NovelToon NovelToon
Crazy Rich Mencari Cinta

Crazy Rich Mencari Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:11M
Nilai: 5
Nama Author: Casanova

Mengisahkan seorang crazy rich, Ditya Halim Hadinata yang memperjuangakan cinta seorang gadis dari keluarga biasa, Frolline Gunawan yang tidak lain adalah kekasih keponakannya sendiri, Firstan Samudra.

Ikuti terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 : Nyonya Ditya Halim Hadinata

“Aku.. aku.. turut berduka, First,” ucap Frolline dengan canggung, menepuk pelan punggung mantan kekasihnya itu. Dia tersadar, ada Ditya sedang menatap tajam ke arahnya. Bahkan lelaki yang sekarang menjadi kekasihnya itu sedang mengepalkan tangan, berusaha menahan cemburunya.

“Fro, kita pulang sekarang,” ucap Ditya, tiba-tiba sudah meraih tangan Frolline agar gadis itu melepaskan diri dari pelukan Firstan.

Sekali tarikan halus, masih belum ada pergerakan, dua kali tarikan masih taraf lembut, Firstan masih belum mau melepaskan. Ditya sudah mengambil ancang-ancang akan akan menghempas kasar keponakannya, tetapi Frolline membuka suaranya. Setelah berulang kali, dia bisa merasakan gengaman erat pada pergelangan tangannya. Ditya bahkan menatap tajam padanya.

“First, aku pamit,” ucap Frolline, memilih menurut pada Ditya untuk pertama kalinya. Setelah tarik ulur dan drama selama ini, untuk kali pertama, Frolline memilih Ditya dibanding Firstan.

***

Langkah kasar Ditya sembari menautkan jemarinya pada jari-jari tangan gadisnya. Bibir terkatup dengan raut wajah tidak bersahabat, bungkam seribu bahasa. Matt, sang asisten setia hanya bisa mengulum senyum kala melihat tingkah bocah majikannya yang mulai menampakan sifat dominannya.

Tepat saat keluar dari pintu utama rumah sakit, mobil sedan hitam metalik dengan logo bintang tiga yang disopiri Han, terlihat berhenti. Matt, buru-buru berlari, membuka pintu belakang mempersilahkan Ditya dan Frolline masuk ke dalam.

Terlihat sedan lain dengan warna dan tipe sejenis mengekor di belakang. Kedua bodyguard berbadan kekar mengisi kursi depannya.

“Bos, kita kemana?” tanya Matt, sesaat menghempaskan tubuh lelahnya di kursi samping pak sopir.

“Pulang!” Jawaban padat, singkat namun sedikit tidak jelas. Bagaiamana tidak membingungkan, ketika kata pulang itu terucap, Matt jadi pusing sendiri. Di kursi belakang ada dua orang yang duduk bersisian tetapi tinggal di rumah berbeda.

Harus pulang ke rumah Frolline atau rumah majikannya?

“Bos?” tanya Matt, menggantung.

“Fro, malam ini menginap di tempatku. Di rumahmu tidak ada siapa-siapa. Aku khawatir meninggalkanmu sendirian di sana,” jelas Ditya, menoleh ke arah gadis di sisinya, bersiap menunggu jawaban.

“Aku mau pulang ke rumah saja,” bisik Frolline pelan.

“Tidak Han, pulang ke tempatku,” perintah Ditya pada sopirnya. Tidak terbantah dan tidak menerima penolakan.

Frolline melempar pandangannya. Saat ini, dia merasa Ditya seperti berbeda dari biasanya. Tidak selembut dan sepengertian kemarin-kemarin. Lelaki itu mulai menunjukan dominasinya di dalam hubungan mereka.

Ada secuil ketidaknyamanan yang tidak berani diungkapkan. Ada seberkas pemberontakan, yang melintas di pikirannya. Namun, mengingat jasa lelaki tampan yang sekarang sedang mengengam erat jemarinya, memaksa Frolline bungkam.

“Pulang ke tempatku sampai mamamu diizinkan keluar dari rumah sakit, Fro, aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian disana.”

“Mengenai mama, aku sudah meminta orangku berjaga di sana. Ada tim dokter juga yang mengawasi mama dua puluh empat jam. Kamu jangan khawatir, aku akan menjamin pelayanan terbaik untuk mamamu.”

Frolline menurut pada akhirnya. Dia sudah terlalu lelah. Lelah menangis, lelah berpikir, lelah dengan semua hal yang terjadi begitu tiba-tiba.

“Matt, kamu sudah memastikan keberadaanku tadi di pemakaman tidak menjadi sasaran empuk media kan?” tanya Ditya.

“Tidak Bos. Bodyguardmu itu sudah teruji.”

***

Masih dengan menggengam erat tangan Frolline, Ditya masuk ke dalam private lift yang membawa mereka menuju ke kediamannya. Matt berdiri di belakang dengan senyum terkulum memandang gengaman tangan yang begitu rapat seakan sulit dilepas.

