_tidak akan aku biarkan kau mendekati adikku Hans_
Gumam Samuel.
lalu Hans pergi dari ruangan Samuel dengan rasa kesal dan geram, ia sangat marah kepada Samuel.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jestimjaber, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04
" Princess..Luna!!" Teriak Samuel saat masuk ke rumah.
" Aku diruang Tv kak, kesini lah" ia menyahut teriakan kakak nya, samuel langsung berjalan ke arah ruang tv
ia menatap adik nya setelah itu ia duduk di samping Luna ia membelai lembut rambut sang adik, ia juga menatap Luna dengan sangat tulus
" Kakak darimana?" Samuel masih menatap Sang adik
"dari salon" Sontak Luna langsung mengerutkan dahi nya
" kakak habis smoothing?" Samuel langsung menyentil jidat adik nya
" Aww sakit, kakak ini suka sekali nyakitin adek nya" Samuel hanya tertawa mendengar nya " Al dimana?"
" Diruang kerja" Samuel langsung berdiri dan menyusul Alvaro keruang kerja, sedang Luna melanjutkan rebahan nya.
.
Saat Samuel memasuki ruangan tersebut ia melihat Alvaro sedang berkutat dengan pekerjaan nya, ia langsung duduk di sofa sebelah kursi Alvaro. Varo yang melihat Samuel datang hanya melirik sebentar
" Darimana lu?" Samuel memiringkan sedikit wajah nya menatap Varo
" Biasa nemuin cewe gila" Varo tidak lagi menanggapinya
" Oh iya Al lu belum dapat kabar apapun dari anak buah lu?" lanjut Samuel
Alvaro menggeleng, Samuel kembali menyenderkan Badan nya di sofa. Setelah pihak maskapai memberhentikan pencarian para korban Alvaro langsung menyuruh orang untuk mencari nya lagi paling tidak dapat data data terakhir sebelum penerbangan.
" Terus apa yang lu lakukan sama wanita tadi?" Samuel langsung berjalan mendekat ke arah Tempat duduk Alvaro
" Wanita gila itu bilang kalo dia hamil anak gue" Alvaro Terkejut mendengar jawaban adik nya itu, ia menatap tajam samuel
" Tenang itu bukan perbuatan gue, gue pastiin engak bakal ngerusak nama baik Brahmana" Lanjut Samuel, Alvaro langsung memalingkan wajah nya
" Kalo dia hamil bukan sama lu terus sama siapa? " Samuel langsung mengambil handphone nya dan memutar vidio wanita tersebut dengan pria lain
" Matikan Vidionya!" Ucap Alvaro dengan sedikit lantang, setelah itu tanpa perkataan apapun lagi Samuel keluar dari ruangan tersebut
Ia sudah tidak melihat Luna di depan ruang Tv lagi mungkin sudah balik ke kamar pikir nya, ia langsung menaiki tangga menuju ke kamar nya membersihkan diri dan beristirahat. Malam hari nya sekitar pukul setengah delapan malam Luna keluar kamar karena tadi di panggil bibi untuk makan malam
" Kak Al sama Kak sam kemana bii?" Bibi langsung memberhentikan aktifitas nya dan menatap Luna
" Tuan Al tadi berpamitan kata nya ada kerjaan mendadak Non, kalo Tuan Sam tadi pergi dijemput teman kata nya urusan kerja "
Luna mengangguk mendengar penjelasan dari bibi nya, tanpa perkataan apapun lagi ia langsung mengambil Nasi dan makan sendiri. Memang setelah kepergian kedua orang tuanya Luna sering merasa kesepian tidak ada lagi gelak tawa seperti dulu bahkan kedua kakak nya semakin sibuk dikantor karena harus mengurusi pekerjaan.
Sebenarnya ia merasa sangat sedih namun bagaimana pun ia harus berdamai dengan semua itu. Setelah selesai makan Luna langsung kembali menuju ke kamar nya dan berbaring di kasur ia mulai menutup mata nya.
.
