"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."
"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."
Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.
Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.
Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?
ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4
"Selamat datang di SMA Manggala tuan Lysander." sapa kepala sekolah.
Edgar tersenyum tipis kemudian mengangguk, dia berjalan bersama asisten pribadinya, Theodore. Mereka berjalan menuju ruang rapat bersama kepala sekolah dan beberapa petinggi sekolah lainnya.
Beberapa murid yang melihat Edgar berjalan didepan kelas mereka seketika memekik kegirangan. Mereka banyak mengabadikan Edgar yang tampan dan tinggi itu.
"Kalau saja mereka tahu Ed sudah menikah." gumam Theodore.
"Bagaimana perkembangan sekolah, apa semua berjalan lancar?" tanya Edgar pada kepala sekolah.
"Semua berjalan sesuai rencana tuan, dua minggu lagi sekolah akan mengadakan outing class ke museum. Jika berkenan, saya harap anda bisa meluangkan waktu untuk ikut bersama kami."
Edgar mengangguk. "akan saya usahakan."
Rombongan petinggi sekolah SMA Manggala sampai di ujung koridor ruang rapat. Yang menarik perhatian Edgar adalah, seorang gadis yang tengah menatap ke arahnya. Sepertinya dia tak asing pada gadis itu. Pikir Edgar.
Di tempatnya, Odelia masih berdiri terpaku dengan wajah berbinar. Dia tak menyangka akan bertemu dengan pria di club semalam.
"Tuhan, kalo dilihat di pagi hari gini ternyata beneran tampan." ucap Odelia.
"Odelia, ngapain kamu masih disini? Sana masuk kelas." ucap guru BK.
"Bentar pak, saya.."
"Udah nggak usah tapi-tapian. Sana ke kelas, ruangan ini akan segera dipakai." usirnya.
Odelia masih terus menatap pria tampan yang hampir sampai di depannya, namun lengannya segera di tarik oleh guru BK itu untuk menjauh dari sana.
Terpaksa Odelia mengikuti langkah guri BK itu, namun kepalanya masih menoleh ke belakang untuk melihat pria tampan berjas hitam itu sambil tersenyum manis.
Theodore menatap gadis yang diseret oleh salah seorang guru dengan tatapan herannya. Dia kemudian meraba lehernya pelan.
"Ada apa Theo?" tanya Edgar.
"Itu bos, gadis tadi apa nggak sakit lehernya jika terus melihat ke belakang seperti itu." jawabnya.
Edgar menoleh ke belakang, benar yang dikatakan asistennya. Gadis itu terus menatap ke arahnya sambil tersenyum manis, bahkan Edgar melihat gadis itu mengedipkan sebelah matanya genit.
Edgar mengerutkan keningnya heran melihat gadis itu, dia mendengus pelan kemudian masuk ke ruang rapat.
Odelia diantarkan guru BK itu sampai ke dalam kelasnya.
Tok.
Tok.
Ceklek.
"Maaf menganggu waktunya Pak, saya mengantarkan Odelia. Tadi dia telat jadi saya beri hukuman terlebih dulu."
"Baik, terima kasih pak."
"Odelia, silakan duduk."
Odelia mendengus sebal lalu pergi ke mejanya. Saat Odelia duduk, kedua sahabatnya langsung mencondongkan tubuh mereka ke arah Odelia.
"Disuruh ngapain lo sama pak kumis?" tanya Zara.
"Gue disuruh bersihin ruang rapat njir. Pegel semua tangan sama kaki gue."
Cessa terkikik geli. "Perdana banget Odelia megang sapu." cibirnya.
"Tapi guys, gue bersyukur banget hari ini telat."
"Kenapa?" tanya Zara dan Cessa bersamaan.
"gue bisa ketemu om tampan itu lagi." ucap Odelia sambil melihat ke atas dan tersenyum manis.
Zara dan Cessa saling tatap dengan pandangan heran.
"Om tampan? Siapa?" tanya Zara.
"Tck, pria yang di club tadi malem." jawab Odelia kesal.
"Nggak mungkin anjir, ngapain tu om-om disini? Jangan ngaco deh Del." ucap Cessa.
Zara menganggukkan kepalanya. "Iya, gue setuju sama Cessa. Lagian lo kan semalem tipsy, mana mungkin lo inget?"
"Gue masih inget dengan jelas wajah om tampan itu ya. Ih, pokoknya gagah banget. Idaman gue banget." ucap Odelia sambil tersenyum gemas.
Zara dan Cessa mendelik sinis, mereka geli melihat tingkah Odelia yang kelewat imut itu.
"Aston dilupain nih?" tanya Zara.
Odelia yang semula sumringah langsung mendatarkan wajahnya.
"Nggak tau."
●
●
Pada jam istirahat, Odelia mengajak kedua sahabatnya untuk melipir ke ruang rapat terlebih dahulu.
"Kita mau ngapain anjir?" tanya Cessa.
"Tau nih Odel, gue udah laper banget nih." ucap Zara sambil mengelus perutnya.
Odelia berjinjit untuk mengintip ke dalam ruang rapat dari jendela, namun di dalam sana sudah tak ada siapa-siapa. Hanya ada beberapa staf yang tengah membersihkan ruangan itu.
"Yah, udah pergi." gumam Odelia.
"Emang lo beneran lihat om-om itu Del?" tanya Cessa.
Odelia mengangguk mantap. "Beneran, gue nggak bohong."
"Udah pulang berarti tu om-om."
Odelia mencebikan bibirnya kecewa, kepalanya menoleh ke belakang dimana ruang rapat berada dengan tatapan sendunya.
"Udah nggak usah dipikirin, mending kita ke kantin aja." ajak Zara sambil merangkul pundak Odelia.
"Kalo jodoh mah nggak bakal kemana Del, asal belum punya istri aja." ucap Cessa.
Odelia menatap Cessa dengan tajam. "Nggak mungkin."
"Dia ganteng begitu anjir, mana ada cewek yang bisa nolak pesonanya." ujar Cessa tak mau kalah.
"Setampan apa sih orangnya?" tanya Zara, karena hanya dia yang tak melihatnya kemarin.
"Pokoknya ganteng, tapi awas lo. Om-om itu udah gue tandain." ucap Odelia sambil menunjuk Zara.
"Santai anjir, selera gue bukan om-om."
Zara dan Cessa kemudian tertawa bersama dan membuat Odelia semakin kesal. Setelah puas menggoda Odelia, mereka kemudian pergi bersama menuju kantin.