Di malam pertama pernikahannya, Siti mendengar hal yang sangat membuatnya sangat terluka. Bagaimana tidak, jika pernikahan yang baru saja berlangsung merupakan karena taruhan suaminya dan sahabat-sahabatnya.
Hanya gara-gara hal sepele, orang satu kantor belum ada yang pernah melihat wajah Siti. Maka mereka pun mau melihat wajah sebenarnya Siti dibalik cadar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Sudah berulang kali Gio menguap kuat, rasa kantuknya tidak bisa ditahannya. Dia pun melepas jas lalu dasinya, melepaskan tiga kancing teratas. Kemudian membasahi wajah dan rambutnya.
Kemudian dia mengeluarkan botol wine dari lemari yang ada di ruangan pribadinya. Membawanya keluar dan menaruhnya di atas meja.
Siti menatapnya biasa, dia juga tahu kebiasaan pria itu. sejak satu tahun lalu. Bukan urusannya juga, toh pria itu tidak sayang pada dirinya sendiri jadi untuk apa dia peduli. Siti tetap sibuk dengan pekerjaannya yang sedikit lagi selesai.
Satu gelas wine sudah habis ditenggaknya, perlahan rasa kantuknya mulai berkurang. Tapi pekerjaannya belum bisa dipegangnya, dia masih menikmati wine yang selalu menjadi sahabat sejatinya di saat yang lain tidak bisa menemaninya.
Dengan mata sayu tatapan tetap tertuju pada Siti, inilah dia, dirinya sendiri. Gio ya Gio, menjadi dirinya di saat sekarang bersama Siti, wanita yang dinikahinya karena alasan receh. Tapi kenapa juga dia mau melakukan itu?.
"Kamu pasti sangat berusaha saat duduk di bangku kuliah," tebak Gio sambil memegangi gelas yang baru diisi wine. Dia sudah tahu kegigihannya Siti tapi dia mau mendengar dari sisi lain.
"Betul sekali, kalau tidak begitu aku tidak akan berada di sini." Tanpa melihat lawan bicara. Untuk apapun dia harus berusaha lebih keras lagi, apalagi setelah Ibunya meninggal dunia. Hidup dijalaninya terasa sangat berat dan keras.
"Harus bersaing dengan berapa ratus orang?."
Barulah Siti mengangkat wajahnya menatap Gio.
"Ratusan sih."
Gio menatapnya datar lalu meneguk habis winenya.
Di tengah kesibukan meraka dalam menyelesaikan pekerjaannya, sesekali terselip cerita dari masing-masing saat masih duduk di bangku kuliah.
Pagi-pagi sekali Siti dan Gio baru keluar dari kantor, tidak ada orang yang berlalu lalang seperti biasa karena kantor libur. Gio dan Siti masuk ke dalam mobil, langsung saja Gio tancap gas.
Gio membuka pintu dan langsung duduk di sofa, menaruh tas kerjanya di meja. Tubuhnya sangat lelah dan dia langsung berbaring di tempatnya sekarang. Matanya langsung terpejam, tidak mendengar lagi apa yang dikatakan Siti.
Wanita itu menghampiri Gio, pantas saja tidak ada suaranya lagi, orangnya sudah tidur pulas. Siti pun beristirahat di kamarnya setelah membawa air putih. Tidak lupa Siti mengunci pintu kamarnya, dia melepas hijab dan cadar yang selalu menutupinya selama berada di dekat Gio. Siti membersihkan tubuhnya dan langsung tidur sambil memeluk guling.
Waktu sudah sore saat Gio hanya menggunakan boxer berwarna hitam berseliweran bebas di dalam apartemen. Entah dia lupa keberadaan Siti di sana atau memang tidak peduli jika Siti melihatnya. Dia menyempatkan diri berolahraga di sudut ruangan yang berdinding kaca.
Keringat bercucuran membasahi tubuh atletis Gio. Memberi warna lain pada kulitnya dan meninggalkan kesan seksi. Mata-mata genit wanita tidak ada yang berkedip jika menyaksikan Gio saat ini. Makanya sekarang dia lebih memilih berolahraga di sudut ruangan apartemennya.
Setelah selesai Gio ke dapur, membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Betah berlama-lama di sana sampai dia memasak dan menyajikannya di atas meja makan. Dia merapikan dan membersihkan area dapur yang tadi kotor karena kegiatan memasaknya.
Keluar dari dapur Gio berpapasan dengan Siti yang sekarang mematung diam di tempat dengan mata yang terpejam. Gio tersenyum tengil, dia tidak segera pergi dari sana. Jutsru dia berdiri di dekat Siti untuk menggoda wanita itu.