Otak kotor Matt mulai mengembara, membayangkan malam-malam panjang yang bakal dilewati majikannya. Dia yakin bakal diusir lebih cepat dari biasanya.

Dentingan lift, menandakan mereka sudah sampai di kediaman Ditya Halim Hadinata. Masih dengan menggengam erat, Ditya membawa masuk Frolline.

“Fro, kamu boleh memakai kamarku malam ini,” ucapnya pelan, membuka pintu kamar tidurnya, mempersilahkan gadis yang berpakaian serba hitam itu masuk.

“Aku mau mandi, tetapi tidak ada baju ganti,” ucap Frolline, ragu-ragu.

“Matt! Siapkan pakaian ganti untuk Fro!” perintah Ditya, mendorong tubuh mungil Frolline memasuki kamar tidurnya perlahan.

“Sementara pakai kaos ku saja,” ucap Ditya memberi ide, menarik salah satu kaos keluaran brand ternama yang terlipat rapi, menumpuk di dalam lemari.

Berbalik menatap Frolline, gadis itu tertegun menatap indahnya interior di dalam kamar utama sang tuan muda.

“Fro...” Ditya menyerahkan kaos itu sembari tersenyum.

“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Ditya lagi.

“Kamarnya indah,” sahut Frolline singkat, masih memeluk kaos putih yang disodorkan lelaki tampan di hadapannya.

Mata indah itu masih mengedar ke sekeliling. Memandang penuh takjub pada dinding kaca, menampilkan lampu-lampu jalan dan gedung kota Jakarta yang tidak pernah ada matinya. Tidak hanya itu, dari dinding kaca bisa melihat jelas gemerlap taburan bintang yang mengelilingi rembulan malam.

“Ini akan menjadi kamarmu, kalau bersedia menjadi Nyonya Ditya Halim Hadinata,” bisik Ditya pelan.

Tanpa permisi kedua tangan Ditya sudah melingkar manja di pinggang ramping gadis yang masih terlihat imut di usia dua puluh dua tahunnya. Mendekap erat gadis yang membelakanginya. Berdiri, menatap pemandangan yang sama.

“Aku mencintaimu, Fro. Menikahlah denganku. Aku berjanji akan menjagamu dan mamamu,” bisik Ditya pelan, mengeratkan pelukannya.

Lamaran mendadak dan tanpa direncana itu tercetus begitu saja, buah dari cemburu dan kemarahan yang menyesak di dada saat melihat Frolline dipeluk oleh lelaki lain. Jiwa lelakinya tersulut dan membara. Dengan penuh perjuangan, ketika dituntut harus mengontrol semuanya, tidak menghajar Firstan di depan mata Frolline.

Lama terdiam, tidak ada jawaban. Baik Ditya maupun Frolline masih saling mengatupkan bibir sampai akhirnya sebuah anggukan ringan dengan suara pelan.

“Iya..” jawaban singkat Frolline, nyaris membuat jantung Ditya melompat keluar.

Bibir lelaki itu tersenyum kaku, masih belum sanggup menyesuaikan diri dengan kebahagiaan yang datang tiba-tiba. Persetan dengan alasan di balik persetujuan Frolline. Dia hanya butuh jawaban ya untuk saat ini, selebihnya dia akan berjuang untuk cinta dan hati Frolline.

Ditya melepas pelukannya, menarik Frolline keluar kamar dengan terburu-buru. Dia nyaris menggila sekarang. Begitu sampai di ruang keluarga yang menyatu dengan private pool hanya dibatasi pintu kaca, lelaki itu membawa Frolline menceburkan diri di dalam kolam renang.

Matt yang baru saja kembali dengan kantong berisi pakaian ganti, terperangah melihat keduanya yang bergandengan tangan melewatinya dengan tergesa-gesa. Suara gemericik air yang riuh rendah ketika dua anak manusia itu menceburkan diri di kolam renang, lagi-lagi membuat Matt menganga, hampir tidak percaya.

“Ya Tuhan, kegilaan apa lagi ini!” ucap Matt, melempar kasar kantong belanjaan itu. Bergegas menyusul ke pinggir kolam.

“Bos, ada apa?” teriak Matt, saat melihat Ditya yang sedang memeluk Frolline di tengah kolam, berbasah-basahan.

“Matt, aku sedang mengenalkan istriku pada dunia,” teriak Ditya.

“SELAMAT DATANG, NYONYA DITYA HALIM HADINATA!!” teriaknya kencang merentangkan tangan selebar-lebarnya, menengadah ke atas langit malam yang bertabur jutaan bintang.

“Selamat Bos!” pekik Matt, ikut bahagia melihat majikannya.

“Matt, kamu boleh pulang sekarang, tetapi sebelumnya siapkan dua gelas wine. Aku akan merayakannya dengan istriku.”

