NovelToon NovelToon
Lelaki Dari Satu Malam

Lelaki Dari Satu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Keluarga
Popularitas:921
Nilai: 5
Nama Author: Keke Utami

Rinjani hanya ingin hidup tenang.
Tapi semua hancur saat ia terbangun di kamar hotel bersama pria asing. Dan beberapa jam kemudian mendapati kedua orang tuanya meninggal mendadak.

Dipaksa menikah demi melunasi utang, ia pingsan di hari pernikahan dan dinyatakan hamil. Suaminya murka, tantenya berkhianat, dan satu-satunya yang diam-diam terhubung dengannya ... adalah pria dari malam kelam itu.

Langit, pria yang tidak pernah bisa mengingat wajah perempuan di malam itu, justru makin terseret masuk ke dalam hidup Rinjani. Mereka bertemu lagi dalam keadaan tidak terduga, namun cinta perlahan tumbuh di antara luka dan rahasia.

Ketika kebenaran akhirnya terungkap, bahwa bayi dalam kandungan Rinjani adalah darah daging Langit, semuanya berubah. Tapi apakah cinta cukup untuk menyatukan dua hati yang telah hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keke Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Hilang?

“Aku baru pulang dari salon sama Rinjani. Mampir ke Alexander diamond store. Aa’ nggak lembur kan?” satu tangan Olivia menekan ponsel di telinga. Bodyguardnya membuka pintu penumpang, lalu ia masuk dan tidak menemukan Rinjani.

“Lho … Rinjani ke mana?” tanyanya.

“Saya tidak tahu, Bu.”

“Coba kamu tanya ke sekuriti. Dia lihat Rinjani apa nggak?” ujar Olivia. 

Bodyguard segera bertanya pada sekuriti yang ada di sana dan kembali memberikan laporan pada Olivia.

“Sekuriti bilang Rinjani tadi ke halte sana, Bu.”

Olivia mengernyit, “Dia pulang duluan?” tanya Olivia. Bodyguard ragu untuk menjawab.

“Ya udah, kita pulang.  Mungkin Rinjani pulang duluan karena kecapekan, dia kan lagi hamil.”

**** 

Setiba Olivia di rumah, ia segera menyerahkan Mango cake yang ia beli pada Sulis.

“Non Rinjani … ke mana, Bu?” tanya Sulis, ia tidak melihat Rinjani masuk sejak tadi.

Olivia bingung, “Bukannya dia udah pulang?” tanya Olivia.

Sulis menggeleng, “Nggak, Bu.”

“Atau mungkin langsung pulang ke kontrakan.”

Sulis menggeleng lagi, itu jelas tidak mungkin, karena selama ini Rinjani menginap di rumah Olivia diam-diam.

“Saya dari kontrakan, Bu. Nggak ada Non Rinjani di sana,” ujar Sulis, bertepatan dengan kedatangan Evan dan Langit dari kantor.

“Teteh sekontrakan sama Rinjani? Bukannya dia tinggal sama suaminya?” tanya Olivia bingung. 

Sulis tertunduk, mulai cemas saat Olivia curiga.

“Ada apa, Ma?” tanya Evan.

“Teh Sulis nanya ke mana Rinjani. Ya … Mama nggak tahu,” ujar Olivia. 

“Non Rinjani tadi bilang kalau dia pergi sama Ibu, Pak,” ucap Sulis takut-takut pada Evan.

Olivia mengangguk, “Iya … kami ke salon, terus mampir ke Alexander diamond store. Rinjani nunggu di mobil. Pas Mama balik dia udah nggak ada. Tanya ke sekuriti dia ke halte. Ngapain lagi kalau nggak pulang?” ujar Olivia.

“Tapi Non Rinjani nggak pulang, Pak.”

Air mata Sulis menganak, ia cemas dengan kondisi Rinjani. Perasaannya mendadak tidak enak.

“Ya … mungkin ke kontrakannya? Ketemu suaminya mungkin,” ujar Olivia. 

Sulis sudah menangis, Langit mendekat, mengusap bahu ART-nya itu, “Teteh yang tenang, ya. Biar saya cari Rinjani.”

Langit segera berlalu, 

“Lho … Langit!” seru Olivia.

“Udahlah, Ma.”

Evan menengahi, ia mengajak istrinya ke kamar. Membiarkan Langit berlalu.

**** 

Perasaan Langit mendadak tidak enak. Ia segera menghubungi Taufan, meminta asistennya mencari tahu di mana keberadaan Rinjani. Setiba di pusat perbelanjaan tempat terakhir kali Rinjani bersama Olivia, Langit segera bertanya pada sekuriti.

“Tadi dia ke halte, Mas. Setelah beli minum sama anak kecil,” ujar Sekuriti menunjuk halte depan.

Langit membuang napas berat. Tidak lama Taufan muncul. Mendekatinya.