Pagi hari nya, Luna masih sarapan sendiri karena kedua kakak nya belum juga pulang setelah itu ia diantar sekolah oleh supir. dari sejak Pagi Luna sudah murung terus entah kenapa ia merasa rindu sekali dengan Ibu nya .
" Lun nanti ke kafe yang kemarin yuk" ajak jesika. Saat ini meraka sudah berada di kelas karena guru sedang rapat jadi kelas lumayan sepi
" Em..gue lagi engak pengen jes" Jesika mengerutkan keningnya " Lu sakit?"
Luna menggeleng, jesika langsung menyentuh kening Luna dan benar saja badan dia tidak panas. Tapi kenapa dengan sahabatnya ini
" Ayolah, lu lagi bete sama kakak lu? Ini kesempatan buat baikin mood lu kan, lagipula tadi gue denger nanti balik lebih awal "
Luna berfikir sejenak lalu ia mengiyakan ajakan sahabatnya itu, ada benar nya juga daripada larut dalam kesedihan nya terus.
Waktu begitu cepat berlalu pukul satu siang mereka sudah diperbolehkan pulang padahal biasanya sekolah pulang pukul setengah tiga sore. jesika langsung memesan taxi tak lama kemudian taxi datang dan mereka segera pergi
Setelah membayar melalui aplikasi mereka turun dari taxi dan masuk kedalam, mereka masih menggunakan seragam sekolah nya hanya di tutupi oleh sweater saja. Mereka langsung menuju ke meja bar dan memesan minum, sudah banyak orang dewasa saling berdatangan bahkan mereka banyak melihat para pria dan wanita saling berciuman dan berjoget
Entah kenapa Luna semakin suka dengan tempat tempat seperti ini, padahal dulu papa dan Mama nya sangat melarang ia masuk kedalam tempat seperti itu. Apalagi Alvaro dan Samuel ia sangat mengekang adik nya untuk masuk kedalam tempat keramat seperti ini
" Lun, gue ke toilet dulu ya udah kebelet" Luna mengangguk, Jesika langsung meletakkan tas nya di samping luna dan pergi begitu saja
Luna masih asik memperhatikan mereka berjoget, tanpa memperhatikan sekitar namun tiba tiba ada sosok pria yang menyenggol lengan nya membuat Gelas yang ada ditangan nya pecah.
Prang!!!!
" Sorry sorry" Luna langsung melihat ke bawah, gelas yang ia pegang tadi benar benar pecah
_aduh bagaimana ini, gelas nya benar benar pecah_
Luna langsung berjongkok hendak mengambil serpihan gelas tersebut namun tiba tiba..
" Aww " Sosok pria yang ada di depan nya langsung berjongkok, ia memasukan jari Luna yang berlumuran darah kedalam mulut nya.
Jangan ditanya lagi ada sensasi luar biasa yang Luna rasakan, bahkan pria tersebut menatap Luna tanpa berkedip sedikitpun
" Kamu tidak apa apa?" Luna langsung menggelengkan kepala nya, namun ia masih merasakan perih di jarinya
" Sepertinya ini sakit sekali, Mari saya obati" Ia membantu Luna untuk berdiri. Dan tak lama seorang pelayan datang
" Tolong bersihkan gelas nya" Ucap pria tersebut kepada seorang pelayan. Pelayan itu mengangguk
Luna langsung dibawa kesebuah ruangan, pria tersebut langsung mengambil kotak P3K dan dengan telaten mengobati jari Luna yang terluka, Luna sedikit meringis karena menahan sakit nya. Setelah selesai pria tersebut berdiri dan meletakan kembali kotak P3k tersebut
" Kamu masih sekolah ya?" Luna mengangguk. Entah dari tadi dia tidak bersuara apapun
Pria tersebut mengangguk, lalu terdiam sesaat Luna memperhatikan pria tersebut dari atas sampai bawah. Pakaian nya sangat sederhana bahkan baju yang ia kenakan hanya kaos lengan pendek dan celana jeans yang warna nya sudah hampir pudar ia juga menggunakan sendal slop berwarna hitam.
" Kamu kenapa ke tempat seperti ini, apa orang tuamu tidak memarahi mu?" Luna menggeleng.
