NovelToon NovelToon
Mencari Kebahagiaan

Mencari Kebahagiaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Suami ideal / Trauma masa lalu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Aira, seorang wanita yang lembut namun kuat, mulai merasakan kelelahan emosional dalam hubungannya dengan Delon. Hubungan yang dulu penuh harapan kini berubah menjadi toxic, penuh pertengkaran dan manipulasi. Merasa terjebak dalam lingkaran yang menyakitkan, Aira akhirnya memutuskan untuk keluar dari lingkungan percintaan yang menghancurkannya. Dalam perjalanannya mencari kebahagiaan, Aira belajar mengenal dirinya sendiri, menyembuhkan luka, dan menemukan bahwa cinta sejati bermula dari mencintai diri sendiri.
Disaat menyembuhkan luka, ia tidak sengaja mengenal Abraham.
Apakah Aira akan mencari kebahagiaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lupa tujuan bahagia

Semakin hari, Aira makin tenggelam dalam kesibukannya.

Ambisinya mengejar kesuksesan perlahan membuatnya lupa akan peran dan kewajibannya sebagai seorang istri.

Abraham, suaminya, tak lagi bisa menyembunyikan kekecewaannya. Ia menatap Aira dengan mata yang penuh amarah dan luka.

"Kamu terlalu ambisius, Ra. Sampai-sampai kamu lupa apa itu kebahagiaanmu sendiri."

Aira membeku. Kata-kata Abraham menusuk, seolah menuduhnya telah melupakan segalanya. Ia tidak terima.

"Aku tidak lupa diri, Mas. Aku hanya berusaha memberi yang terbaik."

Suaranya gemetar, menahan emosi.

Tapi Abraham tak mau mendengar lagi. Matanya merah, rahangnya mengeras.

"Kalau begitu pilih, Ra. Pekerjaanmu atau keluargamu!"

Hening menggantung di antara mereka. Aira terdiam, tak sanggup memberi jawaban.

Kesal dan kecewa, Abraham mengambil jaket dan keluar rumah, membanting pintu di belakangnya.

Setelah pertengkaran hebat itu, Abraham meninggalkan rumah dengan emosi yang membara.

Di balik pintu yang tertutup, Aira terduduk di lantai, hatinya remuk.

Tanpa pikir panjang, ia mengambil kunci mobil dan melajukan kendaraannya di tengah malam.

Kepalanya penuh amarah dan kecewa, matanya basah oleh air mata yang tak sempat diseka.

Ia tak tahu ke mana arah tujuannya, ia hanya ingin pergi, menjauh dari semuanya.

Tapi dalam amarah dan kepedihan itu, Aira lupa... Tujuan utamanya adalah bahagia, bersama keluarga kecil yang dulu ia impikan.

Malam itu, dentuman keras terdengar di tikungan tajam.

Mobil Aira terguling, menghantam pembatas jalan. Sirine ambulans meraung tak lama kemudian.

Abraham mendapat kabar itu dan segera berlari ke rumah sakit, jantungnya serasa diremas.

Di Rumah Sakit...

Abraham berlari tergesa-gesa menuju rumah sakit. Hatinya terasa hancur, karena setelah pertengkaran mereka yang hebat, ia merasa begitu jauh dari Aira.

Ia sangat marah, tetapi rasa cinta kepada istrinya lebih kuat dari segala hal.

Kini, kecemasan menguasai dirinya ketika ia menerima telepon yang memberitakan kecelakaan yang menimpa Aira. Tanpa berpikir panjang, ia meninggalkan rumah dan bergegas ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit, Abraham hampir tidak bisa bernapas melihat keadaan Aira.

Tubuhnya terbaring tak bergerak, penuh dengan darah, dan wajahnya pucat pasi. Ia merasa dunia ini gelap dan hampa, seolah-olah seluruh kehidupannya sudah berakhir.

Dokter yang menangani Aira menghampirinya dengan wajah serius.

"Kondisi istri Anda cukup kritis, Pak. Kami sudah melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan anak Anda. Namun, untuk istri Anda, saat ini masih dalam keadaan koma. Kami akan terus memantau kondisinya."

Abraham merasa seperti ditampar keras oleh kenyataan. Ia menatap wajah Aira, yang terbaring tak bergerak, dengan penuh kecemasan.

"Aira... aku minta maaf," bisiknya, sesenggukan.

"Aku sangat marah tadi... aku terlalu banyak memberi tekanan padamu. Tapi aku cinta padamu, dan aku tidak bisa hidup tanpa kamu."

Dia memegang tangan Aira, merasakan kehangatan tubuhnya yang semakin pudar.

Abraham merasa sangat bersalah. Ia tahu ia harusnya tidak memarahi Aira tadi.

Ia harusnya lebih sabar, lebih pengertian terhadap perasaan istrinya.

Kini, dengan Aira yang terbaring tak berdaya, Abraham merasa hatinya hancur.