“Gimana?” tanya Langit. 

“Belum ada info, Bos. Bagaimana kalau kita cek CCTV. Siapa tahu Rinjani benar-benar pulang ke kontrakannya atau ke suatu tempat.”

Baru saja Taufan berbicara ponselnya berdering. Ia meminta waktu pada Langit untuk menerima panggilan. Setelah panggilan terputus, Taufan menatap Langit dengan panik.

“Rinjani tidak ada di kontrakannya, Bos.”

Langit menggigit bibir, jalan satu-satunya mengecek CCTV. Ia menatap sekitar, berharap ada CCTV yang mengarah ke halte tersebut. 

“Kita cek CCTV, Fan!” tunjuk Langit pada CCTV yang mengarah ke halte.

Mereka segera meminta izin pada sekuriti dan menemui petugas, setiba di ruang keamanan lalu CCTV di putar, terlihat Rinjani duduk di halte lalu sebuah mobil membawanya dalam keadaan tak sadarkan diri.

Langit mengumpat, “Ini nggak boleh terjadi, Fan. Saya harus selamatkan Rinjani. Dia sedang hamil!” Langit mulai panik.

Mereka keluar dari ruang ke amanan. Saat hendak masuk mobil, Taufan melihat anak kecil yang menjual minum pada Rinjani.

“Seru juga ya … kita jadi banyak dapat uang,” ia dan temannya terdengar berbincang, menghitung mata uang tertinggi.

“Dek!” tegur Taufan. Langit mendekat. Kedua bocah menoleh ke arah mereka.

“Kamu tadi jual minuman ke perempuan di sekitar sini kan?” tanya Taufan.

Keduanya saling lirik, tetap diam.

“Jawab!” tekan Langit. Mereka ketakutan. Hendak kabur namun Taufan tahan.

“Eh kenapa lari. Saya hanya bertanya.”

“Kami nggak ngapa-ngapain, Om. Kami cuma disuruh dan dibayar.”

Belum diinterogasi mereka sudah mengaku duluan.

“Siapa yang suruh kalian?” tanya Langit. 

Mereka terdiam.

“Cepat jawab!” bentak Langit

“Bos tenanglah,” tahan Taufan.

Taufan merogoh sakunya, mengeluarkan uang cash satu juta rupiah, “Kalau kalian kasih tahu, uang ini untuk kalian.”

Keduanya saling sikut, salah satu berbisik, “Terima aja, ini lebih banyak. Bisa makan sebulan. Bisa beli cilok tiap hari.”

Kedua anak kecil itu masih terlihat takut-takut, “Kami nggak tahu namanya siapa,” jawabnya.

Taufan mengeluarkan ponsel, memperlihatkan foto Darren dan kedua anak kecil tersebut menggeleng.

“Yang nyuruh cewek, Om. Tante-tante,” ucap salah satu anak.

Taufan menggeser foto Darren menjadi foto Desi. Keduanya mengangguk, “Benar, ini orangnya!” seru mereka senang tak sabar menerima uang satu juta dari Taufan.

******* 

Rinjani terbangun saat hari sudah gelap. Tubuhnya pegal, kepalanya pusing, ia menatap sekitar, bukan di kamar, di rumah, melainkan di tempat asing yang tidak ia ketahui.

Suara ribut di balik pintu seketika membuat Rinjani membola. Panik. Takut. Cemas. Ia mulai gemetar.

Rinjani tahu siapa pemilik suara yang tengah berdebat di sana.

“Saya mau yang melakukan proses ab0rsi adalah seorang dokter. Bukan obat nggak jelas seperti ini!” itu suara milik Darren.

“Tuan, Anda tenang saja. Saya sudah berpengalaman soal ini. Kalau meminta dokter ke sini, tidak akan terburu oleh waktu,” suara Desi terdengar mendebat.

Rinjani mulai keringat dingin. Bangkit. Namun baru teringat jika ia sedang diikat dan berbaring di sebuah dipan tua.

“Nggak … aku nggak mau! Aku harus keluar dari sini …” Rinjani menangis.

Dengan setengah duduk Rinjani mencoba menggigit tali yang melingkar di pergelangan tangannya meski itu semua hanya sia-sia. Perutnya menegang, sudah mulai keram sebab ia terus berusaha melepaskan tali itu.

Rinjani pasrah, menangis, bahkan tangannya tak mampu mengusap perutnya yang sudah sakit. Keringat dingin mulai bercucuran.

“Aku mau ke luar …” lirihnya, “Mas … Mas Langit, tolong … tolong aku,”

1
Nadin Alina
Hebat sih, Rinjani. Yang semula tuan putri mau berjuang untuk hidup🙃
Nadin Alina
next bab Thor....
Nadin Alina
Ceritanya keren, semangat Thor 🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!