NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rheaaa

Lyra tak pernah menyangka bahwa orang yang paling ia percayai telah mengkhianatinya sebulan sebelum pernikahannya.

Alih-alih membelanya, ibu tirinya justru memilih untuk menikahkan tunangannya dengan kakaknya sendiri dan menjodohkannya dengan Adrian— seorang pria yang tak pernah ia tahu.

Namun, di tengah huru hara itu Adrian justru menawarkan padanya sebuah kontrak pernikahan yang menguntungkan keduanya. Apakah Lyra dan Adrian akan selamanya terjebak dalam kontrak pernikahan itu? Atau salah satunya akan luluh dan melanggar kontrak yang telah mereka setujui?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Lyra menelan ludahnya, bibirnya yang kering perlahan terbuka. "Bagaimana kunju ... nganmu? Aku pas ... ti telah mengacaukan segalanya," lirinya menatap sendu ke arah Adrian. Ibu jarinya gemetar, mengelus perlahan pipi pria berkacamata itu.

Adrian menarik napas pendek, tangannya meraih tangan Lyra. "Diamlah. Kau harus banyak istirahat agar lekas pulih."

"Ada hal yang ... ingin sekali kutanyakan—"

"Sudah cukup, Lyra. Kembalilah beristirahat."

Wanita itu hanya bisa terbaring membisu, bola matanya perlahan bergeser menatapi langit-langit ruang rawat. "Apa kau seenggan itu berbicara denganku, Adrian?" batin Lyra mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

"Tolong jangan melewati batas. Kita sepakat hanya berakting di depan orang-orang," ketus Adrian lalu berjalan ke arah jendela dan menyingkap tirai yang menutupinya.

"Kalau—" celetuk Lyra, tangannya mencengkram erat selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Spontan Adrian memutar tubuhnya, pandangannya langsung terpaku pada wanita yang terbaring di atas ranjang.

"Kalau semua ini hanya tentang kontrak, kenapa kau rela kembali kemari hanya karena mendengarku kecelakaan?!!" pekik Lyra, wajahnya mulai memerah dibarengi dengan luruhnya air matanya.

Deg!

Adrian tersentak, ia membisu beberapa saat. "Jangan salah paham, Lyra. Aku datang kemari bukan semata-mata demi dirimu! Aku sampai repot-repot kembali, meninggalkan pekerjaanku hanya karena satu telepon dari Papa!" balas pria itu, lalu melepas kacamatanya dan mengelap dahinya.

Lyra menutup mata, menahan perih yang menusuk lebih di dadanya. Hatinya mendesak untum percaya ada alasan lain, tapi kepalanya terpaksa tunduk pada realita pahit yang baru saja Adrian lemparkan padanya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, kakinya bergeser pelan menuju pintu keluar. Napasnya terasa pendek, seolah tak ada oksigen dalam paru-parunya. Setelah pintu tertutup rapat, pria itu mengusap kasar rambutnya ke belakang disusul dengan dengusan kasar.

*

*

*

Beberapa hari berlalu dengan cepat, Lyra kini telah pulih dan diperbolehkan pulang ke rumah. Keduanya terjebak dalam situasi yang canggung, tak ada lagi kehangatan seperti sebelumnya. Kini Lyra dan Adrian menjadi dua orang yang tinggal dalam satu atap namun tak saling peduli selayaknya orang asing.

Malam itu Lyra memilih untuk mengerjakan gambar desain apartemen di kamarnya, agar dirinya tak perlu bertemu dengan Adrian.

Setelah duduk beberapa jam, Lyra melirik waktu yang ada di sudut layar komputer jinjingnya. "Sudah larut. Sebaiknya aku mandi sebelum tidur," gumamnya lalu mengangkat tangannya ke atas, menarik seluruh tubuhnya yang kelelahan.

Sementara itu Adrian duduk seorang diri di meja makan dengan secangkir kopi hangat di hadapannya. Di tengah kesunyian yang pekat itu, secata tiba-tiba kepalanya mendongak dengan satu gerakan cepat seakan baru menyadari sesuatu. "Aku lupa memberitahu Lyra kalau akan ada perbaikan aliran listrik selama dua jam malam ini."

Pria itu lalu bangkit dan mendekati pintu kamar istrinya. Saat tangannya mengepal dsn siap untuk mengetuk, ia mengurungkan niatnya. "Kurasa dia tidak akan mau berbicara denganku," batinnya lalu kembali berjalan menuju meja makan.

Secara mengejutkan, listrik di apartemen mereka padam membuat keduanya terjebak dalam kegelapan yang pekat. "Ah!!!" teriak Lyra dari dalam kamar, spontan Adrian memutar tubuhnya dan mendobrak pintu kamar Lyra.

Braakkk!

Dengan bantuan penerangan dari ponselnya, Adrian melangkah perlahan mencari sosok Lyra. "Lyra!" serunya lalu mempercepat langkah.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Adrian kemudian melingkarkan tangannya pada punggung Lyra yang basah.

Dalam cahaya yang remang-remang, Lyra menatap wajah Adrian dalam diam. Kini jarak mereka sangat dekat, hingga hidung keduanya nyaris bersentuhan. Jantung Lyra berdentum dengan sangat kencang, seolah dapat didengar oleh suaminya.

Adrian menelan ludah, aroma sabun yang masih menempel di tubuh Lyra menyeruak, memenuhi rongga hidungnya. Handuk tipis itu masih menempel rapat, menutupi tubuh Lyra.

"Lyra ...," sahut Adrian, suaranya berat hampir pecah. Seolah sedang menahan sesuatu yang ingin pecah.

Lyra tak menjawab, sorot matanya bergetar seakan terseret dalam pusaran yang sama. Degup jantung mereka saling bersahut-sahutan, dan dalam jarak sedekat itu, satu tarikan napas saja mampu menghapus jarak yang tersisa.

Tangan Adrian bergerak pelan, menyentuh pipi Lyra yang masih basah. Lyra tak mengelak, seperti kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Adrian perlahan mendekatkan wajahnya sedangkan Lyra memejamkan matanya seakan menyambut hal yang akan terjadi selanjutnya. Dalam sepersekian detik, bibir mereka akhirnya bersentuhan membuat keduanya terjebak dalam kehangatan.

Adrian menyelipkan tangannya di belakang lutut Lyra, lalu mengangkat wanita itu dalam pelukannya. Kakinya perlahan mendekati ranjang yang berada tak jauh dari posisinya saat ini.

Ia menurunkan tubuh wanita itu ke tempat tidur perlahan. Adrian duduk di tepi ranjang, menatap dalam ke arah Lyra lalu melepaskan kacamata miliknya. Dan dalam sekejap, gelapnya malam tak lagi terasa sunyi.

*

*

*

Lyra mengerjapkan matanya karena silau dari sinar matahari yang menerobos tirai jendelanya. Kelopak matanya terangkat perlahan, menatap kosong ke arah langit-langit kamar. "Seharusnya aku bisa lebih menahan diri semalam," gumam wanita itu, tangannya mencengkram erat selimut yang menutupi tubuhnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!