" Mama dan Papa ku sudah meninggal" Hanya itu jawaban Luna, pria tersebut menatap lekat bola Mata Luna
_jadi cewe ini yatim piyatu, kasihan sekali tapi yang gue lihat ini cewe kaya orang bule Kulit nya putih, hidung mancung, dan body nya juga bagus_
Gumam pria tersebut dalam hati nya, tak lama pintu ruangan tersebut terbuka, terlihat sosok pria berbadan besar dengan menggunakan pakaian formal berjalan tertatih tatih dan dibelakang nya di ikuti dua pria yang berpakaian serba hitam.
" Kalian semua keluar biar cewe ini jadi urusan gue" Perkataan pria tersebut membuat bulu kuduk Luna berdiri
_Urusan gue? Apa maksud pria tersebut?_
seketika badan Luna terasa panas dingin jantung berdetak begitu kencang, bahkan tak lama pintu di tutup dan hanya tersisa Luna bersama pria berpakaian formal tadi.
" Hallo cantik" ia mendekati Luna sontak luna langsung berdiri dan hendak lari namun pergelangan tangan nya sudah di cengkram pria tersebut
" Mau kemana? Kita bersenang senang dulu" Air mata Luna sudah membasahi pipi nya. ia benar benar ketakutan
_jesika tolong gue, lu dimana...kak Al kak Sama tolong aku_
Gumam nya.
Air mata nya semakin deras bahkan pria itu sudah memeluk tubuh mungil Luna mencium pipi sembari meraba raba tubuh luna. Sweater yang tadi dipakainya sudah di lepas oleh pria tersebut.
Saat ini posisi mereka sangat intim, kepala pria tersebut sudah berada di ceruk leher Luna ia mengigit nya membuat Luna meringis, Luna sudah mencoba memberontak namun apa daya tenaga pria tersebut lebih besar darinya.
Namun tiba tiba...
Brak!!!!
Pintu ruangan tersebut dibuka begitu keras hingga membuat Telinga Luna seperti pecah namun pria tersebut tidak berpindah posisi sekalipun.
Bug!!
Bug!!
Dua pukulan mendarat di pipi kanan dan kiri pria tersebut membuat nya jatuh tersungkur dengan darah yang mengalir, Luna terkejut nya bukan main
" Kurang ajar baj*n*an" Pria tersebut langsung dipukuli kembali membuat muka nya babak belur
Iya, yang datang adalah Samuel. Tadi saat jesika balik ke meja bar ia tidak menemukan Luna disitu bahkan ia bertanya kepada orang yang berada di sekita Bar mereka bilang tidak melihat Luna. Namun ia menemuka handphone luna jatuh dibawah kursi yang tadi mereka duduki.
Ia semakin binggung dimana keberadaan luna tas dan barang barang luna dan dirinya masih berada di kursi bar tersebut tidak berpindah sedikitpun hanya handphone Luna saja yang tergeletak di bawah kursi. Jesika mencari kesana kemari namun sama sekali tidak melihat sosok sahabat nya itu, ia merasa cemas dan khawatir namun tiba tiba handphone Luna berdering
Ia langsung mengangkat dengan nada cemas, cukup jelas pria di sebrang sana mendengar nya. yang menelfon Luna adalah Samuel ia bertanya terus mengenai Luna awalnya jesika sempat ragu namun ia juga takut Luna kenapa napa akhirnya Ia menceritakan semua kepada Samuel dan benar saja tak butuh waktu lama samuel dan kedua anak buah nya datang dengan tatapan sangat mengerikan.
Bahkan seluruh orang orang yang berada di kafe tersebut terlihat sangat ketakutan, ia menghancurkan semua yang ada di kafe sempat dicegah satpam dan beberapa pegawai kafe namun mereka kalah dengan tenaga ketiga pria itu. Ia langsung membuka ruangan yang berada di lorong kafe dan membuka nya dengan cukup keras ia melihat sang adik sedang dicumbu oleh pria tua. Sontak emosinya meluap seperti orang kesetanan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...