Elara dan teman-temannya terlempar ke dimensi lain, dimana mereka memiliki perjanjian yang tidak bisa di tolak karena mereka akan otomatis ke tarik oleh ikatan perjanjian itu itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Rush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Lyviane berdiri di tengah ruangan luas bersama Kaen, Sherapina, dan Kaelith, orang tua Arsen. Udara di sekitar terasa berat, bercampur aroma sihir dan ketegangan dari energi mereka yang baru saja dilepaskan.
“Elara, ibu sudah menyelamatkan Kaelith dan Sherapina, selanjutnya kalian yang lakukan tugasnya,” ucap Lyviane dengan suara tegas namun lembut, menatap putrinya.
Sherapina tersenyum samar, matanya menatap Arsen. “Sepertinya kita akan besanan,” katanya. Lyviane hanya tersenyum, menenangkan suasana.
“Apa yang terjadi, tante?” tanya Lysandra, penasaran sekaligus waspada.
Mata Sherapina menatap lurus ke depan. “Mereka adalah musuh lama dari klan iblis yang tidak terima kekalahan. Kalian tahu Keluarga Ardan, mereka bergabung dengan klan leluhur iblis dan membuat dunia duplikat Akademi Agatha.”
“Apa tante yakin?” tanya Mira, nada suaranya menahan cemas.
“Ya, keluarga Ardan datang menemui kita dan ingin menikahkan Arsen dengan Selena, tapi aku menolaknya karena Arsen bukan jodohnya. Lalu mereka membawa kita dan orang yang mirip dengan kita masuk ke dunia Agatha, di sana mereka melakukan pernikahan tolak bala. Pusaran portal itu juga mereka buat, mereka sengaja membuka untuk menyedot energi kalian dan membuat kloningan kalian,” jelas Kaelith, dengan mata yang menyiratkan keseriusan yang mendalam.
Elara mengerutkan kening, suaranya bodoh tapi polos: “Aku masih tidak mengerti, ini tuh termasuk dunia manusia atau bukan iblis sih ?"
“Pertanyaan bodoh apa itu, Elara?” potong Brian, tapi Lyviane segera menatapnya tajam.
“Brian jangan menghinanya!” ucap Mircea dengan nada tegas, namun Brian tampak bodo amat.
Lyviane menghela napas, lalu menjelaskan dengan sabar. “Sebenarnya kita sama manusia, hanya bedanya kita campuran, dari leluhur kita yang menikahi manusia sehingga banyak keturunan dari klan ini.”
Elara menatap mereka sejenak, lalu dengan polosnya berkata, “Apa kita akan kembali ke dunia manusia? Aku ingin minum boba.”
“Kamu bisa memilih, Elara. Kamu bisa tinggal di sana dan menetap, tapi kamu tidak akan mengingat apapun yang terjadi di sini. Tapi tetep keturunanmu akan kembali ke sini setelah waktunya ."jawab Lyviane, menatap Elara dengan mata lembut.
“Ouhh, jadi ibu tinggal di sini karena gak mau berpisah sama ayah?” tanya Elara, suaranya sedikit bergetar.
“Karena ibumu mencintaimu, Elara. Dia berkorban demi keselamatanmu, jadi harus pilih salah satu kamu atau ibumu. Ibumu lebih memilih kamu untuk dikembalikan ke duniamu,” ucap Kaen dengan mata berkaca-kaca.
“Jadi ajang pencarian jodoh juga di sini,” gumam Mira, setengah senyum.
“Bukan juga, tapi kalian di dunia manusia juga tetap akan bertemu dengan jodoh kalian yang berada di sini, hanya saja kalian tidak saling kenal,” jelas Mircea.
“Ahhh, pusinglah!” keluh Elara sambil menutup wajahnya.
“Tante, bagaimana kita menghancurkan dunia duplikat itu?” tanya Lysandra serius.
“Gabungkan kekuatan kalian! Kita juga akan membantu kalian melawan keluarga Ardan beserta titisannya,” jawab Eldran mantap.
Elara menoleh ke arah Selena. “Selena, apa dia baik-baik saja?”
“Dia adalah musuh kita, Elara,” ucap Sherapina.
“Mira, nanti setelah drama ini selesai, kita minta diskon untuk kembali ke dunia kita dan menjadi anak yang baik lagi,” ucap Elara sambil memegang tangan Mira.
“Bener El, kita hidup di dunia kita lagi, setidaknya Selena adalah ATM kita,” jawab Mira, tersenyum.
“Kamu tidak mau tinggal bersama ibumu?” tanya Arsen pada Elara.
“Tidak. Aku akan kembali ke duniaku sendiri Setidaknya aku sudah melihat wajah ayah dan ibuku, tidak apa-apa kan bu?” jawab Elara.