Asisten itu hanya berdecak, sembari menggelengkan kepala. Mesti begitu, lelaki itu tetap melaksanakan perintah majikannya.

“Bos, aku letakan disini ya,” teriak Matt, dari pinggir kolam renang. Meletakan dua gelas kristal yang berisi anggur merah kualitas terbaik itu di sisi kolam.

Matt keluar, disaat ini kehadirannya tidak dibutuhkan lagi. Sesekali melirih ke arah sepasang anak manusia yang sedang berpelukan di tengah kolam.

“Terimakasih,” bisik Ditya pelan, kedua tangannya masih memeluk pinggang Frolline di dalam air.

Frolline hanya tersenyum malu-malu, dengan kedua tangan bergelayut manja di leher Ditya, mulai mengigil kedinginan. Angin malam bercampur air kolam, dinginnya menembus ke tulang.

“Ini memalukan!” keluh Frolline, akhirnya bersuara.

“Katakan sekali lagi Fro, kalau kamu bersedia menikah denganku?” tanya Ditya.

“Ya..,” sahut Frolline, kali ini Frolline menjawab lebih cepat dibanding sebelumnya.

“Sentuh aku sepuasmu. Mulai hari ini, Ditya Halim Hadinata hanya milikmu. Kamu yang berhak diriku.” bisik Ditya pelan di telinga Frolline, sembari memberi kecupan ringan di sana.

Senyum hangat Ditya terlukis indah di wajah tampannya. Perlahan dengan keyakinan pasti, bibir itu memangkas jarak diantara keduanya.

Tepat saat bibirnya akan menyapu bibir gadisnya yang mulai membiru kedinginan, Ditya memejamkan mata sembari memiringkan kepalanya. Melabuhkan sebuah kecupan lembut, dengan penuh perasaan.

Ini ciuman pertama mereka. Ditya ingin semuanya menjadi sempurna. Sapuan tipis mengoda itu berbalas, Frolline melakukan hal yang sama. Mematung dengan pasrah dan memejamkan matanya, membiarkan Ditya mengambil alih semuanya.

“Aku mencintaimu, Fro,” bisik Ditya di sela ciumannya. Tangan yang tadinya memeluk pinggang ramping itu berpindah. Meraih tengkuk Frolline dan memperdalam ciumannya. Saling berbagi nafas di dalam sana, saling bertukar rasa.

Ditya cukup terkejut dengan respon Frolline. Meskipun dia tahu, ini bukan ciuman pertama untuk Frolline. Mungkin sudah tidak terhitung bibir gadisnya melakukan hal ini dengan Firstan. Namun, dia cukup terperangah, saat Frolline menyambutnya tanpa protes.

“Aku tidak mencintaimu. Cintaku masih tertinggal di tempat sebelumnya,” ucap Frolline, setelah melepaskan diri dari ciuman Ditya.

“Tidak masalah. Untuk saat ini cukup cintai aku dengan logika,” pinta Ditya.

“Aku mohon jangan katakan tidak mencintaiku, akan terdengar lebih manis kalau kamu mengucapkan belum mencintaiku,” lanjut Ditya lagi.

***

T b c

Love You all

Terima kasih

1
bibi
lanjut
堅監.
ini season 2 nya Wira sama naina kok ngilang ya 😢 padahal kangen pengen baca baca mereka lagi
堅監.: yahhh tapi gpp, makasih info nya kak author
total 2 replies
Astrii Zahra
menurutku fro ini bukan polos sih, tp tolol.. secara ga langsung jd pelakor di rumah tangga kk nya sendiri
Vivi Zenidar
wkwwkwk satpol PP
kalea rizuky
wah jd karena ini
Khairul Azam
perempuan bego fro ini
yuni
Luar biasa
yuni
Buruk
Ardiansyah Gg
gk bisa move on dari novel ce weti
ngulang baca lagi
Inan
aku suka semuanya... om pram.. ditya.. wira... aku sukaaaa... tp bara aku ngk begitu suka..
Lince Harni
karya yg bagus,sangat memghibur...ini baca ke 3 x...gs bosan2
reza indrayana
masih bingung nichh ..🤔🤔
AlfES
❤❤❤❤❤
Yuliza Angriani
kalau pram kayak kamu dulunya dit,,,, udah mati kamu ditangan pram
Hairiyani Nurul hairiyani
cerita mat sama rania ada gak kak
Sofwan 123 Muhammad
Biasa
Sofwan 123 Muhammad
Kecewa
Tismar Khadijah
banyak kata2 bijak,
Miss Tiya😊
Luar biasa
Ayu galih wulandari
Terima kak Wetty sayaang...untuk kisah Ditya & Fro...tetep sehat n semangat untuk berkarya lg...ku tunggu karyamu yg lain ...🤗🤗😘😘😘😘😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!