"Aku sudah halal kamu lihat loh, Siti. Kalau mau aku bisa telanjang untuk kamu."
"Sebaiknya kamu segera berpakaian!," masih memejamkan mata.
Siti bergerak mundur kala Gio meniup matanya, hembusan napasnya pun sangat meresahkan. Aroma mint menguar dari mulutnya Gio.
Sekarang Gio yang mematung, tangannya bergerak naik ke atas. Atas suatu dorongan yang memberanikannya untuk menyentuh cadar Siti dan bermaksud menariknya. Tapi dengan sigap Siti menahan Gio bersamaan dengan mata yang terbuka.
Tatapan keduanya sangat tajam dan perlahan tangan Gio kembali turun setelah dilepaskan oleh Siti. Kemudian keduanya sama-sama menjauh.
*
Pekerjaan yang menumpuk di atas meja mulai dikerjakan Siti. Libur dua hari membuat pekerjaannya menjadi sangat banyak, belum lagi karena ini akhir bulan. Semuanya harus tutup buku yang tersaji dalam bentuk laporan. Dia juga memiliki tanggung jawab besar untuk memeriksa dengan detail setiap uang perusahaan yang keluar.
Asih datang menghadap Siti, ada sesuatu yang ingin dibicarakannya.
"Pak Teo memintaku melakukan itu lagi."
"Lebih besar atau lebih kecil dari yang kemarin?."
"Lebih besar dan aku bingung aku harus apa."
Siti menatap Asih yang sangat jelas terlihat frustrasi sekali. Memang serba salah berada di posisi yang tidak mengenakan itu. Sama-sama ada resiko yang akan ditanggungnya. Tapi sebagai seorang yang menjunjung tinggi kejujuran, Siti bisa dengan sangat tegas menolaknya walau posisinya sendiri yang menjadi taruhannya.
"Tolak permintaannya."
"Bagaimana dengan karirku?."
"Kamu mau bekerja di bawah tekanan seperti ini? Selalu bertentangan dengan hati nurani kamu." Sebab Siti tahu pribadi Asih yang sangat baik.
"Bukan hanya pekerjaanmu saja tapi pekerjaanku juga ikut terseret."
Asih diam, sangat dilema memang. Bekerja di perusahaan besar dengan gaji tinggi sangat membantu keluarganya dan dia sendiri bangga. Dulu dia tidak pernah dihadapkan pada keadaan dilema.
Mengikuti perintah Teo atau saran Siti.
Siti duduk termenung di kursi kerjanya, membaca laporan keuangan yang dibuat Asih. Asih tetap mencantumkan nominal yang sesuai dengan perintah Teo. Kali ini dia harus menyelesaikan sendiri.
"Aku tidak bisa acc untuk kedua laporan keuangan yang buat Asih."
"Kamu tidak dirugikan dalam masalah ini, untuk apa kamu repot-repot mengurusnya?."
"Tapi aku yang memegang tanggung jawabnya."
Teo tersenyum lalu mengambil laporan keuangan yang dikembalikan Siti. Jika keadaan keluarganya aman dia tidak akan mengambil jalan curang ini. Ini semua berawal dari Papanya yang terjerat utang hingga menyentuh angka satu M hanya karena seorang wanita murahan dari dunia malam. Dan sekarang dia harus segera melunasinya jika tidak mau sahamnya diambil alih.
Tapi untuk bercerita pada sahabat-sahabatnya sangat sungkan karena menurutnya ini hal sangat memalukan. Papanya terlibat skandal dengan wanita murahan yang bukan dari kalangan mereka.
Setelah ini dia tidak akan melakukan itu lagi karena dengan dua nominal ini sudah menutupi utang-utang Papanya.
Laporan bermasalah itu sudah ada di meja Gio saat Teo tidak bisa diajak bicara baik-baik oleh Siti. Gio diam sambil terus memeriksa bukti-buktinya. Siti tidak memiliki alasan untuk merusak persahabatan di antara Teo dan Gio tapi ini masalah pekerjaan.
Gio dan Teo sudah duduk di depan bar tender, keduanya sama-sama minum.
"Butuh uang berapa?."
Teo diam dan tak lama melempar gelas setelah meneguk winenya.
Prang
Siti hamil anak Gio
saat kejadian malam kelam yg lalu,AQ yakin bahwa yg tidur dgn Teo bukanlah Siti melainkan Asih
tetap semangat berkarya kak 💪💪🙏🙏
semoga asih n teo dpt karma yg lebih kejam dari perbuatan nya pada siti