Rendra selalu panik kalau Tuan Abimana kehilangan barang." ucap satpam tersebut.
Abimana Sanjaya. Itu nama sang Pria Tanpa Senyum. Nama yang terdengar kokoh dan berwibawa, sangat cocok dengan sosoknya.
"Bisa bantu saya menemui Tuan Rendra, Bapak? Saya tidak perlu bertemu Tuan Abimana, yang penting barang ini sampai ke tangan yang tepat," pinta Rania.
Setelah menimbang-nimbang, dan melihat ketulusan di mata Rania serta nilai flash drive di tangannya, satpam itu mengangguk.
"Baiklah, Mbak. Tapi Mbak harus tunggu di lobi karyawan. Saya akan hubungi Tuan Rendra." ucap ak satpam tersebut.
Lima belas menit kemudian, Rania duduk di kursi tunggu lobi yang empuk dan dingin, kontras dengan bangku kayu hangat di Warung Kopi Bang Jaelani.
Ia mengenakan pakaian yang sama, dan tas ransel berisi sisa dagangannya ia letakkan di lantai, jauh dari pandangan.
Ia merasa sangat tidak nyaman, seperti ikan air tawar yang tiba-tiba dimasukkan ke air laut yang asin.
Tak lama kemudian, seorang pria muda berwajah cerdas, berpakaian sangat rapi dengan ID card tergantung di leher, menghampirinya dialah Rendra.
"Anda yang menemukan ini?" tanya Rendra langsung, suaranya cepat dan efisien.
Rania segera berdiri. "Ya, Bapak. Tadi pagi, Tuan Abimana Sanjaya menjatuhkannya di warung kopi tempat saya menitipkan dagangan. Saya yakin isinya penting, jadi saya langsung cari tahu ke sini."
Rendra menghela napas lega, memegang flash drive itu seolah itu adalah emas batangan.
"Astaga! Terima kasih banyak, Mbak! Anda tidak tahu seberapa pentingnya ini. Tuan Abimana sedang pusing mencarinya. Ini berisi draf akhir perjanjian $200$ juta." seru Rendra dengan perasaan lega.
Rania hanya bisa membulatkan mata. $200$ juta? Angka yang bahkan tidak bisa ia bayangkan.
"Saya hanya menjalankan kewajiban saya, Bapak. Saya senang bisa membantu," ujar Rania dengan tulus.
Rendra menatap Rania. Ekspresinya melunak. Ia melihat pakaian Rania yang sederhana, tas ransel yang agak lusuh.
"Mbak... Anda sudah bersusah payah datang ke sini, bahkan mengeluarkan biaya transportasi, hanya untuk mengembalikan ini. Tuan Abimana pasti sangat menghargainya. Tunggu sebentar, saya akan sampaikan ini padanya." seru Rendra menghargai usaha Rania.
Rendra bergegas naik lift ke lantai eksekutif. Rania ditinggalkan sendirian lagi di lobi.
Ia kembali duduk, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdebar kencang. Ia hanya ingin semuanya cepat selesai, agar ia bisa kembali ke dunianya, kembali menjual cilok, dan melupakan angka $200$ juta itu.
Sementara Rania menunggu, mari kita kenali siapa sebenarnya Abimana Sanjaya itu.
Abimana Sanjaya (32 tahun) bukan hanya seorang eksekutif biasa. Ia adalah whiz kid di dunia bisnis.
Lulusan terbaik dari Harvard Business School, ia menolak bekerja di New York atau London, memilih kembali ke Indonesia untuk memimpin divisi strategi di perusahaan milik ayahnya, S.T.G. Group.
Karakteristik Utama seorang Abimana adalah Pertama keprofesionalan mutlak, bagi Abimana waktu adalah aset yang paling berharga.
Ia dikenal sangat disiplin, dingin, dan efisien. Ia tidak pernah tersenyum di kantor, dan kalimatnya selalu ringkas, padat, dan langsung ke inti masalah. Emosi adalah kelemahan, dan ia menguasai dirinya dengan kontrol penuh.
Kedua filosofi bisnis, ia percaya bahwa kesuksesan harus dicapai melalui perencanaan matang, analisis data yang brutal, dan implementasi tanpa cela.
Di mata karyawannya, ia adalah arsitek yang brilian tetapi menakutkan, yang bisa merobohkan sebuah proyek hanya karena ada satu data yang tidak valid.
Ketiga kehidupan pribadi, jauh dari sorotan publik, Abimana menjalani hidup yang sangat tertutup.
Ia tinggal di sebuah penthouse mewah, tetapi rutinitasnya hanya berkisar antara kantor, gym, dan perpustakaan pribadinya.
Ia belum menikah, dan media gosip sering berspekulasi tentang kehidupan cintanya, yang selalu ia tepis dengan dingin.
Hubungan pribadinya sangat minim, hanya sebatas rekan bisnis dan beberapa teman lama dari luar negeri.
...****************...
Pagi itu, Abimana berada di Warung Kopi Bang Jaelani bukan karena sengaja.
Mobilnya memang mengalami kerusakan kecil di mesin pendingin setelah ia mengantar ayahnya ke bandara Subang.
Sambil menunggu montir datang, ia terpaksa mencari tempat terdekat untuk minum kopi sesuatu yang ia butuhkan untuk memulai hari, meskipun ia terbiasa dengan kopi single origin yang diolah sempurna.
Kopi pahit di warung itu, yang ia anggap terlalu "kasar" baginya, adalah pengorbanan kecil untuk mempertahankan fokusnya.
Kehilangan flash drive itu benar-benar membuatnya panik.
Kontrak $200$ juta yang Rendra sebutkan itu akan menjadi proyek terbesarnya tahun ini, sebuah proyek yang akan menentukan promosi dan reputasinya. Ia telah kehilangan data yang sangat rahasia.
Saat Rendra melaporkan bahwa barang itu ditemukan oleh seorang gadis penjual makanan dari warung kopi, Abimana hanya menjawab dingin,
"Pastikan data itu aman, Rendra. Berikan kompensasi yang layak padanya, dan segera suruh dia pergi. Saya sibuk." ucapnya begitu dingin sekali.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
ayak ayak wae...
di tunggu updatenya