“Tidak sayang, kamu kembalilah ke sana, dan lebih baik kamu bawa jodohmu ke duniamu itu,” ucap Lyviane sambil melirik Brian yang acuh.
“Arsen, apa kamu mau ikut?” Tanya Elara.
“Emang Arsen jodohmu, Elara?” Tanya Lysandra cemberut.
“Ya, semoga saja kan,” jawab Elara, setengah tertawa.
“Oh ya, ada satu hal lagi. Saat kalian kembali ke Akademi Agatha, ingatan kalian akan riset sementara tapi setelah kalian bertemu satu sama lain ingatan kalian akan kembali lagi, agar mereka tidak bisa tahu tempat leluhur ini,” ucap ibu Brian, serius.
“Mama akan tinggal di sini?” Tanya Arsen.
“Ya, ini tempat yang seharusnya para tetua pensiun, kan? Kamu akan menjaga klan iblis bersama pasanganmu,” jawab Sherapina.
“Elara, jaga Arsen ya!” ucap Sherapina.
“Udah gede, gak usah dijaga,” sela Brian.
“Brian, jangan katakan itu!” ucap Eldran keras.
“Bukannya kalian sudah dinikahkan oleh leluhur kalian? Coba lihat tangan kiri kalian,” tanya Lyviane.
Mereka berenam mengangkat tangan kirinya, menunjukkan simbol merah yang muncul samar.
“Kapan emang dinikahkannya?” tanya Mira, terkejut.
“Kalian tidak akan sadar, tapi tanda ini akan langsung ada,” jelas Lyviane.
“Tapi…” ucapan Mircea terhenti saat melihat tangan Elara.
“Kenapa tante?” tanya Elara, sedikit cemas.
“Tidak apa-apa,” jawab ibu Brian dengan lembut.
“Kita akan mengembalikan kalian tapi mungkin kalian sedikit linglung karena kita hanya mereset saat kalian masuk ke dunia ini dan dunia duplikat. Agar mereka tidak melacaknya "ucap Mircea menenangkan.
“Berarti kita masih akan tetap saling kenal,” tanya Lysandra.
“Ya, kalian akan seperti biasa saling mengenal. Tapi Arsen, Brian, Dorion, dan Lysandra mungkin juga akan di reset biar mereka juga tidak memanfaatkan kalian. "ucap Lyviane.
“Bisa reset sebelum masuk ke sini? Aku ingin pergi dari mobil dan tidak ikut tersedot ke sini,” ucap Elara.
“Tidak, Elara. Lebih baik kalian tidur, dan kalian akan menemukan diri kalian sudah berada di tempat masing-masing,” ucap Lyviane.
**
Semua menurutinya. Mereka berbaring di tempat tidur masing-masing dalam satu ruangan luas. Lampu lilin yang redup menciptakan suasana hangat, namun Brian tetap terjaga. Ia menatap sekeliling, melihat semuanya tertidur nyenyak, wajah mereka tenang, dan perasaan campur aduk berkecamuk di hatinya.
Malam itu sunyi. Lilin-lilin redup menari di dinding, menciptakan bayangan yang bergeser lembut di seluruh ruangan. Brian duduk di tepi tempat tidurnya, menatap Elara yang terlelap beberapa langkah darinya. Napasnya tenang, tapi pikirannya berkecamuk.
Ia mengingat percakapan dengan orang tuanya sebelumnya, peringatan mereka, dan bagaimana semuanya mulai berubah sejak dunia duplikat itu terbuka. Tapi ada satu hal yang benar-benar mengusiknya: Elara.
Brian tak pernah membayangkan dirinya bisa memperhatikan gadis itu begitu. Selama ini, ia selalu menganggapnya sebagai seseorang yang perlu diatur, atau setidaknya, ditantang. Tapi malam ini, melihatnya tenang dalam tidurnya, sesuatu yang asing bergejolak di dadanya.
“Kenapa… harus dia?” gumamnya pelan, tanpa suara lain yang mendengar. Ia menggeleng, mencoba menepis perasaan itu. Ia Brian keras, dingin, temperamental. Tidak mungkin… tidak mungkin dia bisa merasa seperti ini terhadap Elara.
Tapi semakin lama ia duduk, semakin jelas perasaan itu hadir. Hatinya menolak, pikirannya bertentangan, tapi matanya tetap mengamati, setiap tarikan napas, setiap gerakan lembut tubuh Elara di bawah selimut.
Malam itu, Brian melakukan sesuatu yang harus dilakukan. Sesuatu yang akan tetap menjadi rahasia, bahkan untuk dirinya sendiri untuk saat ini. Sesuatu yang akan menentukan arah hubungannya dengan Elara dan seluruh keseimbangan kelompok mereka.
Tetapi malam itu, dunia tetap hening. Hanya suara desiran angin di jendela yang menemani Brian, dan bayangan Elara yang tak pernah lepas dari pandangannya.