Ia hanya bisa berharap agar Aira bisa bangun dan memberikan kesempatan untuk memperbaiki semua yang telah mereka lewati.

Malam yang panjang...

Abraham duduk di samping tempat tidur Aira, memegangi tangannya erat-erat, tidak ingin melepaskannya.

Ia berdoa dalam hati, berharap agar istrinya bisa mendengarnya, bisa merasakan betapa ia sangat menyesal.

"Aira, aku tahu aku telah banyak salah. Aku harusnya lebih memperhatikanmu.

Aku tidak peduli dengan pekerjaanku, aku hanya ingin kamu kembali.

Keluarga kita... kita akan menghadapi semuanya bersama. Aku akan menjadi suami yang lebih baik. Aku janji."

Tetesan air mata mulai mengalir di wajah Abraham. Ia teringat kembali saat pertama kali ia bertemu dengan Aira, bagaimana mereka saling mengenal, dan bagaimana Aira memberinya harapan baru dalam hidupnya. Namun kini, ia merasa takut kehilangan semuanya.

Waktu berlalu, dan dalam keheningan malam itu, harapan Abraham untuk melihat Aira bangun semakin besar.

Dia ingin Aira kembali pulih, ingin memperbaiki hubungan mereka, dan yang paling penting, ia ingin Aira merasakan betapa ia sangat dicintai.

Dengan hati yang penuh penyesalan, Abraham berdoa agar Aira bisa mendengarnya.

"Aira... aku menunggumu. Bangunlah, sayang. Kita harus melewati ini bersama."

Dan saat itu juga, seolah-olah mendengar doa Abraham, jari-jari Aira bergerak perlahan. Abraham menatapnya dengan penuh harap, dan perlahan, Aira membuka matanya.

Setiap hari, Abraham mengulangi doa yang sama, memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi ujian ini.

Di tengah keheningan kamar yang penuh ketidakpastian, ia berbisik lembut,

"Ya Allah, berikan aku kekuatan untuk menunggu dan kesabaran untuk selalu mencintainya."

Ia menyadari bahwa cinta sejati bukan hanya saat segala berjalan lancar, melainkan juga saat mereka harus berjuang bersama dalam menghadapi cobaan yang berat ini.

Abraham percaya, di balik tidur panjang Aira, ada harapan yang tak pernah padam, sebuah sinar kecil yang menunggu untuk menyala kembali, membawanya menuju hari di mana mereka bisa kembali berbagi kisah dan kebahagiaan bersama.

Dengan penuh keyakinan, ia terus menunggu, menatap lembut wajah istrinya yang masih terlelap, menanti saat di mana cinta mereka akan bersinar kembali.

Pada suatu sore yang cerah, pintu kamar rumah sakit terbuka perlahan. Dinda, sahabat dekat Aira, bersama kedua orang tua Abraham masuk dengan langkah hati-hati.

Wajah mereka tampak khawatir, namun penuh harap. Mereka berjalan mendekati tempat Aira terbaring, wajahnya yang tenang namun tak bergerak membuat hati setiap orang terasa berat.

Dinda memegang tangan Aira dengan lembut, menatapnya penuh kasih dan doa dalam hati.

Ayah dan ibu Abraham berdiri di samping, menyampaikan doa-doa terbaik mereka agar Aira segera sembuh.

Mereka saling berpelukan sejenak, merasakan kekuatan dari doa dan cinta yang mengalir di antara mereka.

"Semoga Allah memberi kekuatan dan kesembuhan untuknya," ucap ibu Abraham dengan suara bergetar. Ayah Abraham mengangguk setuju, menatap wajah Aira yang tampak begitu rapuh namun tetap memancarkan ketenangan.

Dinda memejamkan mata sejenak, berdoa agar Allah mendengar harapan mereka semua.

Mereka tahu, perjuangan belum berakhir, tetapi mereka percaya bahwa cinta dan doa bisa menjadi kekuatan terbesar untuk menyembuhkan Aira.

Dengan hati penuh harapan, mereka berdoa bersama, menunggu waktu di mana Aira akan membuka mata dan kembali menyapa mereka dengan senyum cerahnya.

Abraham duduk di samping ranjang Aira, tangannya lembut menggenggam tangan istrinya yang masih terbaring lemah.

Dengan suara pelan penuh harap, ia berkata, "Aira, ayo bangun sayang... Mas rindu banget sama kamu." Matanya berkaca-kaca, memandang wajah yang masih belum sadar dari koma.

Ia menatap wajah istrinya penuh doa dan pengharapan, berharap suatu saat nanti Aira akan membuka mata, tersenyum kembali dan mereka bisa menjalani hari-hari bersama seperti dulu.

Dalam hati, Abraham terus berdoa dan berharap agar kekuatan dan kesabaran diberikan Allah agar mereka bisa melewati masa sulit ini bersama.

1
Asmara Senja
Kereeeennnn
my name is pho: Terima kasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!